Labels

alam (8) amal (100) anak (293) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (18) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (564) islam (546) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (96) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (48) my books (2) orang tua (7) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (171) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

23 April, 2014

Saran untuk membuat Konperensi Nasional Anak Indonesia



Assalamu’alaikum wr.wb.,
Teman2, setelah melihat kasus TK JIS menjadi berita sangat besar di negara ini, saya menulis bahwa selama beberapa tahun saya sering sebarkan berita dari media massa tentang pelecehan seks dan pemerkosaan terhadap anak sekolah di Indonesia. Saya sering sharing dengan teman2 lewat email, dan post di Facebook page dan blog saya. Saya juga bagikan dengan teman di Facebook group Ikatan Guru Indonesia (IGI) yang punya 15 ribu anggota.

Hasilnya? Kebanyakan orang tua diam saja. Yang lain ada yang menegor saya dan suruh saya jangan sebarkan berita negatif terus. Saya bertanya berkali-kali, kok anak Indonesia bisa diperkosa secara bergilir setiap minggu di semua propinsi (dan kita tahu karena masuk berita) tapi orang dewasa diam saja terus, dan menunggu “pihak lain” mencari solusi?

Orang tua kalau ditanyakan apa bisa bicara tentang seks dan pornografi dengan anaknya, selalu mengaku “malu” dan tidak mau membahas topik memalukan itu. Lalu ada yang bilang “Itu budaya barat, bukan budaya timur” dan sebagainya. Pelecehan seks terhadap anak kecil dianggap “masalah orang lain” yang keluarganya kurang baik. Tidak terjadi di keluarga orang baik. Tapi kasus di JIS semoga bisa sadarkan orang tua bahwa sikap itu tidak benar. Bisa terjadi di mana saja pada siapa saja.

Kalau saya bicara dengan anak remaja, saya kadang pancing mereka untuk bahas seks dan pornografi. Semuanya punya cerita masing2. Ada teman sekolah yang sudah sering main seks (dan narkoba), ada yang bikin film porno, ada yang simpan banyak film porno di HP dan komputer, dan sebagainya. Semuanya dilakukan TANPA sepengetahuan orang tua dan guru. Lalu kita yang dewasa akan diam sampai kapan? Dengan adanya kasus TK JIS yang menjadikan perkara ini berita besar yang mau disorot oleh media nasional secara serius, mungkin kita bisa segera bertindak lagi agar perhatian itu tidak hilang.

Saran saya: Bagaimana kalau dibuat suatu “Konperensi Nasional Anak Indonesia”.

Bisa membahas pelecehan seks, pemerkosaan, pornografi, pacaran yang tidak sehat, kenalan lewat social media (yang kadang berakhir pada pemerkosaan), kekerasan terhadap anak, bullying, tawuran, dan semua yang lain yang penting untuk dibahas. Karena kasus pelecehan seks sedang masuk berita, fokus dari konperensi pertama bisa dengan tema itu. Dan untuk konperensi yang lain, diberikan tema yang lain. Atau sekaligus bahas semua.

Tujuan pertama adalah untuk memberikan informasi dan ilmu kepada para orang tua yang sangat awam dan tidak paham bahaya nyata yang dihadapi anak mereka, ketika dikasih HP smart phone atau akses ke internet di rumah. Tujuan kedua adalah untuk menjadikan ini sebuah dialog nasional yang tidak kalah pentingnya dengan dialog tentang topik lain seperti Korupsi. Semua orang mau bahasa Korupsi, tapi kebanyakan orang tidak mau bahas pelecehan seks terhadap anak. Tujuan ketiga adalah untuk berusaha mencari solusi, apapun bentuknya. (Saya sangat inginkan dibentuk posisi Menteri Urusan Anak yang bisa fokus pada kesejahteraan, kebahagiaan dan keselamatan anak di seluruh Indonesia, yang jumlahnya kira-kira 80 juta orang!)

Kalau seandainya Konperensi seperti ini bisa segera diwujudkan, saya kira akan diperhatikan secara luas, dan orang tua akan mau tahu lebih lanjut. Mungkin juga bisa dibuat dalam bentuk siaran langsung, dan diskusi informal seperti Indonesian Lawyers Club, agar penonton merasa terbiasa dengan format dan tidak terkesan kaku (seperti konperensi pemerintah biasa).

Kalau misalnya KPAI atau lembaga lain bisa menjadi fasilitator, dan undang semua pihak yang terkait, insya Allah akan dapat dukungan besar dari banyak kalangan dalam waktu cepat. Tapi harus dimulai sekarang, karena ada momentum dari kasus JIS di media. Jadi kita teruskan saja momentum itu.

Begitu dulu saran dari saya. Silahkan disebarkan ke teman yang lain, dan silahkan hubungi saya bila ada pertanyaan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...