Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (557) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (179) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

25 October, 2021

Ilmu Untuk Menciptakan Vaksin Dari Mana Kalau Bukan Dari Tuhan?


Foto seperti ini hilang karena…. VAKSIN! Yang menolak vaksinasi Covid punya banyak "alasan", tapi zaman dulu, orang sudah lihat penderitaan nyata di depan mata dari penyakit seperti polio, dan ketika vaksin akhirnya berhasil diciptakan, ada antrean panjang untuk didapatkan secepatnya. Zaman sekarang, dengan kemajuan teknologi dan sains, dan banyak ahli kesehatan di seluruh dunia, malah banyak orang awam mengatakan "ingin pelajari sendiri" karena tidak percaya pada dokter dan ilmuwan.

Allah SWT berikan ilmu yang luas kepada para dokter, lalu banyak Muslim bilang "tidak percaya" dan mau "cari info yang pasti" dulu karena "dokter belum tentu mengerti". Dan orang-orang yang sama, untuk bantu anaknya kerjakan PR matematika di tingkat SD ternyata tidak bisa. Tapi simsalabim, mereka merasa bisa mendapat ilmu setara 10 tahun kedokteran dengan cara "baca-baca sendiri" di internet. Sungguh disayangkan. Allah berikan kita akal agar berpikir secara sehat, dan serahkan segala urusan kepada ahlinya. Vaksin ketahuan bermanfaat dan benar, karena para dokter pakai sendiri, dan berikan kepada keluarganya. Itu sudah menjadi bukti mutlak bagi orang yang akalnya sehat.
-Gene Netto

The Man In The Iron Lung
https://www.theguardian.com

21 October, 2021

Poligami Seharusnya Dilarang, Dan Manusia Wajib Hidup "Berpasangan" Seperti Binatang Dalam Kisah Nabi Nuh?

40. Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman, "Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina) dan keluargamu, kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman." Dan tidak beriman bersama dengan Nuḥ itu kecuali sedikit. (QS. Hud 11:40)

Assalamu’alaikum wr.wb. Ada orang yang belajar tentang Islam, tapi dia merasa ada yang salah yaitu: Poligami. Seharusnya dilarang. Alasannya? Kisah Nabi Nuh! Ditulis binatang masuk bahtera secara berpasangan, jadi "manusia harus sama" dan hidup berpasangan juga. Itu yang paling benar dan logis, katanya. Apa pemikiran itu masuk akal?

Ternyata, kebanyakan dari binatang main seks dengan pasangan mana saja yang lewat, dan hampir tidak ada yang "berpasangan seumur hidup". Binatang tidak perlu pernikahan. Binatang hidup telanjang dan tidak perlu aurat. Binatang tidak puasa di bulan Ramadhan. Binatang bisa bunuh dan makan anaknya. Dan seterusnya! Apa manusia harus sama?

Keadaan Darurat Dan Normal Berbeda

Dalam keadaan darurat, Nabi Nuh diperintahkan untuk bawa sejumlah binatang. Cukup sepasang karena tempatnya terbatas. Tapi kondisi darurat dan normal tidak sama. Jadi bagaimana dengan binatang dalam kondisi normal? Apa domba jantan (misalnya) hanya punya satu "istri" di tengah ratusan betina? Tidak! Dia kawin dengan semuanya. Tapi kalau ditaruh di kandang dengan 1 betina, dia hanya akan kawin dengan 1 betina itu (yang juga bukan istrinya!). Jadi agar manusia sama, maka dalam kondisi normal, para pria harus diizinkan main seks sepuasnya dengan perempuan mana saja yang lewat!

Domba jantan dalam kondisi normal, saat musim kawin sepanjang 34 hari, bisa kawin dengan minimal 5 betina per hari. Jadi dalam 34 hari, dia bisa kawin dengan minimal 170 betina. Betina itu menjadi hamil untuk 5 bulan. Lalu melahirkan 1-3 anak, atau 170-300 anak domba. Lalu domba jantan juga bisa kawin dengan anak betinanya sendiri.

