Assalamu’alaikum wr.wb. Ini sebagian dari hal-hal yang pernah saya lakukan sejak 1995, untuk memajukan Indonesia. (Ini bukan untuk pamer, tetapi untuk menjelaskan saja.)
Selama 15 tahun, saya mengajar bahasa Inggris di Jakarta. Murid saya lebih dari 10.000 orang. Saya memberikan pelatihan dan pembinaan guru dan siswa di berbagai tempat selama 20 tahun, tanpa tarif. Saya sudah menolong ribuan orang dengan konsultasi gratis, tentang Islam, urusan muallaf, pendidikan, psikologi anak, parenting, pernikahan, masalah pribadi, business development, dsb. Hampir setiap hari ada permintaan konsultasi yang baru.
Saya sudah ceramah di ratusan masjid, kantor dan pengajian, tanpa tarif. Saya pernah berikan ceramah Maulid Nabi di Masjid Istiqlal di depan Menteri Agama. Saya sudah berikan ceramah motivasi kepada ribuan siswa, yatim, dan dewasa, agar mereka semangat berjuang, walaupun miskin. Kadang, saya diskusi dengan orang yang tidak shalat selama 20-30 tahun, dan biasanya mereka langsung mulai lagi setelah diskusi dengan saya 1 kali. Saya juga bertemu orang yang ingin murtad, dan membantu mereka agar tetap Muslim, atau kembali ke Islam kalau sudah murtad.
Saya sering mencari dana untuk menolong anak yatim, dhuafa, anak cacat, pengobatan, bakti sosial, pesantren, jompo, dll. Dari itu, saya sudah bantu puluhan ribu orang di berbagai wilayah. Saya sudah kumpulkan dan salurkan lebih dari 3 milyar rupiah, tanpa potongan atau biaya.
Saya pernah berusaha mendirikan lembaga nasional untuk menolong ribuan orang yang menjadi muallaf di Indonesia setiap tahun. Awalnya, Kementerian Agama mendukung, tetapi tarik dukungannya setelah kami bersikap “anti-korupsi”. Teman-teman saya patah hati, dan program itu dibubarkan.
Saya pernah mengusulkan “Menteri Urusan Anak”. Presiden SBY setuju, tetapi jumlah menteri terlalu banyak. Jadi, nama “Menteri Pemberdayaan Perempuan” diubah pada tahun 2009 menjadi “Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak”. Saya dapat perubahan nama, tetapi belum dapat menteri yang fokus pada 80 juta anak.
Ada berita tentang 12 ribu paedofil Australia yang masuk Bali setiap tahun. Saya berusaha membuat daftar cekal agar mereka diblokir. Saya berusaha membangun hubungan antara Imigrasi Indonesia, polisi dan imigrasi Australia. Saya hubungi beberapa kedutaan yang lain dan ajak bergabung juga. Akhirnya saya berhenti, karena semua pihak bersikap pasif dan menunggu saya bertindak sendirian, tanpa dukungan.
Saya berusaha membentuk sebuah Forum Diskusi Nasional, untuk mengatasi masalah kekerasan terhadap anak. Saya hubungi berbagai ahli pendidikan, agama, budaya, psikologi, dan ajak mereka bersatu. Akhirnya saya berhenti, karena semua pihak bersikap pasif dan menunggu saya bertindak sendirian, tanpa dukungan.
Saya mendirikan "Yayasan Bambu Biru" dengan teman saya Dr. Irwan Kreshnamurti SpOG, sebagai wadah untuk menciptakan beberapa program berskala nasional untuk memajukan Indonesia. Yang utama adalah Program Pelatihan Guru Nasional yang gratis, untuk menolong 3 juta guru dan 70 juta siswa. Tetapi program itu belum bisa dikembangkan, karena saya tidak bisa dapat dana atau dukungan. Sekarang, saya juga tidak bisa dapat visa untuk kerja di dalam yayasan, jadi mungkin akan dibubarkan.
Dengan teman-teman dokter, saya pernah membuat program pengobatan skabies (kudis) yang dilaksanakan di beberapa panti asuhan dan pesantren. Skabies adalah penyakit kulit gatal yang disebabkan oleh parasit. Lewat yayasan saya, direncanakan Program Nasional. Tetapi belum dikembangkan, karena semua pihak bersikap pasif dan menunggu saya bertindak sendirian, tanpa dukungan.
