[Pertanyaan]: Assalamu'alaikum, Pak Gene, saya ingin bertanya lebih dalam tentang orang kafir, terutama yang orang yang percaya ada Tuhan (bukan yang menyembah dewa). Apakah amal baik mereka tidak dipertimbangkan sama sekali oleh Allah SWT? Bukankah Allah SWT Maha ADIL?
[Jawaban]: Wa 'alaikum salam wr.wb. Mungkin sebagian orang Muslim merasa "lebih adil" kalau semua orang yang "baik hati" bisa masuk surga. Katanya, Allah Maha Adil. Jadi orang yang "baik hati" dan percaya pada Tuhan seharusnya masuk surga. Tapi tunggu dulu. Orang "baik" itu seperti apa? Agamanya apa? Tidak beragama? Merasa yakin ada Tuhan yang Maha Esa yang menciptakan alam semesta, tapi sekaligus, tidak mau lakukan hal-hal yang diperintahkan Tuhan itu? Dulu ada teman non-Muslim saya yang mengatakan:
"Saya percaya ada Tuhan yang Maha Esa. Dia berkuasa di atas segala sesuatu yang terjadi. Hakekat dari Tuhan adalah "cinta". Tidak ada kekuatan yang lebih sempurna daripada cinta. Rasa cinta berasal dari Tuhan. Jadi Tuhan inginkan kita mencintai sesama manusia. Saya mencintai pacar saya. Dan di saat saya bercinta dengan pacar saya, Tuhan pasti makin mencintai saya."
Di dalam Islam, hal itu disebut "perzinaan". Jadi dia dapat ajaran tentang "cinta" itu dari mana? Bukan dari Tuhan. Dia mengaku percaya pada Tuhan tapi sekaligus tidak peduli pada semua Nabi, semua kitab, atau bentuk ibadah yang ditentukan oleh Tuhan. Dia hanya percaya pada Tuhan dan "cinta". Yang penting, terserah dia merekayasa ajaran dan perbuatan yang "pasti disenangi oleh Tuhan".
Menurut dia, aborsi pasti didukung oleh Tuhan. Kalau ada anak yang tidak diinginkan, yang lahir di keluarga miskin, maka dia akan menderita. Daripada dia menderita dan sedih, Tuhan lebih senang anak itu tidak lahir. Jadi justru karena kita mencintai anak, lebih baik aborsi. Aborsi = cinta terhadap anak (agar tidak menderita). Tuhan pasti pro-aborsi, dan itu bukan pembunuhan, karena bayi belum lahir. Katanya Tuhan "pasti" begitu.
Apakah benar Tuhan pro-seks bebas, dan pro-aborsi? Dan tidak ingin memberikan aturan apapun kepada manusia? Kita bebas melakukan apa saja yang diinginkan (seks bebas, aborsi, judi, narkoba, dan apa saja lagi yang diinginkan manusia) asal ada rasa "cinta" dalam kehidupan? Menurut dia, IYA, Tuhan seperti itu. Dari mana dia bisa tahu "kemauan Tuhan" seperti itu? Tentu saja dia merekayasa semua ajaran itu sendiri. Tidak ada sedikitpun dari ajaran itu yang berasal dari Tuhan. Jadi atas dasar apa dia bisa masuk surga, padahal dia merasa sebagai manusia yang BAIK yang selalu sebarkan "cinta" (dengan seks bebas dan aborsi, dll.)
Kalau ada Surga dan Neraka, maka kedua tempat itu adalah MILIK ALLAH. Bukan milik manusia. Allah sebagai pemilik boleh menentukan "syarat masuknya". Sebagai perumpamaan, bayangkan ada sebuah PT hiburan swasta bernama "Surga Indah" di pinggir pantai. Allah Pemilik mutlaknya. Lalu Allah menentukan cara masuk PT Surga Indah: Wajib punya tiket, yang harganya sekian rupiah, dibuka pada hari ini, pada jam ini, dilarang bawa anjing, dsb. Semua syarat masuk ditentukan oleh Allah. Lalu, bagaimana mungkin seorang manusia bersikeras "harus ada izin" untuk masuk tanpa bayar, tanpa perlu tiket, di jam 12 malam, pada harinya tempat itu tutup? Syarat sudah dibuat dan jelas. Yang melanggar tidak diberikan izin masuk. Selesai. Ini poin pertama yang paling penting. Kalau tidak mau taat pada syarat masuk sebuah tempat milik pribadi, dari mana bisa dapat izin masuk?
Kalau percaya masih mungkin masuk tanpa perlu izin sebelumnya, coba BUKTIKAN sekarang di dunia ini. Datang ke bandara, tanpa tiket pesawat, tanpa paspor, tanpa identitas, tanpa uang, dan coba paksakan masuk dan naik pesawat ke negara lain, dengan menyatakan, "Saya orang baik hati, jadi perusahaan penerbangan PASTI akan izinkan saya terbang ke sana." Bisa masuk? Tanpa tiket, paspor, identitas, atau uang? Tanpa peduli pada syarat masuk? Atau sama sekali tidak bisa? Coba berpikir secara cerdas: Di dunia ini saja tidak akan bisa, apalagi di akhirat, di hadapan Allah SWT yang Maha Kuasa!!