Jadi, agar manusia sama, dalam kondisi normal, bukan darurat, seorang pria seharusnya boleh main seks dengan 5 perempuan per hari juga. Tapi manusia tidak punya masa kawin terbatas. Jadi 365 hari x 5 perempuan per hari = 1.825 perempuan setiap tahun. Dan setelah 1.825 anak lahir, dan 912 (separuhnya) adalah perempuan, maka pria itu juga boleh main seks dengan 912 anak perempuannya sendiri, ketika badannya cukup besar. Dan tahun berikutnya, hal yang sama terulang lagi, sampai pria itu sudah main seks dengan belasan ribu perempuan dewasa dan anak perempuan. Tetapi kalau ada kondisi darurat seperti gempa bumi, banjir, dsb., dan seorang pria terpaksa hidup dalam sebuah tenda dengan seorang perempuan, maka dia hanya bisa main seks dengan pasangan itu. Jadi pria hanya "berpasangan" dengan satu perempuan dalam "kondisi darurat" di mana akses ke ribuan perempuan lain dibatasi. Kalau kondisi hidup manusia begitu, baru bisa dikatakan "aturan binatang dan manusia sama".

Kalau orang non-Muslim mau menolak poligami dengan alasan "kisah Nabi Nuh", artinya cuma satu: Orang itu sengaja mencari alasan untuk salahkan Islam! Kalau mau memaksa manusia dan binatang hidup dengan aturan yang sama, kenapa sangat pilih-pilih dan hanya ambil aturan "sepasang" dari kisah Nabi Nuh? Ambil semua aturan lain terkait kehidupan binatang, dan wajibkan bagi manusia! Sayangnya, orang yang menolak poligami itu menggunakan "logika" yang tidak masuk akal. Hal yang tidak logis dipaksa terkesan logis. Kalau mau tolak Islam, silahkan tolak saja. Tidak perlu menciptakan "sebab" sendiri. Sebaiknya cari kebenaran Islam dengan bertanya dan belajar, bukan merekayasa alasan untuk menolak kebenaran Islam karena malas belajar.

Semoga bermanfaat. Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
-Gene Netto

11 Siswa MTs Harapan Baru Ciamis Tewas Saat Susur Sungai Kegiatan Pramuka

Hal yang sama terulang terus karena satu sebab: Banyak orang tua di Indonesia tidak peduli pada anaknya orang lain! Kenapa saya katakan begitu? Di banyak negara lain, kalau anak mati terus dalam kegiatan sekolah, banyak orang tua akan bersatu dan menuntut harus terjadi perubahan. Mereka berpikir, "Bagaimana kalau anak saya menjadi korban besok?" Tapi di Indonesia beda. Seratus juta orang tua teriak keras dengan satu suara, "Bukan tanggung jawab saya! Dan saya hanya satu orang, jadi saya tidak bisa berbuat apa-apa!"

Jadi anak Indonesia mati terus, dan guru mengatakan "musibah" terus, padahal itu kelalaian yang jelas. Di negara maju, guru seperti itu akan ditangkap polisi dan diselidiki. Anak adalah amanah dari Allah. Orang tua titipkan amanah itu kepada guru. Lalu ada guru yang lalai, dan biarkan anak mati, karena tidak mau belajar dan utamakan keselamatan anak sebagai prioritas tertinggi.