Saya sudah menulis buku "Searching for God and Findiing Allah" (Mencari Tuhan, Menemukan Allah) yang membandingkan ajaran agama Islam dan Kristen. Puluhan orang masuk Islam setelah baca Draft, dan beberapa Muslim batal murtad. Alhamdulillah, sudah terbit sebagai ebook dalam bahasa Inggris, tetapi saya masih sakit setelah kena Covid 2 kali, jadi belum melakukan marketing global. Insya Allah nanti juga ada paperback, audio book, dan terjemahan dalam puluhan bahasa asing.
Setelah 20 tahun tinggal di Indonesia, saya hanya memiliki komputer, HP, pakaian dan buku. Tidak ada rumah, deposito, tanah, emas, saham, mobil atau motor. Selama 15 tahun kerja sebagai guru dulu, gaji saya habis setiap bulan, karena selalu ada beberapa orang Indonesia yang minta tolong. Kebanyakan dari sumbangan itu adalah untuk dana pengobatan.
Saya merasa yakin Indonesia bisa bangkit dan menjadi negara maju yang kuat dan sejahtera, dan pemimpin dunia. Tetapi rakyat Indonesia harus bersatu. Saya membahas masalah serius di Facebook dan dalam ceramah, agar semua orang bisa memahami masalahnya yang perlu dihadapi. Saya berusaha dan bertindak sendiri, dengan niat memajukan umat Islam dan bangsa Indonesia. Tetapi saya terbiasa dengan orang Indonesia yang menghina saya, atau suruh saya diam dan pergi dari sini. Mereka hanya suka orang bule yang memuji batik atau gamelan, dan tidak suka orang bule yang ajak umat Islam berpikir secara kritis. Mereka lebih suka buang muka daripada hadapi masalah. Yang penting menjadi sejahtera sendiri, dan tidak perlu peduli pada saudara atau tetangga.
Saya berharap rakyat Indonesia bisa bangun dari dunia mimpi, dan bersatu, dan Indonesia bisa menjadi negara yang kuat dan sejahtera, dan berhasil menjadi salah satu pemimpin dunia. Amin.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
Search This Blog
Labels
22 August, 2024
Apa Yang Dilakukan Gene Netto untuk Indonesia?
14 August, 2024
Apakah 80 Juta Anak Indonesia Sudah Merdeka?
Assalamu’alaikum wr.wb. Pada tanggal 17 Agustus, Indonesia merayakan Hari Kemerdekaan. Secara fisik, memang merdeka. Bagaimana dengan kondisi mentalnya? Apa benar bahwa rakyat, khususnya 80 juta anak Indonesia, sudah merdeka? Di sekolah dan rumah, banyak anak diberikan pelajaran penting: "Diam dan Taat" pada pihak yang berkuasa, walaupun mereka dzhalim. Keadilan, kebenaran, kejujuran, dan banyak konsep lain tidak penting. Semuanya boleh ditukar dengan harga yang sedikit.
Kalau seorang guru memukul siswanya lalu dilaporkan, banyak guru marah. Katanya, memukul siswa wajar. Tetapi kalau siswa memukul guru, banyak guru menjadi lebih marah dan menuntut anak itu dihukum dengan keras! Kalau guru telat, bukan masalah. Siswa telat 30 detik, dihukum. Kalau guru tidak periksa PR, bukan masalah. Siswa yang tidak kerjakan PR, dihukum. Apakah sekolah merupakan tempat adil yang mengajarkan anak untuk menegakkan keadilan dan membela kebenaran? Atau mengajarkan anak untuk siap tukar benar dan salah karena takut pada pihak yang berkuasa?
Ada ujian anak SD. Banyak pertanyaan salah, 4 jawaban dari guru juga salah. Seorang siswa jelaskan dengan sopan bahwa gurunya salah. Siswa itu dimarahi, dan dihukum. Nilainya dikurangi agar ada "efek jera", agar semua siswa belajar untuk tidak berani melawan pendapat guru yang berkuasa. Yang penting Diam dan Taat.
Seorang anak SD disuruh potong rambutnya karena "gondrong". Kata guru lain, tidak perlu. Besok siang, rambutnya anak dipotong secara paksa, agar ada efek jera. Siswa jangan berani melawan pendapat guru. Benar dan salah tidak penting. Siswa dilarang berbeda pendapat. Dilarang "melawan". Dilarang menjadi lebih benar dari gurunya. Dilarang berbeda. Dilarang berpikir secara mandiri. Dilarang kreatif. Guru selalu benar. Yang penting Diam dan Taat.
