Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (60) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (570) islam (556) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (356) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (502) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (33) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (178) Sejarah (5) sekolah (78) shalat (8) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

01 August, 2024

Kenapa Begitu Banyak Anak Laki-laki Menjadi Pemerkosa Di Sini?

[Pertanyaan]: Latar belakang apa yang mendorong laki-laki melakukan hal seperti pemerkosaan bergilir?

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Yang paling utama, mungkin ini hasil dari sistem pendidikan. Anak di sekolah tidak diajarkan untuk bertanggung jawab sendiri dan menjadi mandiri dalam berpikir dan berbuat. Mereka diajarkan untuk “diam dan taat” pada guru dan selalu takut dihukum kalau guru hadir. Di rumah, mungkin orang tuanya juga sama. Jadi terus-terusan, dari semua pihak, anak laki-laki dididik untuk diam dan taat, dan takut dihukum kalau "ketahuan" berbuat salah. Mereka TIDAK diajarkan untuk merasa bersalah di dalam hati nuraninya kalau berbuat salah walaupun tidak ada orang lain yang tahu. Tetapi cukup waswas dan takut akan dihukum kalau KETAHUAN. (Ketika dewasa, banyak orang melakukan korupsi dsb. dengan pola pikir yang sama.)

Ketika guru dan orang tua tidak hadir di tempat untuk mengancam anak terus, banyak anak menjadi liar. (Contohnya, tawuran antar pelajar, di seluruh negara, selama puluhan tahun. Kenapa di negara-negara tetangga tidak ada?) Anak tidak diajarkan untuk memikirkan konsekuensi dari perbuatan mereka. Kalau telat masuk sekolah, dihukum oleh guru. Kalau seragam salah, dihukum oleh guru. Kalau ribut di kelas, dihukum oleh guru. Semua bentuk hukuman selalu dari atas ke bawah, dan mereka tidak perlu bertanggung jawab untuk atur perbuatannya dan pikirannya sendiri. Hanya perlu berpikir untuk "hindari hukuman" kalau ketahuan salah. (Dulu, ketika saya datang telat ke sekolah, guru tanya kenapa, lalu suruh saya duduk dan belajar. Tidak ada hukuman. Saya dididik untuk menjadi dewasa dan bertanggung jawab sendiri.)

Ketika di luar sekolah, banyak anak terbukti tidak sanggup mengendalikan diri karena di dalam sekolah tidak pernah belajar untuk mengendalikan diri. Kalau mau menyontek, takut dihukum kalau ketahuan. Tidak takut karena anggap itu perbuatan salah. Banyak guru tidak mengajarkan mereka untuk bertanggung jawab sendiri agar "tidak mau menyontek", dan berikan kepercayaan kepada anak untuk tidak menyontek ketika ujian. Guru harus hadir untuk mengancam mereka terus.

Lalu, ditambah dengan akses ke pornografi lewat HP. (Waktu pandemi, 80 juta anak Indonesia diwajibkan memiliki HP. Sekarang, dipakai untuk apa?) Anehnya, di banyak negara tetangga, pornografi lebih mudah diakses (Malaysia, Singapura, Australia, dll.) Tapi kasus 8 anak SMA perkosa seorang anak SMP atau anak SD tidak ada di sana. Di sini, hampir setiap hari ada beritanya (saya cari beritanya, jadi tahu). Jadi pendidikan yang salah selama 12-16 tahun, ditambah dengan kemudahan mengakses pornografi, ditambah dengan tidak ada banyak kegiatan positif atau tempat bermain untuk anak muda yang miskin, dan hasilnya adalah pemerkosaan, tawuran, kemabukan, dll.

Yang perlu diperbaiki adalah sistem pendidikan, dan juga pendidikan agama Islam agar fokusnya pada akhlak yang mulia dan bukan pada ritual dan hukum fiqih. Sekaligus perlu diciptakan banyak program positif untuk anak remaja (terutama anak laki-laki), dan disediakan fasilitas olahraga dan bermain di mana mereka bisa salurkan tenaganya dengan kegiatan yang baik.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...