Selama anak mereka aman, banyak orang buang muka dan mengatakan "musibah" secara abadi, dan merasa tidak perlu peduli pada anak tetangga. Ini bukan prinsip hidup yang benar bagi seorang Muslim, seorang guru, atau orang tua. Tapi sangat umum di sini. Kalau para orang tua dan guru tidak mau perhatikan semua anak Indonesia, maka anak akan mati terus dalam kegiatan sekolah. Dan besok, mungkin seorang anak yang anda kenal yang akan mati. Tolong bangun dari dunia mimpi, bersatu dengan semua orang tua dan guru yang baik, dan utamakan keselamatan dan kesejahteraan bagi semua anak Indonesia, sebelum sebuah "musibah" yang bisa dicegah terjadi di sekitar anda!
-Gene Netto

11 Siswa MTs Harapan Baru Ciamis Tewas Saat Susur Sungai Kegiatan Pramuka
Penulis Kontributor Tasikmalaya, Irwan Nugraha, Kontributor Pangandaran, Candra Nugraha | Editor David Oliver Purba CIAMIS, KOMPAS.com - Sebanyak 11 siswa MTs Harapan Baru Cijantung, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, meninggal saat kegiatan pramuka susur sungai di Sungai Cileueur, tepatnya di Dusun Wetan RT 01/RW 01, Desa Utama, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Jumat (15/10/2021) sore.
"Yang kena musibah dinyatakan meninggal dunia ada 11 orang. Terdiri dari delapan laki-laki dan tiga perempuan," ujar Bupati Ciamis Herdiat Sunarya, kepada wartawan di RSUD Ciamis, Jumat malam.
https://regional.kompas.com

13 October, 2021

Anak Laki Dicabuli Gurunya Di SD, Baru Mengaku Ke Ibu 3 Tahun Kemudian

Semoga orang tua yang baca berita ini mau ambil pelajaran. Bagi orang yang pelajari kekerasan seks terhadap anak, berita ini sangat biasa. Seorang anak laki-laki dicabuli gurunya di saat SD dulu, tepatnya tahun 2016-2018 ketika kelas 4 sampai 6. Sekarang, sudah remaja di SMP. Dan baru sekarang merasa tidak tahan (untung belum bunuh diri), mengaku ke Ibunya, dan lapor ke polisi.

ARTINYA, seorang anak yang terlihat "biasa" di SD bisa saja menjadi korban pencabulan selama 2 tahun, TANPA SEPENGETAHUAN ORANG TUA. Kalau anda punya anak, atau keponakan, tolong diperhatikan baik-baik. Banyak anak yang dicabuli menjadi ketakutan karena diancam, dan tidak tahu mesti melakukan APA. Tidak ada pelatihan di sekolah bagi siswa, atau guru. Guru lain (yang mengaku baik) biasanya sibuk buang muka dan tidak mau tahu.

Jadi anak yang anda kenal, yang "terlihat normal" bisa saja sedang menyimpan rahasia besar. Tapi dia ketakutan. Guru lain di sekolah tidak mau peduli. Orang tua malu membahas seks dengan anaknya (apalagi membahas pencabulan). Hasilnya adalah anak kecil itu kebingungan mencari pertolongan di mana. Yang salah ada 100% dari orang dewasa di sekitarnya yang MEMILIH untuk tidak perhatikan masalah ini, dan membiarkan anak menderita. Seharusnya malu, tapi tidak. Sibuk buang muka, dan anggap masalah bagi orang lain saja. Siapa yang mau melindungi anak Indonesia?
-Gene Netto

Pria Guru SD di Wonogiri Ini Cabuli Siswa Laki-laki Selama 2 Tahun
Andika Tarmy – detikNews Selasa, 07 Sep 2021 Wonogiri - Polisi menahan seorang pria yang berprofesi sebagai guru sekolah dasar (SD) di Wonogiri, Jawa Tengah. Oknum guru berinisial PPH (35) tersebut diamankan terkait dugaan pencabulan terhadap salah seorang murid laki-lakinya selama dua tahun sejak 2016.
https://news.detik.com

Guru di Tangerang Hobi Rapikan Rambut Murid sampai Bawa Alat Cukur Sendiri

Di satu sisi, berita ini "baik" karena beda dengan semua berita dulu tentang guru-guru yang memukul dan menghukum siswa yang rambutnya kepanjangan. Tapi di sisi lain, berita ini buruk, karena walaupun menunjukkan ada guru yang berubah, perubahan itu tetap tidak hilangkan masalah intinya: Kenapa rambut siswa menjadi perhatian guru?! Siapa yang bilang "rambut yang rapi" merupakan suatu tujuan pendidikan yang utama?