Apakah ini artinya "kemerdekaan"? Rakyat yang Diam dan Taat paling disenangi oleh penjajah dan diktator. Belanda sudah hilang, tetapi masih ada "penjajahan mental" di banyak sekolah, lembaga, rumah, dan kantor. Anak, orang tua, guru, karyawan, PNS, dan seterusnya diajarkan terus untuk selalu takut membela kebenaran. Yang penting hanyalah pendapat dari pihak yang berkuasa.
Tiga juta guru dan 100 juta orang tua bisa berubah. Ada 80 juta anak yang merupakan masa depan negara ini. Mereka harus diberikan izin untuk hidup dengan pemikiran merdeka. Harus ada izin berbeda pendapat dengan guru dan orang tua, izin menjadi mandiri, izin hidup secara bahagia di dalam dan luar sekolah, dan seterusnya. Guru harus mengajarkan semua anak untuk menegakkan keadilan, membela kebenaran, dan jangan tukar benar dan salah dengan harga yang sedikit.
Negara lain bisa kirim robot ke planet Mars, tetapi di Indonesia, anak SD malah sering dijadikan "robot" (semua anak harus sama). Lalu kepalanya para “robot” itu diisi dengan “program” yang salah agar siap Diam dan Taat pada pihak yang berkuasa. Sistem pendidikan berdasarkan “penjajahan mental” seperti ini perlu diperbaiki.
Kita harus berikan kemerdekaan berpikir kepada semua anak Indonesia dan siapkan mereka untuk menjadi generasi emas dan pemimpin dunia. Indonesia bisa segera menjadi negara yang maju dan sejahtera kalau 3 juta guru dan 100 juta orang tua mengajarkan anak untuk menjadi pemimpin, pelopor, dan penemu. Masa depan 80 juta anak tergantung apa yang kita pilih sekarang!
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
-Gene Netto
10 August, 2024
Beberapa Poin Penting Terkait Kasus Pencabulan 43 Santri
Assalamu’alaikum wr.wb. Di bulan Juli, 2024, ada 43 santri yang dicabuli dalam pesantren MTI di Agam, Sumatera Barat. Tiga anak disodomi dan 40 dicabuli, oleh dua ustadz. Dari kasus itu, ada beberapa poin penting yang perlu dipahami oleh para orang tua.
1. Ustadz ancam santri bahwa kalau tidak mau dicabuli, tidak bisa naik kelas. Ancaman seperti ini sering efektif untuk memaksa anak taat pada ustadz. Anak tidak pernah diajar untuk siap “melawan” ustadz, guru, bapak tiri, atau saudara yang suruh mereka berbuat salah, lalu cari pertolongan dari orang dewasa yang lain. Hanya diajarkan untuk “diam dan taat” pada orang yang berkuasa.
2. Setelah dicabuli, para santri dipaksa bersumpah demi Allah mereka tidak akan ceritakan perkara itu kepada orang lain. Jadi agama diperalat untuk memaksa mereka diam. Dan mereka tidak pernah diajarkan bahwa mereka bisa dan seharusnya menolak sumpah seperti itu.
3. Setelah dicabuli berkali-kali, seorang santri telfon orang tua dan minta pindah ke kost di luar pesantren. Orang tua takut anaknya akan terpengaruh “pergaulan bebas” kalau tinggal di luar, jadi memaksanya tetap di asrama pesantren. Orang tua tidak mencari tahu alasannya anak minta pindah. Melarang saja.
4. Karena sudah bersumpah kepada Allah, santri takut jujur dengan orang tua.
5. Setelah buka rahasia, orang tua suruh anaknya kabur.
6. Orang tua tidak panggil polisi dan kirim ke pesantren.
7. Orang tua korban hanya memikirkan keselamatan anaknya sendiri dulu. Anaknya orang lain, bukan urusan saya. (Dan ini sikap yang standar).
8. Setelah anak kabur, baru kakak temannya yang bawa korban ke polisi.
9. Pencabulan bisa berlangsung bertahun-tahun karena tidak pernah ada “pelatihan anti-pencabulan” di semua pesantren, karena kementerian agama dan pemerintah tidak anggap perlindungan anak penting.
