Minggu, 16 Agustus 2015 14:15 WIB
Solopos.com, JAKARTA-Komisioner Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) Susanto mengatakan perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus masih
kontraproduktif untuk kemerdekaan anak Indonesia. “Beberapa hal masih
kontraproduktif dengan spirit kemerdekaan, kata Susanto di Jakarta, Minggu. Mendefinisikan
kata “kemerdekaan”, kata dia, tidak semudah mengatakannya sebagai slogan
apalagi bila kita kaitkan dengan penyelenggaraan perlindungan anak.
Menurut dia, KPAI masih mencatat berbagai tindakan yang
merugikan anak Pertama, kata dia, masih banyak anak menjadi korban eksploitasi
ekonomi seperti menjadi pengemis, peminta-minta, korban jasa eksploitasi
seksual karena dipaksa oleh orang dewasa. Menurut dia, anak tidak berdaya
melawan, menghindar apalagi menentang. Anak demikian harus dimerdekakan. Kedua,
lanjut dia, masih banyak anak yang menjadi korban pola pengasuhan yang salah.
Tidak sedikit anak yang dicubit, ditendang, dipukul, bahkan diciderai oleh orang
terdekat dengan alasan “mendidik”.
Selanjutnya ketiga, banyak anak menjadi korban sistem
sekolah yang bernuansa kekerasan dan senioritas. Junior tidak kuasa melindungi
dirinya dari kultur primitif kekerasan yang dibungkus kegiatan masa orientasi
sekolah, pengenalan sekolah atau bahkan alasan pengkaderan, kata Susanto. Kemudian
keempat, masih kata dia, masih banyak anak menjadi korban tontonan pornografi,
kekerasan, konflik, bahkan kejahatan. Kondisi tontonan demikian harus dihapus
untuk kepentingan terbaik anak.
Kelima, lanjut Susanto, masih banyak anak yang menjadi
korban bisnis atas nama kebahagiaan dan keceriaan anak. Tidak sedikit arena
bermain justru tidak sesuai dengan tumbuh kembang anak. Mainan berkonten
peperangan, berkelahi, pembunuhan, banyak ditemukan dimainkan oleh anak. Kemudian
keenam, kata dia, masih banyak anak menjadi korban dari perilaku hidup yang
tidak sehat untuk anak. Anak seringkali jadi korban perokok aktif yang berakhir
sakit.
Ketujuh, kata Susanto, masih banyak anak menjadi korban
eksploitasi politik. Seringkali anak dijadikan alat kampanye, juru kampenye
bahkan ikut memobilisasi massa kampanye. Anak demikian harus dimerdekakan. Terakhir
kedelapan, kata Susanto, masih banyak anak menjadi korban produk mainan yang
bermasalah. Tidak sedikit anak bermain dengan media mainan tidak sehat, bau,
dan mengandung bahan berbahaya untuk anak. “Secara prinsip, anak memiliki hak
untuk dimerdekakan. Semua pihak harus memastikan bahwa anak tidak menjadi
korban kebijakan yang salah. Negara tidak boleh kalah,” kata dia.
terimakasih banyak, sangat menarik sekali artikelnya...
ReplyDelete