Rambut adalah bagian dari identitas pribadi yang penting bagi kebanyakan orang. Itu sebabnya penjajah Jepang punya program gunduli tahanan perempuan agar ada efek psikologis terhadap mereka, untuk membuat mereka takut melawan diktator yang berkuasa. (Dan kebiasaan jahat itu masih dilestarikan di banyak pesantren sampai sekarang.) Einstein terkenal karena rambutnya panjang dan berantakan. Tidak ada efek apapun terhadap kecerdasannya.

Usaha membuat semua anak "seragam" dan "setara robot" yang diam dan taat terhadap guru dan penguasa di atasnya adalah proses pendidikan yang keliru. Anak perlu dididik untuk berpikir sendiri, mengurus diri sendiri, dan bertanggung jawab terhadap semua perbuatannya. Tapi terus-terusan, banyak guru gagal fokus pada tujuan pendidikan itu, dan sibuk membuat anak "seragam" sampai ukuran dan kerapian rambut menjadi perhatian. Padahal orang tua tidak pernah minta rambut anaknya diatur oleh guru. Jadi kenapa banyak guru sibuk fokus pada hal yang tidak penting? Lebih baik semua guru mendidik anak laki-laki untuk "mengatur kemaluannya" agar tidak menjadi pemerkosa, daripada mendidiknya untuk mengatur kerapian rambut.
-Gene Netto

Guru di Tangerang Hobi Rapikan Rambut Murid sampai Bawa Alat Cukur Sendiri
Sabtu, 25 September 2021 - Cerita seorang guru yang hobi merapikan rambut muridnya yang berantakan, viral di media sosial. Bahkan, guru tersebut telah mempersiapkan alat untuk merapikan rambutnya sendiri.
Terlihat adanya sisir dan hair spray yang ia gunakan untuk merapikan rambut sang murid.
https://kaltim.tribunnews.com

Anak Indonesia Menjadi Yatim Piatu Karena Covid-19, Kenapa Pemerintah Mau Peduli?

Pertanyaan serius: Kenapa harus ada yang peduli pada anak yatim yang orang tuanya menjadi korban Covid? Selama puluhan, tidak ada kepedulian terhadap ratusan ribu, atau jutaan (?) anak yatim di Indonesia. Saya tidak bisa sebutkan jumlah tepatnya karena tidak punya data. Dulu saya pernah hubungi beberapa kementerian, beberapa politikus, anggota DPR, dan mantan pejabat yang saya kenal. SEMUANYA mengaku tidak ada yang punya data tentang jumlah anak yatim di seluruh Indonesia. Artinya, selama ini, anak yatim tidak pernah merupakan prioritas pemerintah. Dibiarkan cari nafkah hidup sendiri, tanpa kepedulian dari para pemimpin negara.

Syukur kalau mereka dapat bantuan saudara. Syukur kalau masuk pesantren atau panti asuhan. Syukur kalau ada lembaga seperti Muhammadiyah, NU, universitas, atau masjid besar yang salurkan bantuan secara rutin. Dan kalau tidak? Buat apa mereka dipikirkan? Kalau mereka hidup dalam kemiskinan, kesulitan, putus sekolah, menjadi kuli atau tukang, diperalat orang dewasa, dipaksa kerja tanpa gaji yang benar, diancam, disiksa, dianiaya, diperkosa, disodomi, atau dibunuh, buat apa pemerintah perlu peduli?
Mereka hanya anak yatim, bukan anaknya orang elite!!