10. Tidak ada poster yang wajib dipasang di semua pesantren dengan beberapa nama dan nomor telfon yang bisa dihubungi bagi anak yang alami kekerasan.
11. Karena tidak ada cara mudah bagi korban untuk melaporkan pelaku, 43 anak bisa dicabuli terus selama beberapa tahun.
12. Pesantren MTI dalam kasus ini terlihat bagus sekali, langsung jujur dan terbuka, dan siap kerja sama dengan polisi.
13. Dalam ribuan kasus yang pernah saya baca, kebanyakan pesantren utamakan perlindungan “nama baik pesantren” di atas perlindungan anak. Jadi ketika terjadi sebuah kasus, langsung dirahasiakan, dan minta semua pihak membuat kesepakatan damai saja, demi nama baik pesantren, dan dilarang lapor ke polisi.
14. Dalam banyak kasus, tidak ada usaha serius untuk mencari semua korban. Jadi kalau sudah 1, 2, atau 3 korban yang lapor, simsalabim, sudah cukup, dan kasus ditutupi secepatnya.
15. Mungkin sebagian korban sudah lulus atau pindah tempat, tapi tidak ada usaha mencari mereka agar mereka bisa dapat pertolongan. Lebih penting kasus cepat selesai, demi nama baik pesantren.
16. Seratus juta orang tua, 70 juta siswa dan santri, dan 3 juta guru sekolah diam saja dan membiarkan pencabulan terhadap anak berlangsung terus. Setiap satu orang merasa bukan urusan mereka, selama masih anaknya “orang lain” yang menjadi korban.
17. Dan ketika anak sendiri menjadi korban, 100% dari orang tua, dan ustadz, dan guru, dan teman pelajar dan santri menyatakan dengan suara yang satu: “KAMI TIDAK MENYANGKA!”
Solusi terhadap masalah ini cukup mudah. Pelatihan yang wajib, di semua sekolah dan pesantren. Poster yang wajib dipasang dengan info tentang siapa yang bisa dihubungi kalau anak alami kekerasan. Dan seterusnya. Tidak sulit dilaksanakan. Tetapi tidak ada yang mau pedulikan solusi. Jadi 80 juta anak Indonesia hanya bisa diam saja dan menunggu saatnya menjadi korban, karena orang dewasa di sekitar mereka anggap ini bukan masalah serius. Dan semua orang dewasa yang sanggup bertindak selalu menunggu “orang lain” bertindak duluan. Ini hasil kemerdekaan bagi 80 juta anak Indonesia? Diabaikan dan dibiarkan menjadi korban kekerasan terus? Boleh minta Belanda kembali?
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
Menyoal Kasus Dugaan Kekerasan Seksual 43 Santri di Agam, 2 Guru Ditangkap, Korban Alami Trauma dan Stigma
https://regional.kompas.com
01 August, 2024
Makna Kehidupan: Kehidupan Ini Adalah Ujian
126. Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji, sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?
- (Al-Qur'an, At-Taubah 9:126)
Tuhan Yang Maha Esa memberi kita otak yang logis sehingga kita mampu berpikir tentang Dia dan berusaha memahami apa yang Dia inginkan dari kita. Tuhan dengan hati-hati memilih banyak nabi sebagai juru bicara-Nya untuk memberi kita petunjuk, lalu memberi mereka kitab suci sehingga kita memiliki aturan untuk diikuti. Kemudian, Tuhan mengizinkan mereka melakukan mukjizat untuk membuktikan bahwa mereka telah diutus oleh Tuhan Yang Maha Esa. Namun, sebagian orang mengabaikan semua nabi tersebut, abaikan kitab suci dan mukjizatnya, lalu orang-orang tersebut menggunakan otak logis yang Tuhan berikan kepada mereka untuk terus-menerus bertanya-tanya tentang makna kehidupan. Hal ini menjadi lebih rumit ketika mereka menghabiskan terlalu banyak waktu dalam membaca pemikiran dari berbagai ahli filosofi daripada berusaha memahami ajaran yang jelas dari semua Nabi Tuhan, yang telah mengatakan kepada kita bahwa kehidupan ini adalah sebuah Ujian.
1. Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,
2. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,
- (QS. Al-Mulk 67:1-2)
Tuhan juga menciptakan Aturan yang akan berlaku di dalam Ujian-Nya. Ujian ini berlaku untuk kita semua tanpa peduli kita suka atau tidak. Kita harus melakukan upaya-upaya terbaik dalam mengikuti Aturan itu agar mendapat hasil yang baik, atau juga bisa mengabaikan Ujian ini dan tidak peduli tentang apa yang akan terjadi di kemudian hari. Ketika orang-orang yang tidak percaya pada Ujian ini menemui Penciptanya pada Hari Penghakiman, mereka akan terkejut dan ingin kembali ke dunia untuk mengikuti Ujian ini lagi.
12. Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin".
- (QS. As-Sajdah 32:12)
112. Allah bertanya, "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?"
113. Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung."
114. Allah berfirman, "Kamu tidak tinggal (di bumi), melainkan sebentar saja kalau kamu sesungguhnya mengetahui."
115. Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?
116. Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) arasy yang mulia.
- (Al-Qur'an, Al-Mu'minun 23:112-116)
Orang-orang yang tidak beriman akan berusaha memohon kesempatan kedua (untuk kembali ke dunia), tapi sudah terlambat. Waktu yang diberikan pada kita untuk mengerjakan Ujian Allah itu telah selesai, dan Tuhan Yang Maha Esa akan memeriksa hasilnya (catatan kebaikan dan dosa kita). Siapa pun yang tidak mengikuti Aturan Ujian ini akan mendapatkan nilai buruk, dan ini termasuk orang-orang yang menolak Ujian ini dengan cara mengabaikan Allah, mengabaikan aturan Allah, atau menyangkal keberadaan Ujian-Nya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Umar: Rasulullah SAW bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian meninggal, maka ia akan diperlihatkan tempat duduknya (di akhirat) pada pagi dan sore hari. Jika ia termasuk penghuni Surga (ia diperlihatkan tempat duduknya) dari penghuni Surga, dan jika dia termasuk penghuni Neraka (dia ditunjukkan tempat duduknya) dari penghuni Neraka, dan akan dikatakan kepadanya: 'Itulah tempat dudukmu hingga Allah membangkitkan kamu pada hari kiamat (dan mengirimmu ke tempat dudukmu yang semestinya).'"
- (Hadits Shahih Muslim)
Kehidupan ini adalah Ujian, jadi kita harus mengambil sebuah pilihan. Siapa pun yang tidak mengikuti Aturan Ujian ini akan mendapat nilai buruk, termasuk orang yang menolak mengikuti Ujian dengan cara mengabaikan Tuhan, mengabaikan Aturan Tuhan, atau mengingkari adanya Ujian-Nya. Jika kita dapat menerima bahwa Tuhan menciptakan kita dan sekarang sedang menguji kita, maka kita perlu memastikan bahwa kita memiliki Buku Peraturan yang benar dan sah untuk diikuti, yaitu Al-Qur'an. Atau, kita bisa saja menolak Tuhan Yang Maha Esa, mengabaikan para Nabi-Nya, mengabaikan peringatan mereka, dan mengambil risiko sendiri.
Tuhan telah memberi kita kebebasan mutlak untuk memilih jalan mana pun yang ingin kita ikuti. Kita harus memilih dengan bijak karena tidak akan ada kesempatan kedua. Kita hanya mempunyai satu kehidupan ini untuk mengambil pilihan yang benar, dan langsung setelah kita wafat, kita akan diperlihatkan hasil awal dari Ujian kita sebelum kita mendapatkan hasil formalnya langsung dari Tuhan pada Hari Penghakiman. Jadi, siapa pun yang berpikiran logis harus mempertimbangkan dengan cermat kemungkinan adanya Tes ini. Mereka harus peduli dengan apa yang dikatakan oleh para Nabi Allah kepada kita, dan mereka harus berusaha memahami keabsahan Nabi Terakhir Muhammad SAW dan keabsahan Al-Qur'an yang diberikan kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dan mereka harus melakukan semuanya sekarang juga sebelum kehabisan waktu!
35. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.
- (QS. Al-Anbiya 21:35)
"Makna kehidupan" adalah kita sedang diuji oleh Tuhan Yang Maha Esa, dan sebagai hasil dari Ujian-Nya, kita akan masuk Surga atau Neraka. Keyakinan bahwa Tuhan menciptakan kita dan menempatkan kita di bumi ini untuk menguji kita telah diajarkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Ini merupakan salah satu ajaran Islam yang baku dan tidak pernah berubah sejak zamannya Nabi Muhammad SAW hingga saat ini.
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu'alaikum wr.wb.