Setelah paham itu, coba berpikir tentang tujuan hidup di dunia ini. Kehidupan ini adalah UJIAN. Allah SWT adalah Tuhan yang memberikan ujian ini kepada kita. Dia yang membuat peraturan. Dan Dia yang mewajibkan kita beriman kepada-Nya. Segala sesuatu yang kita lakukan harus dilakukan KARENA Dia, karena kita BERIMAN kepada Dia. Kalau tidak, maka tidak diberikan nilai (pahala) oleh Dia.
Coba berpikir begini. Tuhan adalah pemilik suatu PT besar yang juga punya gedung sendiri. Di depan gedung itu ada banyak satpam yang jaga gedung, dan juga ada taman yang indah, yang terbuka untuk umum. Setiap hari, banyak bapak tua berkumpul di taman, main catur, ngopi dan melihat semua orang yang lewat. Suatu hari, bapak2 tua itu datang ke kantor HRD, dan minta gaji. Katanya, mereka lakukan hal yang "sama" dengan satpam: duduk di depan gedung dan melihat semua orang yang lewat. Apa bapak2 tua itu akan dikasih gaji? Tidak? Kenapa tidak?
Pemilik PT itu menggaji satpam. Satpam itu punya kewajiban: harus hadir di kantor setiap hari. Kalau tidak hadir, kena sanksi. Kalau hadir, dapat gaji dan hak2 lain. Jadi ada kewajiban, dan ada haknya. Kalau menjalankan kewajiban, dapatkan haknya. Bapak2 tua itu mungkin "kelihatan sama" dengan satpam, tapi mereka berbeda. Mereka tidak pernah daftar sebagai karyawan, tidak punya kewajiban, dan tidak akan kena sanksi kalau tidak hadir. Dan karena itu, mereka tidak dapat hak apapun dari sisi PT. Bisa paham? Kelihatan sama, tapi sebenarnya sangat berbeda.
Allah juga bersikap seperti itu. Dia menjadi Pemilik "Kompleks Surga Indah". Untuk masuk ada syaratnya: daftar sebagai karyawan. Setelah daftar, ada kewajiban: hadir dalam shalat 5 waktu per hari, dan lain-lain. Lalu setelah melakukan kewajiban, bisa menerima haknya: doa dikabulkan, dikasih kebaikan, dan diperhatikan terus. Dan nanti juga ada hak yang paling bagus dari semua, yaitu menerima tiket untuk masuk dan tinggal di kompleks bernama Kompleks Surga Indah, yang hanya disediakan untuk karyawan Allah yang pensiunan dari dunia ini. Selain karyawan Allah dilarang masuk. Tidak ada izin. Sederhana bukan?
Bagaimana dengan orang di dunia yang "percaya pada Tuhan dan melakukan kebaikan"? Mereka sama dengan bapak2 tua yang kelihatan sama seperti satpam, tapi sebenarnya berbeda, karena mereka bukanlah karyawan. Jadi walaupun mereka lakukan hal yang mirip, mereka tidak melakukan hal2 itu ATAS NAMA TUHAN. Alias, mereka bukan karyawan Allah, dan tindakan mereka tidak punya nilai di sisi Allah. Jadi mereka tidak dapat hak apapun di akhirat, dan dilarang tinggal di Kompleks Surga Indah, yang hanya untuk karyawan saja. Sederhana bukan?
Kalau seandainya Allah berikan hak pensiun kepada para satpam dan karyawan lain yang kerja keras selama puluhan tahun, dan JUGA berikan hak pensiun kepada bapak2 tua itu yang sebatas "mirip dengan satpam" maka di situ Allah menjadi TIDAK ADIL SEKALI! Yang kerja bertahun-tahun disama-ratakan dengan orang yang bukan karyawan dan tidak punya kewajiban apapun terhadap PT. Apakah itu adil? Tentu saja tidak. Jadi supaya bisa Maha Adil, Allah hanya memberikan tempat pensiun yang baik di Kompleks Surga Indah kepada orang yang pernah bekerja sebagai "karyawan Allah", yang resmi, terdaftar, dan bersertifikasi selama hidup di dunia.
Kalau orang lain mau meniru kebaikan yang dilakukan oleh orang Muslim dengan harapan bisa tinggal di Kompleks Surga Indah juga nanti, maka mereka sangat salah. Mereka melakukan kebaikan, tapi tidak mengaku bahwa Allah-lah yang perintahkan kebaikan itu! Oleh karena itu, Allah tidak mau berurusan dengan mereka karena mereka bukan karyawan Dia. Dan agar adil terhadap karyawan, orang yang bukan karyawan itu tidak dapat hak apapun nanti.