Sekarang, secara tiba-tiba, sudah muncul suatu "kepedulian" di berbagai daerah. Tapi hanya dari pejabat lokal atau pemda, dan belum terlihat kepedulian nasional. Walaupun Wakil Presiden seorang mantan Ketua MUI, walaupun ada 200 juta Muslim di negara ini, walaupun banyak Muslim kaya menjadi pejabat, tetap tidak terlihat kepedulian yang benar terhadap nasibnya anak yatim. Apalagi anak dhuafa. Jadi kalau para pemimpin Indonesia bisa hidup selama puluhan tahun, dan memperkaya diri, dan mengejar kekuasaan bagi mereka dan saudaranya, tanpa pernah peduli pada jutaan (?) anak yatim di seluruh negara, kenapa mau peduli sekarang, hanya karena ada Pandemi Corona?

Sejak dulu ada ratusan ribu, atau jutaan (?) anak yatim di Indonesia, yang hidup tanpa bantuan jelas dari pemerintah. Sudah merdeka 70 tahun, tapi masih belum dipedulikan. Tapi setelah beberapa anak jadi yatim disebabkan Pandemi Corona, simsalabim, pemerintah berubah dan siap kasih bantuan. Dan bagi anak yang menjadi yatim tahun 2019 sebelum pandemi? Ternyata, mereka tidak usah dibahas…!
-Gene Netto

Anak-Anak Yatim Piatu Korban Covid-19, Siapa Peduli?
https://news.detik.com

Pemerintah Siapkan Bantuan Sosial Untuk Yatim Piatu Akibat COVID-19
https://www.voaindonesia.com

Kemensos Siapkan Bansos Yatim Piatu Covid Rp300 Ribu Sebulan
https://www.cnnindonesia.com

4 Ribu Anak DKI Yatim Piatu Akibat COVID-19, Pemprov Siapkan Bantuan
https://news.detik.com

Gereja Katolik Penuh Kasus Pencabulan Anak Dalam Sejarahnya, Umat Islam Bagaimana?

Laporan baru membuka data tentang ribuan pastor yang menjadi pedofil di Perancis. Tetapi hal yang sama masih terjadi di tengah umat Islam. Ustadz dan guru ngaji yang cabuli anak belum tentu dilaporkan ke polisi. Banyak yang dilindungi, dan kasus pencabulan diselesaikan secara kekeluargaan. Artinya, ustadz itu dipersilahkan pergi ke tempat lain dan cabuli anak di sana! Yang penting jangan cabuli anak saya! Kalau cabuli anak Muslim lain, EGP!

Banyak pesantren bertindak cepat untuk larang semua murid dan ustadz membahas kasus pencabulan ketika terjadi. Nama baik pesantren lebih utama bagi mereka daripada perlindungan anak. Bahkan korban disuruh ikut tutupi pencabulan itu karena dikatakan "aibnya" sang ustadz. Dan korban disuruh maafkan saja, tanpa berhak mendapat keadilan. Banyak pengurus pesantren gagal paham (atau tidak mau tahu) bedanya antara "aib" atau perbuatan buruk yang dilakukan sendiri tanpa efek ke orang lain, dan "pelanggaran hukum" yang timbulkan korban. Kalau ada korban, berarti ada orang Muslim yang berhak dapat keadilan, jadi bukan "aib" lagi tapi pelanggaran hukum.

Tapi banyak pesantren tidak mau tahu. Nama baik pesantren lebih utama. Usaha menutupi suatu kejahatan terhadap anak kecil demi menjaga nama baik lembaga itu sudah dicoba oleh Gereja Katolik selama puluhan (atau ratusan?) tahun, dan setiap pastor yang cabuli anak dilindungi, tanpa investigasi. Hasilnya, ratusan ribu anak, bahkan jutaan anak dicabuli dan dapat kehidupan penuh trauma. Dan sebagian dari korban menjadi pelaku ketika dewasa.