-Gene Netto
Berpikir Secara Dalam Sebelum Ambil Risiko Menikah Dengan Muallaf
[Pertanyaan]: Suami saya kurang peduli pada ajaran Islam, dan bisa tinggalkan shalat dan puasa kapan saja kalau mengganggu dia. Perlu menunggu berapa lama sampai suami berubah?
[Jawaban]: Assalamu’alaikum wr.wb. Untuk kebanyakan wanita yang menikah dengan pria asing, yang menjadi muallaf untuk menikah, biasanya berakhir dengan penyesalan dan perceraian. Masalahnya, pria itu tidak sepenuhnya beriman dari awalnya. Hanya masuk Islam sebagai syarat untuk menikah. Setara dengan kewajiban memakai baju adat. Dipakai sehari, besoknya boleh dibuang karena tidak dibutuhkan lagi. Jadi setelah menikah, juga tidak perlu peduli pada Islam karena sudah dapat istri.
Ibaratnya begini: Bos tawarkan bonus 10 milyar kepada setiap karyawan kalau mereka masuk kantor tepat waktu. Uangnya dikasih dulu, tanpa perjanjian. Setelah uangnya diterima, para karyawan masih sering telat. Bos hanya bisa ngomel dan bilang bahwa mereka sudah dikasih uangnya, jadi kapan mau berubah? Tetapi karyawan itu merasa tidak perlu berubah, karena sudah dikasih uangnya. Selama masih tahan omelan dari bosnya, bisa santai terus. Dan bos takut pecat karyawan itu, karena sudah kasih 10 milyar ke setiap orang. Jadi hanya bisa ngomel terus setiap hari, selama 10-20 tahun. Kurang lebih seperti itu, kondisi kebanyakan wanita yang menikah dengan muallaf.
Apakah bisa berubah? Bisa saja. Saya tahu satu kasus di mana seorang pria dari Inggris mulai shalat setelah menikah 20 tahun. Selama pernikahannya, dia tidak shalat, minum alkohol, dan merayakan Natal, dsb. Istrinya sedih karena merasa besarkan anak tanpa input dari suami sebagai Imam. Lalu tiba2 pria itu berubah dan mulai shalat. Yang saya tahu hanya 1 pria itu, dari sekitar 100an kasus yang lain. Jadi kalau berharap suami anda akan berubah, bisa terjadi. Tapi kemungkinannya hanya sekitar 1%.
Jadi anda harus memilih sendiri. Apakah puas punya suami yang kurang peduli pada Islam? Puas hidup bersama suami yang tidak bisa jadi imam, dan sering berdosa (seperti tinggalkan shalat, tidak berpuasa, minum alkohol, merayakan Natal, dll.)? Coba melakukan shalat istikharah berkali-kali dan mohon petunjuk dari Allah. Mau menunggu berapa tahun lagi dengan harapan suami akan berubah? Dan kalau ternyata tidak berubah, apa anda mau cerai atau mempertahankan pernikahan selama 20 tahun lagi? Tidak ada yang bisa memberi tahu jalan yang terbaik. Hanya Allah tahu, dan hanya anda yang bisa memutuskan.
Untuk perempuan yang belum menikah (dan bapaknya), yang penting adalah sikap pria itu. Pria itu harus masuk Islam dulu, dan dikasih waktu 6 bulan untuk belajar. Kalau terlihat mau belajar, dan bisa shalat sendiri tanpa dipaksa, dan terlihat ingin menambahkan ilmu terus, insya Allah aman untuk menikah. Tetapi kalau terlihat malas, sebaiknya shalat istikharah, lalu menunda atau membatalkan. Banyak pria yang hanya mau menikah saja, dan tidak mau berubah. Jadi jangan berharap bisa menikah dulu, lalu pria itu "diperbaiki" di tengah jalan.
Tidak ada orang yang berangkat pakai mobil yang rusak dari Jakarta ke Surabaya, sambil mengatakan, "Nanti mesinnya diperbaiki di tengah jalan saja. Tidak perlu bagus sekarang! Jangan peduli pada asap yang keluar dari mesin. Nanti hilang sendiri...!" Hanya orang gila yang yakin mobil rusak bisa diperbaiki di tengah jalan. Anehnya, banyak wanita siap menikah dengan muallaf, dan pemikiran mereka persis seperti itu: Pria yang "rusak" (tidak beriman) bisa diperbaiki di tengah jalan. Tetapi kalau sudah "dikasih 10 milyar", kenapa berharap dia mau berubah setelah dapat yang dia inginkan? Dan yang dia inginkan hanyalah istri, bukan keimanan!
