Kamis, 20 Agustus 2015,
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pencabulan yang dialami PS,
bocah 14 tahun di Surabaya, menambah daftar hitam kejahatan seksual terhadap
anak di Indonesia. Seperti banyak kasus serupa, pelaku adalah orang dekat
korban. Pelaku berinisial TB (43), yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka
adalah kekasih GM (43), yang tak lain adalah ibu korban.
Sifat sang Ibu yang temperamental dan ringan tangan membuat PS yang dikenal pendiam memilih tidak mengadu. Kekhawatiran PS memang beralasan. Terbukti, hingga kasus ini terbongkar dan TB ditetapkan sebagai tersangka pada awal Juni 2015, sang Ibu tetap membela kekasihnya. Ia bahkan memaksa sang anak meralat pengakuannya.
PS yang berada dalam perlindungan sejumlah anggota keluarga menceritakan, kasus sodomi yang ia alami terjadi mulai awal Desember 2014 hingga Mei 2015. Selama itu, pelaku menyodomi dia lebih dari 50 kali.
Menurut PS, TB paling sering melakukan tindakan bejat itu di rumahnya, di Jalan
Kaliwaru Nomor 27 G, Surabaya. Selebihnya, pelaku juga mencabuli korban di
kamar kos sang Ibu di Jalan Baratajaya Nomor 56, serta di sebuah hotel sewaktu
liburan di Bali.
Sifat sang Ibu yang temperamental dan ringan tangan membuat PS yang dikenal pendiam memilih tidak mengadu. Kekhawatiran PS memang beralasan. Terbukti, hingga kasus ini terbongkar dan TB ditetapkan sebagai tersangka pada awal Juni 2015, sang Ibu tetap membela kekasihnya. Ia bahkan memaksa sang anak meralat pengakuannya.
PS yang berada dalam perlindungan sejumlah anggota keluarga menceritakan, kasus sodomi yang ia alami terjadi mulai awal Desember 2014 hingga Mei 2015. Selama itu, pelaku menyodomi dia lebih dari 50 kali.
“Pertama, terjadi awal Desember. Mama tidur. Aku tidur jam 12 malam. Dia (pelaku) menaiki aku. Aku sudah tolak, tetap maksa. Dia pakai kondom, terus dimasukin. Aku ditutup mulutnya. Terus begitu, setiap Mama tidur,” ujar PS kepada Republika di Surabaya, Ahad (16/8).
Menurut PS, sejak lama ia berusaha menghindari pelaku. Ia pernah menolak diajak ibunya ke rumah pelaku. Tetapi setiap kali ia menolak, ibunya selalu marah, bahkan menampar dan memukulnya. Itu karena TB, pacar sang ibu, tidak menghendaki GM, ibu korban, datang kerumahnya tanpa kehadiran PS.
“Dia bilang ke mamaku, nanti kalau punya uang, dia (pelaku) mau belikan aku sepeda motor. Mamaku kayak kecantol gitu sama dia,” tutur bocah kelas II SMP itu dengan wajah polos.
Salah seorang keluarga korban yang enggan disebutkan namanya bercerita, pelaku sebenarnya adalah orang dekat keluarga mereka. Sehingga ketika mendengar cerita sang anak untuk pertama kali, mereka mulanya tidak percaya. Tetapi setelah divisum, memang didapati luka pada anusnya.
“Kami langsung panggil korban. Semua keluarga kami kumpulkan. Dia datang dan mengakui perbuatannya. Dia bilang, ‘sori aku khilaf’. Enak aja cuman bilang maaf. Kita lapor polisi,” ujar saudara korban.
GM, Ibu korban merupakan janda lima orang anak. PS merupakan anak bungsunya. Sejak suaminya meninggal hampir 10 tahun lalu, GM menjadi tulang punggung keluarga. Ia pernah membuka kedai ikan bakar, bisnis air isi ulang, hingga bekerja menjadi pelayan toko.
Menurut saudara korban, hinga kini GM masih berkeras melindungi pelaku dan memaksa PS meralat keterangannya. Atas dasar itu, sejumlah anggota keluarga memutuskan untuk mengamankan PS dari jangkauan ibunya.
No comments:
Post a Comment