Sayangnya, banyak orang Muslim tidak mau belajar dari sejarah, dan tidak takut ulangi kesalahan yang sama. Mereka sibuk mengagungkan diri sendiri sebagai umat terbaik dan agama paling benar, sehingga kasus pencabulan membuat mereka malu, dan lebih enak buang muka dan pura-pura tidak tahu daripada dihadapi. Anak Muslim yang menjadi korban diabaikan saja. Yang penting bukan anak saya!!
-Gene Netto

3.200 Imam Gereja Katolik Prancis Paedofil, Lecehkan Anak
CNN Indonesia | Senin, 04/10/2021 Komisi investigasi independen melaporkan setidaknya sekitar 3.200 pastor dan pejabat Gereja Katolik Prancis lainnya paedofil dan melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak sejak 1950. Salah satu pegawai negeri sipil senior Prancis, Jean-Marc Sauve, menyatakan hasil penelitian komisi independen menemukan antara 2.900 dan 3.200 pendeta atau anggota gereja lain merupakan paedofil. Ia juga mengatakan, jumlah itu masih perkiraan minimum. Menurut Sauve, laporan tersebut berusaha menghitung jumlah pelaku dan korbannya.
https://www.cnnindonesia.com

Tersangka Kasus Sodomi dan Cabuli 26 Santri di Sumsel Bertambah Jadi 2 Orang

Beberapa minggu yang lalu, ada berita tentang seorang ustadz yang cabuli dan sodomi 26 anak di pesantren di Sumatera. Tapi ternyata pelakunya DUA ustadz bukan satu saja. Baru ketahuan sekarang karena waktu awal kasus itu, ada seorang anak yang masih ketakutan mengaku. Dia disodomi dan diancam. Polisi sudah ketemu ENAM anak lain yang menjadi saksi (tapi juga diam selama ini.) Jadi walaupun polisi sudah datang dan investigasi, dan semua anak sudah diminta lapor, korban yang itu tetap diam saja. Akhirnya setelah polisi kerja sama dengan semua orang tua, dan mereka dididik caranya membujuk semua anak, akhirnya satu anak itu bercerita bahwa dia juga disodomi, tapi pelakunya berbeda (dan di saat itu masih kerja di pesantren!)

Ini membuktikan pentingnya melibatkan polisi, polwan, psikolog, dan pekerja sosial dalam kasus pencabulan, karena membutuhkan ILMU untuk bertanya kepada anak dan dapat jawaban yang jujur. Kalau seorang ustadz ketahuan cabuli anak, lalu dia mengakui pernah cabuli dua anak saja, dan hanya meraba-raba saja, lalu perbuatan itu dirahasiakan, dan dia dipersilahkan keluar alias pindah ke pesantren yang lain (dan cabuli anak di sana), maka risikonya TINGGI sekali. Soalnya, walaupun dia mengaku cabuli dua anak, belum tentu belasan korban yang lain akan berani mengaku. Apalagi yang bertanya adalah ustadz-ustadz yang lain.

Perlu bantuan dari pihak luar, yang punya keahlian untuk bertanya kepada anak. Dan tidak boleh dirahasiakan atau diselesaikan secara kekeluargaan. Kalau itu yang dilakukan, mungkin ada belasan korban yang tidak pernah akan ketahuan, jadi tidak dapat bantuan, dan di masa depan mereka yang bisa menjadi pelaku.
-Gene Netto

Tersangka Kasus Sodomi dan Cabuli 26 Santri di Sumsel Bertambah Jadi 2 Orang
M Syahbana – detikNews, Kamis, 30 Sep 2021 Palembang - Polisi menangkap pria berinisial IA (20) yang diduga menjadi pelaku sodomi santri di salah satu pesantren di Ogan Ilir, Sumatera Selatan. IA merupakan pengasuh sekaligus pengajar di pesantren tersebut.
https://news.detik.com

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...