Ini sebuah ayat di Al Qur'an yang membahas orang seperti itu.
Amal Tidak Diterima Dari Org Kafir
103. Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?"
104. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
105. Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.
(QS. Al Kahfi 18.103-105)
Semoga sudah jelas. Wabillahi taufik walhidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
-Gene Netto
Search This Blog
Labels
alam
(8)
amal
(100)
anak
(299)
anak yatim
(118)
bilingual
(22)
bisnis dan pelayanan
(6)
budaya
(8)
dakwah
(87)
dhuafa
(18)
for fun
(12)
Gene
(222)
guru
(61)
hadiths
(9)
halal-haram
(24)
Hoax dan Rekayasa
(34)
hukum
(68)
hukum islam
(52)
indonesia
(570)
islam
(556)
jakarta
(34)
kekerasan terhadap anak
(357)
kesehatan
(97)
Kisah Dakwah
(10)
Kisah Sedekah
(11)
konsultasi
(11)
kontroversi
(5)
korupsi
(27)
KPK
(16)
Kristen
(14)
lingkungan
(19)
mohon bantuan
(40)
muallaf
(52)
my books
(2)
orang tua
(8)
palestina
(34)
pemerintah
(136)
Pemilu 2009
(63)
pendidikan
(503)
pengumuman
(27)
perang
(10)
perbandingan agama
(11)
pernikahan
(11)
pesantren
(34)
politik
(127)
Politik Indonesia
(53)
Progam Sosial
(60)
puasa
(38)
renungan
(178)
Sejarah
(5)
sekolah
(79)
shalat
(9)
sosial
(321)
tanya-jawab
(15)
taubat
(6)
umum
(13)
Virus Corona
(24)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Assalamualaikum Mas Gene
ReplyDeleteSeru sekali bahasannya, yakni tentang apakah orang baik tetapi Orang-orang muslim akan masuk surga atau tidak.
Saya bahkan pernah melakukan penelitian dengan cara mewawancara beberapa kyai serta dosen agama Islam. Kesimpulannya, bisa jadi, sekali lagi bisa jadi, ada orang yang semasa hidupnya tidak menjalankan syariat Islam, tetapi bisa diterima di surga Allah. Mengapa? Siapa? Mereka adalah orang2 yang semasa hidupnya :
1. Tinggal di daerah yang tidak terjamah oleh agama, termasuk Islam. Ada saja daerah di belahan dunia ini yang masih agak primitif dan hanya mengenal adat istiadat setempat. Berdasarkan keyakinan bahwa setiap manusia yang lahir dilahirkan sebagai muslim, tentunya mereka berhak atas surgaNya Allah karena mereka terhitung sebagai muslim.
2. Orang-orang yang sedang mencari agama, tetapi kebetulan menemukan Info yang salah tentang islam. Media barat saat ini gencar sekali mendekatkan islam dengan sosok teroris, sehingga bisa saja ada orang yang tadinya ingin masuk islam jadi tidak jadi. Bukan salah orang tersebut tidak jadi masuk islam, melainkan media-media setan yang mengelabuhinya.
3. Orang-orang yang hidup di masa pergantian nabi. Ada kalanya terjadi masa kosong di antara pergantian dua nabi zaman dahulu. Contohnya, orangtua nabi muhammad. Mereka tidak hidup di zaman Nabi Isa dan meninggal sebelum Nabi Muhammad menjadi nabi, sehingga mereka tidak tahu seperti apa ajaran dari Allah.
Untuk kategori 2 dan 3, mengutip dari ceramah Ustadz Abdurraheem Green, orang-orang tsb akan diberikan ujian oleh Allah di akhirat. Mereka akan diminta masuk ke neraka, tetapi api neraka akan menjadi dingin khusus untuk mereka. Apabila mereka percaya akan pertolongan Allah, mereka tentu akan menyanggupi(toh apinya dingin) dan nantinya akan masuk surga. Jika tidak, ya sebaliknya.
Kita juga tahu bahwa Nabi Isa akan kembali 40 tahun sebelum kiamat. Ia kelak akan berusaha untuk memberikan pencerahan kpd mereka yang memerlukan. Termasuk umat kristiani yang salah konsep tentang Nabi Isa, maupun Yahudi yang menolak ajarannya.
Kira2 begitu hasil penelitian saya mengenai pertanyaan kawan Mas Gene. Adapun semua ini, baik pendapat Mas Gene ataupun saya, belum tentu benar. Insha Allah kita sebagai muslim dapat selalu mendoakan saudara2 non muslim kita untuk segera mendapatkan hidayah.
Masya Alloh, super sekali, luar biasa, pemahaman bpk begitu kuat ttg islam, bisa menjelaskan secara gamblang, saya iri dengan pemahaman dan ilmu bpk yang sudah begitu dalam, saya muslim, tp banyak muslim di Indo ini yang tak paham dengan agamnya sendiri dan tak mau belajar lebih, mungkin termasuk saya, jazzakumulloh
ReplyDelete