Semoga bermanfaat sebagai renungan dan peringatan. Berpikir secara dalam. Shalat istikharah. Dan jangan membahayakan masa depan anda dengan seorang pria yang tidak peduli pada Allah dan Kebenaran Islam.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
Kenapa Begitu Banyak Anak Laki-laki Menjadi Pemerkosa Di Sini?
[Pertanyaan]: Latar belakang apa yang mendorong laki-laki melakukan hal seperti pemerkosaan bergilir?
[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Yang paling utama, mungkin ini hasil dari sistem pendidikan. Anak di sekolah tidak diajarkan untuk bertanggung jawab sendiri dan menjadi mandiri dalam berpikir dan berbuat. Mereka diajarkan untuk “diam dan taat” pada guru dan selalu takut dihukum kalau guru hadir. Di rumah, mungkin orang tuanya juga sama. Jadi terus-terusan, dari semua pihak, anak laki-laki dididik untuk diam dan taat, dan takut dihukum kalau "ketahuan" berbuat salah. Mereka TIDAK diajarkan untuk merasa bersalah di dalam hati nuraninya kalau berbuat salah walaupun tidak ada orang lain yang tahu. Tetapi cukup waswas dan takut akan dihukum kalau KETAHUAN. (Ketika dewasa, banyak orang melakukan korupsi dsb. dengan pola pikir yang sama.)
Ketika guru dan orang tua tidak hadir di tempat untuk mengancam anak terus, banyak anak menjadi liar. (Contohnya, tawuran antar pelajar, di seluruh negara, selama puluhan tahun. Kenapa di negara-negara tetangga tidak ada?) Anak tidak diajarkan untuk memikirkan konsekuensi dari perbuatan mereka. Kalau telat masuk sekolah, dihukum oleh guru. Kalau seragam salah, dihukum oleh guru. Kalau ribut di kelas, dihukum oleh guru. Semua bentuk hukuman selalu dari atas ke bawah, dan mereka tidak perlu bertanggung jawab untuk atur perbuatannya dan pikirannya sendiri. Hanya perlu berpikir untuk "hindari hukuman" kalau ketahuan salah. (Dulu, ketika saya datang telat ke sekolah, guru tanya kenapa, lalu suruh saya duduk dan belajar. Tidak ada hukuman. Saya dididik untuk menjadi dewasa dan bertanggung jawab sendiri.)
Ketika di luar sekolah, banyak anak terbukti tidak sanggup mengendalikan diri karena di dalam sekolah tidak pernah belajar untuk mengendalikan diri. Kalau mau menyontek, takut dihukum kalau ketahuan. Tidak takut karena anggap itu perbuatan salah. Banyak guru tidak mengajarkan mereka untuk bertanggung jawab sendiri agar "tidak mau menyontek", dan berikan kepercayaan kepada anak untuk tidak menyontek ketika ujian. Guru harus hadir untuk mengancam mereka terus.
Lalu, ditambah dengan akses ke pornografi lewat HP. (Waktu pandemi, 80 juta anak Indonesia diwajibkan memiliki HP. Sekarang, dipakai untuk apa?) Anehnya, di banyak negara tetangga, pornografi lebih mudah diakses (Malaysia, Singapura, Australia, dll.) Tapi kasus 8 anak SMA perkosa seorang anak SMP atau anak SD tidak ada di sana. Di sini, hampir setiap hari ada beritanya (saya cari beritanya, jadi tahu). Jadi pendidikan yang salah selama 12-16 tahun, ditambah dengan kemudahan mengakses pornografi, ditambah dengan tidak ada banyak kegiatan positif atau tempat bermain untuk anak muda yang miskin, dan hasilnya adalah pemerkosaan, tawuran, kemabukan, dll.
Yang perlu diperbaiki adalah sistem pendidikan, dan juga pendidikan agama Islam agar fokusnya pada akhlak yang mulia dan bukan pada ritual dan hukum fiqih. Sekaligus perlu diciptakan banyak program positif untuk anak remaja (terutama anak laki-laki), dan disediakan fasilitas olahraga dan bermain di mana mereka bisa salurkan tenaganya dengan kegiatan yang baik.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto