Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (556) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (178) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

10 August, 2024

Beberapa Poin Penting Terkait Kasus Pencabulan 43 Santri

Assalamu’alaikum wr.wb. Di bulan Juli, 2024, ada 43 santri yang dicabuli dalam pesantren MTI di Agam, Sumatera Barat. Tiga anak disodomi dan 40 dicabuli, oleh dua ustadz. Dari kasus itu, ada beberapa poin penting yang perlu dipahami oleh para orang tua.

1.    Ustadz ancam santri bahwa kalau tidak mau dicabuli, tidak bisa naik kelas. Ancaman seperti ini sering efektif untuk memaksa anak taat pada ustadz. Anak tidak pernah diajar untuk siap “melawan” ustadz, guru, bapak tiri, atau saudara yang suruh mereka berbuat salah, lalu cari pertolongan dari orang dewasa yang lain. Hanya diajarkan untuk “diam dan taat” pada orang yang berkuasa.
2.    Setelah dicabuli, para santri dipaksa bersumpah demi Allah mereka tidak akan ceritakan perkara itu kepada orang lain. Jadi agama diperalat untuk memaksa mereka diam. Dan mereka tidak pernah diajarkan bahwa mereka bisa dan seharusnya menolak sumpah seperti itu.

3.    Setelah dicabuli berkali-kali, seorang santri telfon orang tua dan minta pindah ke kost di luar pesantren. Orang tua takut anaknya akan terpengaruh “pergaulan bebas” kalau tinggal di luar, jadi memaksanya tetap di asrama pesantren. Orang tua tidak mencari tahu alasannya anak minta pindah. Melarang saja.
4.    Karena sudah bersumpah kepada Allah, santri takut jujur dengan orang tua.
5.    Setelah buka rahasia, orang tua suruh anaknya kabur.

6.    Orang tua tidak panggil polisi dan kirim ke pesantren.
7.    Orang tua korban hanya memikirkan keselamatan anaknya sendiri dulu. Anaknya orang lain, bukan urusan saya. (Dan ini sikap yang standar).
8.    Setelah anak kabur, baru kakak temannya yang bawa korban ke polisi.
9.    Pencabulan bisa berlangsung bertahun-tahun karena tidak pernah ada “pelatihan anti-pencabulan” di semua pesantren, karena kementerian agama dan pemerintah tidak anggap perlindungan anak penting.

10.    Tidak ada poster yang wajib dipasang di semua pesantren dengan beberapa nama dan nomor telfon yang bisa dihubungi bagi anak yang alami kekerasan.
11.    Karena tidak ada cara mudah bagi korban untuk melaporkan pelaku, 43 anak bisa dicabuli terus selama beberapa tahun.
12.    Pesantren MTI dalam kasus ini terlihat bagus sekali, langsung jujur dan terbuka, dan siap kerja sama dengan polisi.

13.    Dalam ribuan kasus yang pernah saya baca, kebanyakan pesantren utamakan perlindungan “nama baik pesantren” di atas perlindungan anak. Jadi ketika terjadi sebuah kasus, langsung dirahasiakan, dan minta semua pihak membuat kesepakatan damai saja, demi nama baik pesantren, dan dilarang lapor ke polisi.
14.    Dalam banyak kasus, tidak ada usaha serius untuk mencari semua korban. Jadi kalau sudah 1, 2, atau 3 korban yang lapor, simsalabim, sudah cukup, dan kasus ditutupi secepatnya.

15.    Mungkin sebagian korban sudah lulus atau pindah tempat, tapi tidak ada usaha mencari mereka agar mereka bisa dapat pertolongan. Lebih penting kasus cepat selesai, demi nama baik pesantren.
16.    Seratus juta orang tua, 70 juta siswa dan santri, dan 3 juta guru sekolah diam saja dan membiarkan pencabulan terhadap anak berlangsung terus. Setiap satu orang merasa bukan urusan mereka, selama masih anaknya “orang lain” yang menjadi korban.
17.    Dan ketika anak sendiri menjadi korban, 100% dari orang tua, dan ustadz, dan guru, dan teman pelajar dan santri menyatakan dengan suara yang satu: “KAMI TIDAK MENYANGKA!”

Solusi terhadap masalah ini cukup mudah. Pelatihan yang wajib, di semua sekolah dan pesantren. Poster yang wajib dipasang dengan info tentang siapa yang bisa dihubungi kalau anak alami kekerasan. Dan seterusnya. Tidak sulit dilaksanakan. Tetapi tidak ada yang mau pedulikan solusi. Jadi 80 juta anak Indonesia hanya bisa diam saja dan menunggu saatnya menjadi korban, karena orang dewasa di sekitar mereka anggap ini bukan masalah serius. Dan semua orang dewasa yang sanggup bertindak selalu menunggu “orang lain” bertindak duluan. Ini hasil kemerdekaan bagi 80 juta anak Indonesia? Diabaikan dan dibiarkan menjadi korban kekerasan terus? Boleh minta Belanda kembali?
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto  

Menyoal Kasus Dugaan Kekerasan Seksual 43 Santri di Agam, 2 Guru Ditangkap, Korban Alami Trauma dan Stigma
https://regional.kompas.com

01 August, 2024

Makna Kehidupan: Kehidupan Ini Adalah Ujian

Assalamu’alaikum wr.wb. Banyak orang menjadi pusing sendiri mencari "Makna Kehidupan", padahal sangat sederhana dan mudah dipahami. Tuhan Yang Maha Esa menciptakan kita, lalu menempatkan kita di bumi dan memberi kita aturan yang harus diikuti. Jika kita mengikuti aturan-aturan itu, kita akan dianugerahi kehidupan abadi di surga. Jika kita tidak taat pada aturan-aturan itu, kita akan dihukum selama-lamanya di neraka. Jadi, keberadaan kita di bumi ini adalah sebuah "Ujian". Setiap manusia yang pernah hidup akan lulus atau gagal dalam Ujian itu, dan kemudian kita akan menjalani kehidupan abadi untuk merasakan konsekuensi dari tindakan kita selama kehidupan yang sekarang.

126. Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji, sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?
- (Al-Qur'an, At-Taubah 9:126)

Tuhan Yang Maha Esa memberi kita otak yang logis sehingga kita mampu berpikir tentang Dia dan berusaha memahami apa yang Dia inginkan dari kita. Tuhan dengan hati-hati memilih banyak nabi sebagai juru bicara-Nya untuk memberi kita petunjuk, lalu memberi mereka kitab suci sehingga kita memiliki aturan untuk diikuti. Kemudian, Tuhan mengizinkan mereka melakukan mukjizat untuk membuktikan bahwa mereka telah diutus oleh Tuhan Yang Maha Esa. Namun, sebagian orang mengabaikan semua nabi tersebut, abaikan kitab suci dan mukjizatnya, lalu orang-orang tersebut menggunakan otak logis yang Tuhan berikan kepada mereka untuk terus-menerus bertanya-tanya tentang makna kehidupan. Hal ini menjadi lebih rumit ketika mereka menghabiskan terlalu banyak waktu dalam membaca pemikiran dari berbagai ahli filosofi daripada berusaha memahami ajaran yang jelas dari semua Nabi Tuhan, yang telah mengatakan kepada kita bahwa kehidupan ini adalah sebuah Ujian.

1. Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,
2. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,
- (QS. Al-Mulk 67:1-2)

Tuhan juga menciptakan Aturan yang akan berlaku di dalam Ujian-Nya. Ujian ini berlaku untuk kita semua tanpa peduli kita suka atau tidak. Kita harus melakukan upaya-upaya terbaik dalam mengikuti Aturan itu agar mendapat hasil yang baik, atau juga bisa mengabaikan Ujian ini dan tidak peduli tentang apa yang akan terjadi di kemudian hari. Ketika orang-orang yang tidak percaya pada Ujian ini menemui Penciptanya pada Hari Penghakiman, mereka akan terkejut dan ingin kembali ke dunia untuk mengikuti Ujian ini lagi.

12. Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin".
- (QS. As-Sajdah 32:12)

112. Allah bertanya, "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?"
113. Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung."
114. Allah berfirman, "Kamu tidak tinggal (di bumi), melainkan sebentar saja kalau kamu sesungguhnya mengetahui."
115. Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?
116. Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) arasy yang mulia.
- (Al-Qur'an, Al-Mu'minun 23:112-116)

Orang-orang yang tidak beriman akan berusaha memohon kesempatan kedua (untuk kembali ke dunia), tapi sudah terlambat. Waktu yang diberikan pada kita untuk mengerjakan Ujian Allah itu telah selesai, dan Tuhan Yang Maha Esa akan memeriksa hasilnya (catatan kebaikan dan dosa kita). Siapa pun yang tidak mengikuti Aturan Ujian ini akan mendapatkan nilai buruk, dan ini termasuk orang-orang yang menolak Ujian ini dengan cara mengabaikan Allah, mengabaikan aturan Allah, atau menyangkal keberadaan Ujian-Nya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Umar: Rasulullah SAW bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian meninggal, maka ia akan diperlihatkan tempat duduknya (di akhirat) pada pagi dan sore hari. Jika ia termasuk penghuni Surga (ia diperlihatkan tempat duduknya) dari penghuni Surga, dan jika dia termasuk penghuni Neraka (dia ditunjukkan tempat duduknya) dari penghuni Neraka, dan akan dikatakan kepadanya: 'Itulah tempat dudukmu hingga Allah membangkitkan kamu pada hari kiamat (dan mengirimmu ke tempat dudukmu yang semestinya).'"
- (Hadits Shahih Muslim)

Kehidupan ini adalah Ujian, jadi kita harus mengambil sebuah pilihan. Siapa pun yang tidak mengikuti Aturan Ujian ini akan mendapat nilai buruk, termasuk orang yang menolak mengikuti Ujian dengan cara mengabaikan Tuhan, mengabaikan Aturan Tuhan, atau mengingkari adanya Ujian-Nya. Jika kita dapat menerima bahwa Tuhan menciptakan kita dan sekarang sedang menguji kita, maka kita perlu memastikan bahwa kita memiliki Buku Peraturan yang benar dan sah untuk diikuti, yaitu Al-Qur'an. Atau, kita bisa saja menolak Tuhan Yang Maha Esa, mengabaikan para Nabi-Nya, mengabaikan peringatan mereka, dan mengambil risiko sendiri.

Tuhan telah memberi kita kebebasan mutlak untuk memilih jalan mana pun yang ingin kita ikuti. Kita harus memilih dengan bijak karena tidak akan ada kesempatan kedua. Kita hanya mempunyai satu kehidupan ini untuk mengambil pilihan yang benar, dan langsung setelah kita wafat, kita akan diperlihatkan hasil awal dari Ujian kita sebelum kita mendapatkan hasil formalnya langsung dari Tuhan pada Hari Penghakiman. Jadi, siapa pun yang berpikiran logis harus mempertimbangkan dengan cermat kemungkinan adanya Tes ini. Mereka harus peduli dengan apa yang dikatakan oleh para Nabi Allah kepada kita, dan mereka harus berusaha memahami keabsahan Nabi Terakhir Muhammad SAW dan keabsahan Al-Qur'an yang diberikan kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dan mereka harus melakukan semuanya sekarang juga sebelum kehabisan waktu!

35. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.
- (QS. Al-Anbiya 21:35)

"Makna kehidupan" adalah kita sedang diuji oleh Tuhan Yang Maha Esa, dan sebagai hasil dari Ujian-Nya, kita akan masuk Surga atau Neraka. Keyakinan bahwa Tuhan menciptakan kita dan menempatkan kita di bumi ini untuk menguji kita telah diajarkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Ini merupakan salah satu ajaran Islam yang baku dan tidak pernah berubah sejak zamannya Nabi Muhammad SAW hingga saat ini.

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu'alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Berpikir Secara Dalam Sebelum Ambil Risiko Menikah Dengan Muallaf

[Pertanyaan]: Suami saya kurang peduli pada ajaran Islam, dan bisa tinggalkan shalat dan puasa kapan saja kalau mengganggu dia. Perlu menunggu berapa lama sampai suami berubah?

[Jawaban]: Assalamu’alaikum wr.wb. Untuk kebanyakan wanita yang menikah dengan pria asing, yang menjadi muallaf untuk menikah, biasanya berakhir dengan penyesalan dan perceraian. Masalahnya, pria itu tidak sepenuhnya beriman dari awalnya. Hanya masuk Islam sebagai syarat untuk menikah. Setara dengan kewajiban memakai baju adat. Dipakai sehari, besoknya boleh dibuang karena tidak dibutuhkan lagi. Jadi setelah menikah, juga tidak perlu peduli pada Islam karena sudah dapat istri.

Ibaratnya begini: Bos tawarkan bonus 10 milyar kepada setiap karyawan kalau mereka masuk kantor tepat waktu. Uangnya dikasih dulu,  tanpa perjanjian. Setelah uangnya diterima, para karyawan masih sering telat. Bos hanya bisa ngomel dan bilang bahwa mereka sudah dikasih uangnya, jadi kapan mau berubah? Tetapi karyawan itu merasa tidak perlu berubah, karena sudah dikasih uangnya. Selama masih tahan omelan dari bosnya, bisa santai terus. Dan bos takut pecat karyawan itu, karena sudah kasih 10 milyar ke setiap orang. Jadi hanya bisa ngomel terus setiap hari, selama 10-20 tahun. Kurang lebih seperti itu, kondisi kebanyakan wanita yang menikah dengan muallaf.

Apakah bisa berubah? Bisa saja. Saya tahu satu kasus di mana seorang pria dari Inggris mulai shalat setelah menikah 20 tahun. Selama pernikahannya, dia tidak shalat, minum alkohol, dan merayakan Natal, dsb. Istrinya sedih karena merasa besarkan anak tanpa input dari suami sebagai Imam. Lalu tiba2 pria itu berubah dan mulai shalat. Yang saya tahu hanya 1 pria itu, dari sekitar 100an kasus yang lain. Jadi kalau berharap suami anda akan berubah, bisa terjadi. Tapi kemungkinannya hanya sekitar 1%.

Jadi anda harus memilih sendiri. Apakah puas punya suami yang kurang peduli pada Islam? Puas hidup bersama suami yang tidak bisa jadi imam, dan sering berdosa (seperti tinggalkan shalat, tidak berpuasa, minum alkohol, merayakan Natal, dll.)? Coba melakukan shalat istikharah berkali-kali dan mohon petunjuk dari Allah. Mau menunggu berapa tahun lagi dengan harapan suami akan berubah? Dan kalau ternyata tidak berubah, apa anda mau cerai atau mempertahankan pernikahan selama 20 tahun lagi? Tidak ada yang bisa memberi tahu jalan yang terbaik. Hanya Allah tahu, dan hanya anda yang bisa memutuskan.

Untuk perempuan yang belum menikah (dan bapaknya), yang penting adalah sikap pria itu. Pria itu harus masuk Islam dulu, dan dikasih waktu 6 bulan untuk belajar. Kalau terlihat mau belajar, dan bisa shalat sendiri tanpa dipaksa, dan terlihat ingin menambahkan ilmu terus, insya Allah aman untuk menikah. Tetapi kalau terlihat malas, sebaiknya shalat istikharah, lalu menunda atau membatalkan. Banyak pria yang hanya mau menikah saja, dan tidak mau berubah. Jadi jangan berharap bisa menikah dulu, lalu pria itu "diperbaiki" di tengah jalan.

Tidak ada orang yang berangkat pakai mobil yang rusak dari Jakarta ke Surabaya, sambil mengatakan, "Nanti mesinnya diperbaiki di tengah jalan saja. Tidak perlu bagus sekarang! Jangan peduli pada asap yang keluar dari mesin. Nanti hilang sendiri...!" Hanya orang gila yang yakin mobil rusak bisa diperbaiki di tengah jalan. Anehnya, banyak wanita siap menikah dengan muallaf, dan pemikiran mereka persis seperti itu: Pria yang "rusak" (tidak beriman) bisa diperbaiki di tengah jalan. Tetapi kalau sudah "dikasih 10 milyar", kenapa berharap dia mau berubah setelah dapat yang dia inginkan? Dan yang dia inginkan hanyalah istri, bukan keimanan!

Semoga bermanfaat sebagai renungan dan peringatan. Berpikir secara dalam. Shalat istikharah. Dan jangan membahayakan masa depan anda dengan seorang pria yang tidak peduli pada Allah dan Kebenaran Islam.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Kenapa Begitu Banyak Anak Laki-laki Menjadi Pemerkosa Di Sini?

[Pertanyaan]: Latar belakang apa yang mendorong laki-laki melakukan hal seperti pemerkosaan bergilir?

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Yang paling utama, mungkin ini hasil dari sistem pendidikan. Anak di sekolah tidak diajarkan untuk bertanggung jawab sendiri dan menjadi mandiri dalam berpikir dan berbuat. Mereka diajarkan untuk “diam dan taat” pada guru dan selalu takut dihukum kalau guru hadir. Di rumah, mungkin orang tuanya juga sama. Jadi terus-terusan, dari semua pihak, anak laki-laki dididik untuk diam dan taat, dan takut dihukum kalau "ketahuan" berbuat salah. Mereka TIDAK diajarkan untuk merasa bersalah di dalam hati nuraninya kalau berbuat salah walaupun tidak ada orang lain yang tahu. Tetapi cukup waswas dan takut akan dihukum kalau KETAHUAN. (Ketika dewasa, banyak orang melakukan korupsi dsb. dengan pola pikir yang sama.)

Ketika guru dan orang tua tidak hadir di tempat untuk mengancam anak terus, banyak anak menjadi liar. (Contohnya, tawuran antar pelajar, di seluruh negara, selama puluhan tahun. Kenapa di negara-negara tetangga tidak ada?) Anak tidak diajarkan untuk memikirkan konsekuensi dari perbuatan mereka. Kalau telat masuk sekolah, dihukum oleh guru. Kalau seragam salah, dihukum oleh guru. Kalau ribut di kelas, dihukum oleh guru. Semua bentuk hukuman selalu dari atas ke bawah, dan mereka tidak perlu bertanggung jawab untuk atur perbuatannya dan pikirannya sendiri. Hanya perlu berpikir untuk "hindari hukuman" kalau ketahuan salah. (Dulu, ketika saya datang telat ke sekolah, guru tanya kenapa, lalu suruh saya duduk dan belajar. Tidak ada hukuman. Saya dididik untuk menjadi dewasa dan bertanggung jawab sendiri.)

Ketika di luar sekolah, banyak anak terbukti tidak sanggup mengendalikan diri karena di dalam sekolah tidak pernah belajar untuk mengendalikan diri. Kalau mau menyontek, takut dihukum kalau ketahuan. Tidak takut karena anggap itu perbuatan salah. Banyak guru tidak mengajarkan mereka untuk bertanggung jawab sendiri agar "tidak mau menyontek", dan berikan kepercayaan kepada anak untuk tidak menyontek ketika ujian. Guru harus hadir untuk mengancam mereka terus.

Lalu, ditambah dengan akses ke pornografi lewat HP. (Waktu pandemi, 80 juta anak Indonesia diwajibkan memiliki HP. Sekarang, dipakai untuk apa?) Anehnya, di banyak negara tetangga, pornografi lebih mudah diakses (Malaysia, Singapura, Australia, dll.) Tapi kasus 8 anak SMA perkosa seorang anak SMP atau anak SD tidak ada di sana. Di sini, hampir setiap hari ada beritanya (saya cari beritanya, jadi tahu). Jadi pendidikan yang salah selama 12-16 tahun, ditambah dengan kemudahan mengakses pornografi, ditambah dengan tidak ada banyak kegiatan positif atau tempat bermain untuk anak muda yang miskin, dan hasilnya adalah pemerkosaan, tawuran, kemabukan, dll.

Yang perlu diperbaiki adalah sistem pendidikan, dan juga pendidikan agama Islam agar fokusnya pada akhlak yang mulia dan bukan pada ritual dan hukum fiqih. Sekaligus perlu diciptakan banyak program positif untuk anak remaja (terutama anak laki-laki), dan disediakan fasilitas olahraga dan bermain di mana mereka bisa salurkan tenaganya dengan kegiatan yang baik.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

23 July, 2024

Kisah Nyata LGBT Dari Pesantren

[Kisah dari teman]: Kemarin di rumah ustadz ana yang punya ponpes. Katanya belum lama mengeluarkan belasan santri yang terlibat dalam kegiatan LGBT di asrama. Bukan bullying atau pemaksaan katanya, ada oknum yang menyebarkan. Jadi takut menyebar ke yang lain jadi semuanya diusut, ada belasan santri. Ada 2 ustadz dikeluarkan juga tapi entah kasus apa.

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. BELASAN?? Yakin tidak ada anak yang dipaksa? Jarang terjadi banyak anak bisa dibujuk untuk menjadi homoseks tanpa pemaksaan. Tapi yang melakukan pemeriksaan dari internal saja dan itu kurang tepat. KALAU ada ustadz yang terlibat, dan ancam santri, mungkin mereka akan rahasiakan nama ustadz itu karena takut. Butuh keahlian untuk memeriksa hal seperti itu. Makanya polisi pakai psikolog anak.

Tapi yang terpenting bagi pesantren adalah usaha "menjaga nama baik", bukan melindungi anak. Jadi sikap mereka, "Cukup kita saja yang tahu, cukup kita saja yang periksa". Dan itu keliru sekali. Kalau memang ada ustadz yang terlibat, sekarang orang itu bebas masuk pesantren lain dan mulai lagi. Dan pola seperti itu sudah berulang ribuan kali. Banyak ustadz dan kyai sangat minim ilmunya dalam persoalan pendidikan, psikologi, dan perlindungan anak, dan mereka tidak mau cari bantuan.

Yang periksa adalah ahli agama, bukan ahlinya psikologi anak atau ahli kriminal. Dikatakan “ada santri yang menularkan” merupakan pendapat ustadz saja. Psikolog dari polisi mungkin akan berikan pendapat lain setelah melakukan pemeriksaan. Jadi sebagian dari anak yang dikeluarkan itu mungkin merupakan korban sodomi. Jadi sangat mungkin pesantren menghukum anak yang tidak berdosa dan perlu bantuan sebagai korban. Beban trauma di dalam hatinya seperti apa? Dan para korban tidak dapat bantuan dari psikolog sekarang (karena dikeluarkan saja), jadi nanti mereka juga bisa menjadi pelaku. Jadi dengan cara mengeluarkan semua anak dan ustadz, tanpa investigasi yang benar, malah bisa dikatakan kyai itu “mencetak pedofil baru” di masa depan.

Seharusnya wajib laporkan kasus dan konsultasi dengan polisi, daripada periksa sendiri. Tapi urusan perlindungan anak tidak penting di Indonesia. Jadi tidak ada orang dewasa yang takut salah, dan mencari bantuan untuk menolong para korban (kalau ada). Dikatakan suka sama suka, kyai terima saja karena lebih mudah bagi pihak pesantren. Keluarkan semuanya, dan simsalabim, publik tidak tahu, nama baik pesantren dilindungi, kasus selesai.

Mungkin sekarang ada anak yang menangis di rumah karena sebenarnya dia korban yang disodomi, lalu dibuang oleh kyai yang dia hormati, dan dianggap anak busuk. Lalu dia jadi depresi sendiri di rumah, tanpa bantuan atau perlindungan dari siapapun. Padahal dia korban yang tidak dibantu oleh para ahli agama yang lebih semangat melindungi nama baik bisnis pesantren mereka, daripada melindungi anak Muslim. Kasus seperti itu wajib ditangani oleh orang yang punya keahlian, yaitu psikolog dan polisi. Buang anak yang merupakan korban adalah kejahatan terhadap anak tersebut dan dosa bagi kyai yang melakukannya.
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Kenapa Pelantikan OSIS Dilakukan Dengan Gaya Upacara Militer?

Assalamu’alaikum wr.wb. Minggu lalu ada berita tentang seorang anak yang Ketua OSIS, yang tewas di sekolahnya. Pada saat mencari beritanya, saya buka beberapa video tentang “OSIS” di YouTube, lalu menjadi kaget. Ada banyak video yang menunjukkan pelantikan OSIS di sekolah. Saya baru tahu karena tidak pernah alami sendiri. Yang membuat saya kaget adalah nuansa “upacara militer” di dalam proses itu.

Militer dan sekolah berbeda. Militer harus punya disiplin ketat sehingga ketika diperintah membunuh manusia lain, prajurit tidak berani bertanya kenapa, dan langsung taat saja dan membunuh. Sekolah tidak begitu. Sekolah perlu “disiplin” juga, tapi dalam arti tidak merusak, bisa belajar tanpa mengganggu, dan sebagainya. Tidak perlu ketaatan tinggi sehingga siap membunuh manusia lain (kecuali mau ikut tawuran juga). Jadi kalau mau siapkan anak untuk menjadi pemimpin di keluarga dan masyarakat, hendaknya kita tidak mendidik mereka dengan pola pikir dan kebiasaan militer, karena tidak cocok dalam proses pendidikan anak.

Di sekolah, yang terbaik adalah anak diajarkan untuk BERPIKIR SENDIRI dan berani berprotes apabila dianggap gurunya salah, atau infonya salah. Lalu diberikan kesempatan oleh gurunya untuk menyampaikan pandangan berbeda. Kenapa ini penting? Karena semua kemajuan umat manusia di dunia berasal dari orang yang punya “pemikiran berbeda”. Listrik, telfon, mobil, pesawat, komputer, internet, dll. berasal dari orang yang melihat “keadaan sekarang” dan berusaha memperbaikinya, dan seringkali ditolak oleh masyarakat. Jadi mereka harus “melawan pendapat umum” untuk menciptakan kemajuan. Itu skil penting yang perlu didapatkan di sekolah, di bawah pembinaan seorang guru yang baik. Yang tidak dibutuhkan adalah kebiasaan diam dan taat, takut pada atasan, dan melakukan segala sesuatu dengan gaya militer.

Kalau belum tahu, di banyak negara tidak ada organisasi setara OSIS. Dan kalau ada, maka pada saat pelantikannya, anak itu dipanggil untuk maju ke depan saat rapat sekolah, lalu dikasih sertifikat dsb. Selesai. Tidak ada upacara gaya militer di halaman sekolah selama 1 jam. Dan kebiasaan itu di Indonesia tidak membina pola pikir menjadi orang mandiri yang berani berpikir sendiri untuk menenggakkan kebenaran dan melawan kesalahan. Jadi kenapa mau dilestarikan dalam 400.000 sekolah?
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Contoh perbedaan antara Pelantikan Ketua OSIS di Inggris dan di Indonesia:

Head Girl and Boy Election Results Live - 18th Jan 2019
https://www.youtube.com/watch?v=koX-twUEYbI

INAUGURAL OSIS OF SMP NEGERI 2 KRAMAT 28 October 2016
https://www.youtube.com/watch?v=iXYLremHccM


11 July, 2024

Pelajar SMA di Klaten Tewas Tersetrum usai Dilempar ke Kolam karena Ulang Tahun

"Usai rapat, teman-temannya memberikan kejutan ulang tahun dengan menaburkan tepung dan menjatuhkannya ke dalam kolam sekolah yang memiliki kedalaman 1,75 meter."

Pertanyaan yang logis:

1.    Kenapa harus ada kolam di dalam sebuah sekolah?
2.    Kenapa kolam (kalau ada) harus begitu dalam (1,75m) sehingga seorang anak tidak bisa berdiri saja tanpa kesulitan?
3.    Kenapa tidak ada jalur keluar yang jelas (seperti tangga)?
4.    Kenapa kolam (kalau ada) terletak di dekat gedung sekolah, dan bukan di tempat yang jauh dari murid, dengan pagar tinggi yang terkunci di sekitarnya?
5.    Kenapa harus ada kabel listrik di dekat kolam, sehingga ada risiko bisa jatuh ke dalam?
6.    Kenapa ketika seorang anak ulang tahun, daripada dihargai dan dihormati, malah ditabur tepung dan dilempar ke kolam? (Dikasih kado dan diajak makan bersama tidak mau?)

Dan seperti semua kasus lain (ketika ada anak yang tenggelam), korban yang mungkin dalam keadaan sesak nafas dan setengah sadar setelah disetrum, yang seharusnya langsung ditolong di tempat dengan Resusitasi Jantung Paru (RJP/CPR), malah ditaruh di mobil dan dibawa jalan-jalan keliling kota. Lalu ketika anak yang tidak bernafas selama 20 menit akhirnya sampai ke tangan dokter, secara ajaib dan di luar dugaan, dokter menyatakan bahwa anak yang sebelumnya tidak bernafas itu tetap saja tidak bernafas dan sudah tewas. Disebabkan kebodohan orang di sekitarnya, terutama para guru.

Kalau ketemu anak yang tenggelam atau disetrum, langsung periksa apakah masih bernafas dan jantungnya berdetak. Kalau iya, anak itu ditenangkan dulu, berbaring miring, dijaga terus selama beberapa menit, sehingga terlihat stabil dan tenang, baru dibawa ke dokter. Kalau tidak bernafas, dan jantung tidak berdenyut, langsung mulai Resusitasi Jantung Paru (RJP/CPR). Korban dibawa jalan-jalan selama 20 menit dalam kondisi tidak bernafas = JAMINAN akan mati secara permanen.

Dan kalau di sekolah anak anda ada kolam yang lebih dalam dari ketinggian kepala anak, dan tidak ada pagar yang terkunci di sekitarnya sehingga sangat sulit diakses, maka tolong PROTES dengan keras, dan minta sekolah hilangkan kolam itu secepatnya. Sekaligus, silahkan periksa sekolah anak anda untuk puluhan hal lain yang berbahaya, seperti barang berat yang bisa jatuh, barang yang tajam, tangga yang licin, racun, dan sebagainya, dan minta semuanya diperbaiki. Sebelum anak yang anda kenal juga menjadi korban disebabkan kebodohan orang lain, yang tidak menyadari bahwa barang dan tempat tertentu bisa menjadi berbahaya bagi anak sekolah.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Pelajar SMA di Klaten Tewas Tersetrum usai Perayaan Ulang Tahun
https://daerah.sindonews.com

Pelajar SMA di Klaten Tewas Diduga Tersetrum usai Dilempar ke Kolam karena Ulang Tahun
https://www.kompas.tv

24 June, 2024

Boleh Memukul Siswa Kalau Sudah Frustrasi?

[Komentar Guru No.1 ]: "Saya berasumsi bahwa guru yang "main tangan" itu sudah kehabisan akal dan kesabaran sehingga ia melakukan pemukulan kepada siswa."

[Komentar Guru No.2 ]: "Jangan terlalu mudah menilai kesalahan seorang guru. Kita punya permasalahan yang berbeda-beda. Jangan dianggap bahwa jika guru sudah main tangan, guru yang salah, tanpa melihat penyebabnya, kelakuan anak seperti apa. Kita harus memikirkan murid lain yang mungkin terganggu satu anak nakal itu."

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Mari kita menguji pemikiran seperti itu, dengan membawa konsepnya ke ranah yang lain.

Polisi – Kalau Polisi tangkap anak muda, interogasi berjam-jam, suruh mengaku, tapi dia menolak untuk patuh dengan polisi, maka polisi tidak salah kalau memukul anak tersebut. Yang penting tujuan tercapai secara cepat dan instan. Harus ada orang yang mengaku, masuk penjara, selesai. Kita harus memikirkan rakyat lain yang rugi kalau pemerkosa, perampok, dll. tidak segera dipenjarakan. Jadi Polisi yang frustrasi boleh memukul agar tersangka mengaku. Betul?

Pejabat – Kalau pejabat mau ambil tanah untuk bantu temannya buka perkebunan kelapa sawit, mungkin ada rakyat yang menolak jual tanah dan tidak patuh. Jadi pejabat tidak salah kalau kirim pasukan untuk memukul rakyat nakal itu. Yang penting tujuan tercapai secara cepat dan instan. Tanah dijual, dan PT kelapa sawit dibangun. Kita harus memikirkan rakyat lain yang rugi kalau tidak dibuka lapangan kerja. Penjualan tanah harus cepat selesai, jadi pejabat yang frustrasi boleh kirim pasukan untuk memukul rakyat. Betul?

Contoh-contoh lain seperti itu mudah sekali dibuat. Ada guru yang mau "main tangan" dengan alasan "sudah frustrasi". Sedangkan orang-orang lain hanya boleh "mengikuti hukum yang berlaku" ketika frustrasi, dan tidak boleh memukul karena mereka akan disalahkan oleh rakyat dan media, dan bisa menjadi kasus hukum di pengadilan. Jadi kenapa sebagian guru merasa harus ada izin khusus bagi mereka untuk memukul anak kecil yang tidak sanggup membela diri?

Semoga para guru (dan orang tua) yang suka memukul anak kecil bersedia merenung.
Kalau ada niat mendidik anak, maka mendidik mereka dengan baik. Dengan menggunakan KATA. Dengan psikologi anak. Dengan ilmu pendidikan. Bukan dengan kekerasan. Bagi orang dewasa, tidak ada hak menggunakan kekerasan kalau tidak merasa terganggu. Secara logis, harus lebih dilarang menggunakan kekerasan terhadap anak!
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

05 June, 2024

Murid di Malaysia Jadi Difabel setelah Dijemur 3 Jam di Lapangan, Keluarga Tuntut Sekolah

Assalamu’alaikum wr.wb. Awalnya, saya kurang percaya pada berita ini. Heatstroke adalah kondisi di mana manusia jatuh sakit karena tubuhnya kepanasan. Tetapi setiap hari, banyak anak main berjam-jam di bawah matahari dan tidak jatuh sakit. Banyak anak juga dipaksa berjemur di sekolah, di pesantren, sejak zaman dulu, dan jarang jatuh sakit. Lalu saya tanya ke dokter dan cari info online. Saya tahu Heatstroke berbahaya bagi anak dan dewasa, tapi saya kira paling jatuh pingsan saja. Ternyata, lebih berbahaya dari itu. Kita “beruntung” saja tidak terlalu sering menjadi masalah besar, atau berakibat fatal.

Ada beberapa faktor yang terkait. Antara lain: 1) Kondisi kesehatan anak sebelumnya. 2) Suhu udara hari itu. 3) Jam berjemurnya. 4) Pakaiannya banyak (dipaksa pakai jaket) atau tidak. 5) Boleh minum air atau tidak. 6) Boleh bergerak atau tidak. Dan sebagainya.

Ketika seorang anak dipaksa berjemur selama beberapa jam di siang hari, ketika suhu udara sangat panas, dan anak itu mungkin saja kurang sehat sebelumnya, maka selain pingsan (yang paling umum terjadi), sel otak dan organ tubuh bisa mengalami kerusakan ketika tubuhnya mencapai suhu 40 derajat Celsius. Kalau anak itu tidak pingsan dan masih tahan berdiri, maka kerusakan sel otak sangat bisa terjadi dan hasilnya adalah cacat otak secara permanen. Heatstroke juga berbahaya bagi dewasa, tapi lebih berbahaya bagi anak.

Kalau ada sekolah atau pesantren yang menghukum anak dengan cara berjemur di siang hari, tolong bagikan info ini kepadanya, dan sarankan mereka berubah sekarang juga, sebelum ada korban yang otaknya rusak dan tidak bisa diobati. Intinya adalah ini suatu hukuman yang berbahaya dan tidak pantas dilakukan dengan sengaja terhadap anak kecil.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Murid di Malaysia Jadi Difabel setelah Dijemur 3 Jam di Lapangan, Keluarga Tuntut Sekolah
https://www.kompas.com

30 May, 2024

The Meaning of Life: Life Is a Test

Assalamu’alaikum wr.wb. The "meaning of life" is very simple. Almighty God created us, placed us on earth, and gave us rules to follow. If we follow those rules, we will be rewarded with an eternal life in Heaven. If we disobey those rules, we will be punished for all of eternity in Hell. So, our existence here is "a Test". Every human being who has ever lived will either pass or fail this Test, and then we will spend all of eternity living with the consequences of our actions.

126. Do they not see that they are tried every year once or twice but then they do not repent nor do they remember?
- (Al-Qur'an, At-Taubah 9:126)

Almighty God gave us logical brains so that we would be able to think about Him and try to understand what He wants from us. He carefully selected numerous prophets as His spokesmen to give us guidance, gave them holy books so that we would have rules to follow, and then God allowed them to perform miracles to prove that they had been sent by the One True Almighty God. However, some people ignore all of those prophets, and their holy books, and their miracles, and those people then use the logical brains that God gave them to constantly wonder about the meaning of life. This becomes more complicated when they spend too much time reading the thoughts of various philosophers instead of trying to understand the clear teachings from all of God's prophets, who already told us that this life is a Test.

1. Blessed is He in whose hand is dominion, and He is over all things competent.
2. [He] who created death and life to test you [as to] which of you is best in deed - and He is the Exalted in Might, the Forgiving.
- (Al-Qur'an, Al-Mulk 67:1-2)

God also created the Rules that will apply in His Test. The Test applies to all of us whether we like it or not. We can either try our best to follow the Rules in order to be rewarded, or we can ignore the Test and not care about what will happen later on. When the people who do not believe in the Test finally meet their Creator on Judgment Day, they will be shocked and will ask God to send them back to earth to take the Test again.

12. If you could but see when the criminals are hanging their heads before their Lord, [saying], "Our Lord, we have seen and heard, so return us [to the world]; we will work righteousness. Indeed, we are [now] certain."
- (Al-Qur'an, As-Sajdah 32:12)

112. [Allah] will say, "How long did you remain on earth in number of years?"
113. They will say, "We remained a day or part of a day; ask those who enumerate."
114. He will say, "You stayed not but a little - if only you had known.
115. Then did you think that We created you uselessly and that to Us you would not be returned?"
116. So exalted is Allah, the Sovereign, the Truth; there is no deity except Him, Lord of the Noble Throne.
- (Al-Qur'an, Al-Mu'minun 23:112-116)

When the disbelievers try to plead for a second chance, it will already be too late. The time allocated for us to take the Test will have finished, and Almighty God will be checking the results (our record of good deeds and sins). But even before we get to Judgment Day, we will already know the result of our Test. After our bodies have died, our souls will remain alive, and so we will be conscious in our graves. Then every day, God's angels will give us a preview of the fate that is waiting for us.

Narrated by Ibn Umar: Allah's Messenger [Muhammad PBUH] said, "When any one of you dies, he is shown his seat (in the Hereafter) morning and evening. If he is among the inhabitants of Paradise (he is shown the seat) from among the inhabitants of Paradise, and if he is one from among the inhabitants of Hell (he is shown the seat) from among the inhabitants of Hell, and it will be said to him: 'That is your seat until Allah raises you on the Day of Resurrection (and sends you to your proper seat).'"
- (Hadith Sahih Muslim)

Life is a Test, and so we must make a choice. Anyone who did not follow the Rules of the Test will get a bad score, and this includes those people who refused to participate in the Test by ignoring God, ignoring God's Rules, or denying the existence of His Test. If we can accept that God created us and is now testing us, then we need to make sure we have the correct and legitimate Rule Book to follow, which is the Holy Qur'an. Or, we can reject Almighty God, ignore His prophets, ignore their warnings, and take our chances.

God has given us absolute freedom to choose whichever path we want to follow. We should choose wisely because there will be no second chances. We only have this one life to make the right choice, and as soon as we die, we will be shown the initial result of our Test before we get the formal results directly from God on Judgment Day. So, anyone with a logical mind should want to carefully consider the possible existence of this Test. They should care about what all of God's prophets told us, and they should try to understand the validity of the Final Prophet Muhammad PBUH and the validity of the Holy Qur'an that was given to him by Almighty God. And they should do that right now before they run out of time!

35. Every soul will taste death. And We test you with evil and with good as trial; and to Us you will be returned.
- (Al-Qur'an, Al-Anbiya' 21:35)

The "meaning of life" is that we are being tested by Almighty God, and as a result of His Test, we will either go to Heaven or Hell. This belief that God created us and placed us here on earth to test us was taught directly by the Prophet Muhammad PBUH. This is one of the standard teachings of Islam and has not changed from the time of the Prophet Muhammad PBUH until now.

I hope this is useful for reflection and understanding.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

21 May, 2024

Kenapa Gene Netto Bisa Betah Di Jakarta Yang Sesak, Mahal Dan Kotor?

[Komentar]: Pak Gene kok betah amat siiiihhh, apalagi tinggal di Jakarta, yang penuh sesak, mahal, udara kotor, lingkungan kumuh??

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Kenapa harus merasa tidak betah? Mau lihat jalan yang bersih, tetapi di setiap jalan besar ada toko yang jual alkohol dan tempat perjudian? Atau jalannya bersih, tetapi ada narkoba yang legal? Atau jalannya bersih, tetapi ada wanita dan pria yang berprofesi sebagai pelacur, dan didukung oleh rakyat karena dianggap "pekerjaan biasa"? Atau jalannya bersih, tetapi ada klinik aborsi, dan anak usia 14 tahun bisa aborsi tetapi dirahasiakan dari orang tuanya?

Atau jalannya bersih, tetapi ada lembaga yang dukung LGBT, yang mendorong semua anak yang "merasa" homoseks atau transgender untuk segera mengaku agar bisa dibanggakan? Atau jalannya bersih, tetapi anak usia 5 tahun DITANYA apakah merasa sebagai laki-laki atau perempuan? Atau jalannya bersih, tetapi anak laki-laki di SD bisa mengaku sebagai perempuan, dan guru dilarang membantah, dilarang memberi tahu orang tuanya, dan bisa dipecat kalau panggil anak dengan nama yang "salah"?

Atau jalannya bersih, tetapi jompo dan orang yang sakit bisa dapat bantuan bunuh diri? Atau jalannya bersih, tetapi dua remaja bisa berzina, melahirkan anak, dan tinggal bersama karena itu dianggap normal? Atau jalannya bersih, tetapi banyak anak merasa tidak perlu sopan kepada orang tuanya atau gurunya karena hak bicara bebas lebih penting?

Atau jalannya bersih, tetapi 50% dari orang di masyarakat adalah ateis, dan anaknya menjadi temannya anak anda? Atau jalannya bersih, tetapi banyak perempuan pakai rok mini di kota, dan bikini kecil di pantai, jadi nyaris telanjang? Atau jalannya bersih, tetapi ada kondom ukuran kecil untuk anak SD, dan kondom dibagikan secara gratis bagi remaja? Atau jalannya bersih, tetapi banyak anak dibiasakan minum alkohol dari usia SD dan di usia remaja minum alkohol setiap minggu bersama orang tuanya? Atau jalannya bersih, tetapi anak remaja nonton film porno di rumah, dan orang tuanya ketawa saja karena bapaknya juga nonton?

Mau saya berikan seribu contoh yang lain??

Dan kalau orang di sana disuruh "bertaubat", maka jawabannya dua: 1) "Bertaubat kepada siapa karena tidak ada Tuhan", dan 2) "Yesus disalibkan, jadi kami tidak punya dosa." Tetapi preman yang bejat di sini bisa berubah, BERTAUBAT, dan menjadi rajin shalat. Di sana, tidak ada kemauan untuk bertaubat. Anda mau tinggal di sana? Silahkan saja! Dan nanti, kalau anak anda murtad karena para temannya ateis, dan hamil di luar nikah karena itu normal saja, dan kecanduan alkohol, narkoba dan perjudian karena temannya juga begitu, maka jangan menangis di depan saya ya. Anak itu adalah hasil dari CINTA anda terhadap dunia ini ketika anda melihat negara kafir yang bersih, lalu sangat ingin tinggal di sana, di tengah mereka. Kenapa anda bisa merasa terpesona dengan kehidupan mereka, dan hanya sanggup melihat "kebersihan" dan abaikan semua yang lain?

Tolong baca ayat dan hadits di bawah ini, dan MERENUNG tentang TUJUAN dari kehidupan ini. Di akhirat, tidak ada manusia yang ditanyakan apakah jalan di depan rumahnya bersih atau tidak. Semoga bermanfaat.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Perbandingan Dunia Dengan Akhirat

Rasulullah SAW bersabda, "Perbandingan dunia dengan akhirat seperti seorang yang mencelupkan jari tangannya ke dalam laut lalu diangkatnya dan dilihatnya apa yang diperolehnya." (HR. Muslim dan Ibnu Majah)

Kesulitan Atau Kenikmatan Di Dunia Akan Dilupakan Ketika Rasakan Surga Atau Neraka Untuk Sesaat Saja

Dari Anas bin Malik ra., Rasulullah SAW bersabda, "Kelak pada hari kiamat akan didatangkan penduduk neraka yang pernah merasakan kenikmatan paling lezat selama di dunia lalu dia dicelupkan di neraka sekali celupan. Kemudian ditanyakan kepadanya, 'Wahai anak Adam, apakah kamu pernah melihat kebaikan? Apakah kamu pernah merasakan kenikmatan?' Maka dia menjawab, 'Sama sekali tidak pernah, wahai Tuhanku.' Dan juga didatangkan penduduk surga yang hidupnya paling susah selama di dunia, lalu dicelupkan sekali celupan di dalam surga. Kemudian ditanyakan kepadanya, 'Wahai anak Adam, apakah kamu pernah melihat kesusahan? Apakah kamu pernah merasakan kesulitan?' Maka dia menjawab, 'Sama sekali tidak pernah, wahai Tuhanku. Aku belum pernah merasakan kesusahan dan belum pernah melihat kesulitan.'" (HR. Muslim)

Dunia Ini Tidak Nyata

[64]. Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.
(QS. Al-Ankabut 29:64)

Berapa Lamanya Kita Tinggal Di Bumi?

[112]. Dia (Allah) berfirman, "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?"
[113]. Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada mereka yang menghitung."
[114]. Dia (Allah) berfirman, "Kamu tinggal (di bumi) hanya sebentar saja, jika kamu benar-benar mengetahui."
[115]. Maka apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu dengan main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?
(QS. Al-Mu'minum 23:112-115)

Besarnya Pahala Sesuai Dengan Besarnya Ujian

Rasulullah SAW bersabda, "Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah 'Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum, Allah menguji mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah." (HR. Tirmidzi)

Kalau Kita Bersyukur, Allah Akan Menambahkan Nikmat Kepada Kita

[7]. Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."
(QS. Ibrahim 14:7)

Di Dalam Surga, Kita Dapat Apapun Yang Diinginkan

[31]. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.
[32]. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. Fushilat 41:31–32)

[ - Akhir - ]


Bingung Dengan Muallaf Yang Tidak Serius Belajar Agama Islam

Assalamu’alaikum wr.wb. Saya baru selesai ketik jawaban untuk puluhan pertanyaan dari muallaf asing. Kadang saya bingung dengan banyak "muallaf". Mereka (kebanyakan) masuk Islam untuk menikah, tetapi sesudahnya, menunjukkan sikap malas belajar, banyak protes, dan tidak punya waktu untuk mencari informasi di Google saja. Niat belajarnya kecil, semangatnya rendah. Sudah dapat istri yang diinginkan, jadi cuek saja terhadap Allah Rasulullah SAW, Al Quran, dan Islam. Lalu berharap orang lain akan kasih jawaban yang mudah kepadanya terus, agar tidak perlu capek mencari info sendiri. Dan setelah dikasih jawaban, tetap saja berprotes terus, dan inginkan Islam yang "berbeda" yang mereka menilai "lebih mudah". Sudah dikasih nikmat dalam kesempatan menjadi Muslim, dapat keselamatan di dunia dan akhirat, dan diampuni seluruh dosanya, tetap saja malas belajar. Tidak ada rasa bersyukur kepada Allah.

Saya jadi ingat sebuah kisah dari salah satu guru saya ketika dirinya masih remaja. Dia sering pergi ke kampung di daerah, jalan kaki naik gunung, di tengah malam, tanpa senter, dan hanya ada sekotak korek api saja untuk berikan cahaya, hanya untuk mencapai pesantren kecil dan gurunya yang tinggal di situ. Lalu belajar semalaman, tidur di lantai, makan telur dan sedikit nasi, turun gunung, kembali ke kota, dan Senin pagi masuk sekolah seperti biasa. Sangat berbeda pengalamannya antara orang yang ingin menuntut ilmu jadi mereka semangat dan berusaha terus, dan orang lain yang inginkan ilmu disajikan kepadanya, dengan cara yang mereka tentukan sendiri, sambil diprotes, sampai merasa puas. Lalu mereka bertanya dan protes lagi tentang topik yang berbeda. Selama beberapa tahun. Tetapi di depan umum, mengaku "Muslim".

Saya juga bingung dengan para bapak yang izinkan anak perempuannya menikah dengan pria seperti itu. Dan lebih bingung lagi dengan para perempuan yang siap terima suami seperti itu, dan YAKIN bahwa suami akan berubah setelah menikah, dan menjadi serius belajar tentang Islam. Rata-rata, para suami itu tidak pernah menjadi serius, dan setelah 3-5 tahun, sang istri menyesal dan mulai memikirkan perceraian. Lalu masih bertahan untuk 10 tahun lagi, dan tetap berharap suaminya akan berubah... Lalu ketemu saya, dan minta saya jelaskan Islam kepada suaminya (setelah sudah menikah 10-15 tahun) dan saya diminta "memperbaiki" pria itu dan membujuk dia menjadi serius terhadap Islam, karena istri baru sadar merupakan masalah besar di dunia dan akhirat. Banyak anak menolak shalat karena bapaknya sendiri tidak shalat. Ibunya yang menjadi pusing.

Dunia ini penuh dengan Muslim yang baik dan beriman, tetapi ada golongan perempuan yang mencari dan menerima muallaf, dan tidak peduli kalau agamanya sangat lemah pada saat menikah. Daripada menunggu agar pria itu dikasih waktu belajar dan memperbaiki diri sebelum menikah, selalu "sangat yakin" orang itu akan berubah setelah menikah jadi tidak perlu menunggu. Dan hampir tidak pernah terjadi. Makanya saya dapat kasus terus, karena jumlah perempuan seperti itu cukup besar. Sayangnya. Dan jumlah bapak yang siap izinkan anaknya menikah dengan pria yang agamanya lemah juga banyak. Sayangnya.

Kalau ada teman atau saudara yang hendak melakukan itu, suruh mereka konsultasi kepada saya SEBELUM menikah. Kalau sudah menikah 15 tahun, dan anaknya murtad, belum tentu saya bisa bantu. Lebih mudah mencegah kebakaran daripada minta rumah "diperbaiki" setelah terbakar habis.

Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto  



16 May, 2024

Sebagai Orang Barat, Kenapa Gene Netto Tidak Kecewa Dengan Umat Islam Di Indonesia?

[Pertanyaan]: Saya sering menemui orang2 yang agamanya buruk, sehingga saya ragu-ragu bahwa Muslim pasti mengikuti perintah Allah. Tapi setelah membaca tulisan Gene, saya jadi tergelitik. Apa yang membuat Gene bertahan di sini? Kenapa muallaf lain kecewa, sementara Gene bertahan & tidak terpengaruh?

[Jawaban]: Sebelum pindah ke Indonesia, saya sudah lulus dari Fakultas Pendidikan di Australia, jadi sebagai guru, saya ingin menolong dan mendidik orang lain. Ketika guru dapat anak yang tidak pandai dalam bahasa asing, matematika, atau sains, guru tidak mengeluh dan bertanya kenapa harus tangani orang yang "tidak tahu", lalu minta hidup enak dengan murid yang sudah cerdas. Guru semangat menolong, berarti harus mengajar orang yang tidak tahu sehingga bisa paham.

Ketika dokter ketemu pasien yang sakit, dokter tidak mengeluh dan bertanya kenapa harus tangani orang yang sakit! Lalu minta hidup enak dengan pasien yang sehat. Dokter semangat menolong, berarti harus hadapi penyakit sehingga pasien bisa sehat.

Pengacara tidak mengeluh karena ketemu orang yang tidak mengerti hukum. Akuntan tidak mengeluh karena ketemu orang yang tidak mengerti akuntansi. Peternak tidak mengeluh karena ketemu orang yang tidak bisa besarkan kambing sendiri. Sopir bis tidak mengeluh karena ketemu orang yang tidak bisa pergi ke tempat lain sendiri. Petugas Damkar tidak mengeluh karena ketemu orang yang tidak bisa padamkan api sendiri. Dan seterusnya.

Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang membantu seorang Muslim menghilangkan kesulitan yang ada pada dirinya, maka Allah akan hilangkan baginya kesulitan di hari kiamat. Barangsiapa yang mempermudah orang yang dalam kesulitan maka Allah akan mempermudah urusannya di dunia dan akhirat. […]." (HR. Muslim)

39. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,
40. dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).
(QS. An-Najm 53:39-40)

Bisa dipahami? Sebagai seorang guru, dan sebagai orang yang suka menolong, dan sebagai Muslim yang yakin dapat pahala, saya ingin berusaha memperbaiki umat Islam. Dan saya bersyukur Allah berikan saya kesempatan di saat banyak orang lain tidak mau. Menjadi tugas sepanjang usia untuk berjuang memperbaiki umat Islam, sehingga kita bisa menjadi pemimpin dunia. Dimulai dari membangun kesadaran ada masalah. Banyak orang kurang sadar, atau tidak peduli, dan menunggu "orang lain" bertindak. (Mau terima hasilnya, tapi malas berjuang.)

11. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.
(QS. Ar-Ra'd 13:11)

Umat Islam hanya bisa berubah kalau kita bersatu dan berjuang bersama. Dimulai dengan menolong saudara dan teman dan tetangga. Dan yang belum paham, harus kita didik. Dan yang akhlaknya rusak, bisa kita buang, atau bisa kita rangkul dan membantu mereka menjadi baik. Pilihannya di tangan kita, bukan di tangan mereka. Banyak orang perlu bantuan, tapi malu atau bingung tanya ke mana. Jadi kita harus proaktif menawarkan bantuan. Dan kalau kita bersatu dan berjuang terus, banyak negara di dunia akan dikalahkan oleh kekuatan Indonesia. Di saat ini kita lemah. Tetapi sekaligus tepuk punggung sendiri dan merasa bangga karena kita "banyak". Kita harus menjadi banyak DAN berkualitas juga. Semoga sudah jelas.

Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

14 May, 2024

Kalau Allah Maha Kuasa, Kenapa Tidak Hilangkan Semua Kejahatan?

[Pertanyaan]: Saya penasaran dengan cara Bapak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sang muallaf dalam cerita kemarin. “Katanya Allah Maha Kuasa! Kalau iya, kenapa Allah tidak hilangkan semua kejahatan? Kenapa Allah tidak halangi saya dari bunuh diri? Kenapa Allah izinkan Setan mengganggu kita?”

[Jawaban]: Assalamu’alaikum wr.wb. Di dunia ini, Allah tidak punya peran memaksa manusia ambil tindakan. Kita diciptakan oleh Allah dan diberikan kebebasan MEMILIH, dan nanti akan ada balasan disebabkan pilihan itu. Kalau Allah menghendaki, kita tidak pernah berada di bumi, tetapi lahir di Surga, beriman, dan tidak pernah ada ujian di dunia. Tetapi Allah menghendaki bahwa kita diuji. Jadi apa boleh buat? Dan dunia ini tidak “nyata”, jadi untuk apa merasa pusing?

Dari Al-Mustaurid bin Syaddad ra. yang berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari kalian memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan. Maka hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jari tersebut ketika diangkat?" (HR. Muslim No.7126)

Kalau Allah diharapkan “hilangkan semua kejahatan” maka itu setara dengan berharap guru sekolah hilangkan semua pertanyaan sulit dan semua aturan dalam ujian sekolah. Jadi pertanyaan boleh dijawab ABCD, semuanya benar, dan kertas dicoret saja juga benar, dan kertas disobek dan dibuang juga benar. Lalu guru itu dicap, “Maha Baik Hati” karena semua murid lulus ujian itu tanpa kesulitan. Mau diobati oleh dokter yang “lulus” dari ujian seperti itu? Apakah ujian tanpa kesulitan merupakan “ujian”? Di dunia ini, kalau kita mengaku beriman, maka Allah jamin bahwa kita akan diuji!

155. Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).
157. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
(QS. Al Baqarah 2:155-157)

Jadi bumi ini adalah tempat ujian, dan setiap orang dapat ujian yang berbeda. Ada yang diuji dengan kekayaan atau kemiskinan, kesehatan atau penyakit, kemudahan atau kesulitan, dsb. Banyak orang asing menolak belajar agama karena merasa “sudah hidup di surga” jadi buat apa harus percaya dan berdoa pada Tuhan? Tuhan tidak dibutuhkan (kata mereka)!

Kejahatan ada di sini agar setiap orang bisa memilih untuk melakukan kejahatan atau tidak. Dan korban bisa memilih untuk menjadi marah pada Allah atau tidak. Dan yang tidak alami kejahatan diuji juga, apa mereka bersyukur atau kufur nikmat? Jadi “kejahatan” menjadi bagian dari ujian di dunia bagi semua orang, termasuk orang yang tidak mengalaminya.

Dalam hukum Islam, bunuh diri dilarang karena kebanyakan pelaku merasa putus asa. Artinya putus asa adalah: “Tidak mungkin Allah bisa mengubah keadaan saya menjadi lebih baik!!” Jadi orang yang putus asa dan bunuh diri melakukan 3 hal: 1) Rampas Hak Allah untuk tentukan kematian setiap manusia, 2) Menghina Allah karena anggap Allah tidak sanggup memberikan kebaikan lagi, 3) Dan abaikan larangan dari Allah. Bisa saja Allah mencegah orang yang mau bunuh diri. Tetapi Allah berikan kita kebebasan memilih. Ada orang yang diuji dengan kondisi “putus asa” lalu Allah menyaksikan pilihannya. Apa bunuh diri, atau berserah diri dan mohon pertolongan dari Allah?

Kalau Allah menghendaki, tidak ada Setan. Jadi kenapa harus ada Setan? Mundur dulu. Kenapa ada buah terlarang di Surga bagi Nabi Adam AS? Fungsinya adalah sebagai ujian dari Allah. Nabi Adam dikasih kebebasan. Setan juga dikasih kebebasan. Dan manusia yang mau ikuti Setan juga dikasih kebebasan.

2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
3. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
(QS. Al-Ankabut 29:2-3)

Kehidupan di bumi ini hanyalah ujian, dan bumi ini tidak nyata. Ada hadits panjang dalam Sahih Muslim yang jelaskan, nanti di surga, manusia yang sangat menderita di bumi akan ditanya, apakah pernah merasakan penderitaan? Dan mereka akan jawab, “Tidak”, karena kenikmatan di Surga begitu luar biasa sehingga kesulitan di dunia dilupakan. Pembunuhan, penyakit, pemerkosaan, badan yang cacat, kemiskinan, kelaparan, perang, dan lain-lain akan dilupakan semua setelah rasakan kenikmatan Surga sesaat saja. Dalam Surah Al-Mu'minum (23:112-114), manusia menduga waktu di dunia hanya sehari atau setengah hari saja, karena begitu terlupakan. Jadi semua yang terasa “buruk” sekarang adalah bagian dari Ujian Allah. Dan masa depan yang baik ada di Tangan Allah dan diberikan oleh Allah kepada orang yang lulus Ujian-Nya.

Semoga bermanfaat.
Wa billahi taufiq wal hidayah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

13 May, 2024

Apa Alasan Logis Shalat Jumat 2 Rakaat Dan Bukan 4?

[Pertanyaan]: Gene Netto Terima kasih. Bismillah. Saya penasaran dengan cara Bapak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sang muallaf dalam cerita kemarin. “Kenapa Shalat Jumat 2 rakaat dan bukan 4? Alasan logisnya?”

[Jawaban]: Assalamu’alaikum wr.wb. Kita lakukan 2 rakaat dan bukan 4 karena kita diwajibkan mengikuti contoh ibadah dari Rasulullah SAW, jadi apa saja yang dilakukan oleh Nabi menjadi wajib bagi kita. Tanpa perlu dikasih “penjelasan logis”. Wajib taat saja. Logis, betul? Nabi berikan contoh, kita ikuti contohnya. Tetapi kita juga punya kebebasan jadi kalau mau mencari alasan logis yang lain, maka boleh. Tetapi itu sebatas pemikiran kita, dan tidak ada jaminan bahwa itu merupakan alasan “yang benar”. Hanya Allah tahu apa yang “benar” dalam hal ini.

Shalat Jumat berbeda dengan shalat yang lain. Menjadi lebih lama karena ada khutbah. Jadi kalau tetap 4 rakaat, akan menjadi lebih panjang lagi. Jadi mungkin sebagai keringanan (agar waktu yang habis tidak terlalu lama), cukup 2 rakaat saja dan ada tambahan 2 khutbah (yang seharusnya) singkat dan memberikan ilmu kepada jemaah. Dibuat berbeda agar jelas bukan “shalat Dzuhur”. Juga bisa dilihat kemiripan antara shalat “khusus” lain seperti Idul Fitri dan Idul Adha, yang juga 2 rakaat saja.

Jadi mungkin itu termasuk alasan logis kenapa dibuat berbeda. Agar lebih mudah, agar jelas bukan Dzuhur, cukup 2 rakaat karena ada juga 2 khutbah, dan agar mirip dengan Idul Fitri dan Idul Adha yaitu 2 shalat khusus lain yang juga 2 rakaat. Dan juga terlihat berbeda dari hukumnya. Misalnya, shalat Dzuhur boleh saja ditunda kalau ada alasan. Jadi kalau adzan jam 12, tetapi seseorang mau shalat Dzuhur sendirian pada jam 2, maka boleh. Tetapi tidak ada yang bisa tinggalkan shalat Jumat pada jam 12, lalu “shalat Jumat sendiri di kamar” pada jam 2 siang. Jadi Jumat dan Dzuhur jelas “tidak sama” dan aturan shalatnya menjadi “tidak sama” juga, jadi tidak perlu dipaksa “harus sama” dengan jumlah rakaat yang sama.

Semoga cukup jelas.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto


16 April, 2024

Baca, Berpikir, Bersabar!

[Komentar]: Thanks Mr Netto. Alhamdulillah dpt pencerahan. Saya pernah berdebat dengan anda. Tapi waktu itu argumen anda gak bisa diterima oleh "pikiran" saya. Tapi kadang, pendapat anda bisa langsung diterima. Kenapa gak selalu berikan penjelasan sederhana, biar saya gak perlu capek2 mendebat anda?

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Saya sudah mengajar 10 ribu siswa, dan melakukan pelatihan bagi ribuan guru, dan membina ribuan orang dewasa dan anak yang punya berbagai macam masalah. Tidak bisa seluruh ilmu dan pengalaman itu saya sampaikan dalam 1 kalimat, setiap kali ada perkara baru. Kalau saya bicara, insya Allah ada landasan ilmu dan pengalaman di belakangnya. Saya berkomentar kalau merasa paham, dan ingin bagikan ilmu. Kalau tidak paham, saya akan diam, atau bertanya. 

Kalau anda mau berbeda pendapat, silahkan, dan coba buktikan pendapat anda dengan argumen yang kuat. Tapi mohon maaf, banyak orang Indonesia ketika pendapatnya dilawan, bukannya introspeksi dan berpikir, tapi naik darah dan menyerang. Ini hasil dari pendidikan sekolah dan rumah selama ini. Makanya saya bersabar, karena menanti hasilnya di mana orang lain akhirnya bisa setuju dengan analisis saya atau bisa buktikan saya salah.

Jadi saya harus menunggu sampai otaknya orang lain bisa mulai terbuka, menggunakan logika, berwawasan luas, berilmu, dan siap terima kemungkinan bahwa mereka belum benar. Bukan karena saya dijamin benar, tetapi karena ada ilmu, bukti, pengalaman, dan analisis yang saya sampaikan, dan insya Allah semua itu yang benar. Tapi yang sering terjadi di sini, orang yang paling marah merasa paling benar. Bukti tidak penting, logika tidak penting. Sebagai guru, saya harus bersabar dan menunggu orang lain sadari bahwa saya punya keinginan untuk mencerdaskan orang dengan ilmu. Dan kadang butuh waktu lama untuk mencapai hasil itu.

Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa mengajarkan suatu ilmu, maka dia mendapatkan pahala orang yang mengamalkannya, tidak mengurangi dari pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun." (HR. Ibnu Majah)

Ketika anak disuruh makan sayuran, tidur siang, dsb. banyak yang melawan. Tapi ketika di usia 20 tahun, badannya besar, kuat, sehat, otak dan akalnya bagus, dan dia melihat HASIL dari pendapat orang tuanya dulu, baru dia SADAR bahwa ilmu dan pendapat orang tuanya dulu benar, setelah dia didorong untuk mencapai hasil yang terbaik walaupun dia tidak suka. Jadi orang tua harus bersabar dan menunggu 15 tahun untuk melihat anaknya berubah. Dan insya Allah saya juga bisa begitu dengan 200 juta orang Muslim di Indonesia.

Kalau anda tidak setuju dengan pendapat saya, silahkan. Saya hanya ingin sampaikan "ilmu, bukti, pengalaman, dan analisis", tetapi biasanya dilawan oleh "emosi dan hinaan" dan saya disuruh "jangan berbeda pendapat" dengan kebanyakan orang. Jadi saya bersabar dan menunggu orang lain bangun dari dunia mimpi dan menjadi sadar secara bertahap. Hasil yang saya harapkan adalah umat Islam di Indonesia bangkit, bersatu, menjadi pemimpin dunia, dan menciptakan negara yang maju, kuat dan sejahtera.

Hasil itu tidak bisa dicapai tanpa proses pendidikan yang pahit, di mana banyak orang akan berontak, emosi, dan melawan. Dan juga tidak bisa terjadi tanpa umat Islam bangun dari dunia mimpi yang membuatnya merasa nyaman selama ini. Jadi saya bersabar, karena harapan saya besar. Kalau baca tulisan saya, coba tahan emosi, berpikir dulu, diskusi dengan yang lain, dan bersabar. Insya Allah tulisan saya akan bermanfaat untuk kemajuan umat Islam di Indonesia, walaupun mungkin banyak orang tidak selalu suka pada awalnya.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.   
-Gene Netto

09 April, 2024

Bagaimana Caranya Hadapi Orang Tua Yang Kurang Cerdas?

[Pertanyaan]: Mr Gene saya mau bertanya, bagaimana cara menghadapi orang tua, terutama ibu, yg tidak berpendidikan, jadi dia hanya mengandalkan pengalaman hidup saja, blm lagi tdk tersentu ilmu literasi, jarang membaca, dia hanya mengatakan apa yg benar menurut dia.

[Jawaban]: Assalamu’alaikum wr.wb. Zaman dulu, ada orang yang bernama Muhammad SAW. Orang tuanya tidak bersekolah, dan dia juga buta huruf. Ada yang bernama Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Ada ribuan sahabat Nabi yang lain dalam kondisi yang sama. Orang tuanya tidak bersekolah, tidak membaca. Lalu, apa mereka semua boleh menjadi "kesal" sama orang tuanya?

14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
(QS. Luqman 31:14)

Ada ribuan sahabat Nabi SAW yang menjadi hafiz Quran. Tapi mereka dan orang tuanya tidak bersekolah, bahkan bisa menjadi hafiz tetapi juga buta huruf. Mereka menghafal dari mendengar dan mengulangi ayat-ayatnya, bukan dari "membaca". Apa kondisi hidup mereka semua mereka sulit, dan mereka merasa pusing, disebabkan para ibunya tidak bersekolah dan tidak membaca?

153. Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
(QS. Al Baqarah 2:153)

Yang anda alami sebenarnya bukan suatu "masalah dengan ibu" yang perlu dikoreksi, tapi yang anda alami adalah suatu "masalah dengan tingkat kesabaran anda" dan itu yang sebaiknya dikoreksi. Yang ditanyakan kepada ibu (dan kita semua) di akhirat adalah amal ibadahnya, akhlaknya, dan perbuatannya! Tidak ditanyakan apakah sering baca buku dan punya pendapat yang paling benar. Tidak ditanyakan apakah bersekolah. Tidak ditanyakan apakah sudah cerdas. Yang ditanyakan adalah keimanan dan ibadah.

Selama ibu anda beriman dan bertaqwa, bukan "orang jahat", tidak menciptakan masalah serius (misalnya, sering memfitnah tetangga), dan sebagainya, maka insya Allah tidak ada masalah yang besar. Bersabar saja. Nasihati secara baik, lalu membiarkan ibu ambil keputusan sendiri. Ibu sudah membesarkan anda, betul? Apakah anda menjadi orang yang baik atau bejat? Kalau anda baik, dan anda merupakan hasil dari pembinaan ibu, maka ibu anda tidak sepenuhnya "bermasalah" dan terbukti ada hasil baik, berdasarkan pengalaman hidup, tanpa buku. Betul?

Akhlak, wawasan, akal, dan hati yang bijaksana tidak berasal dari sekolah dan bacaan saja. Banyak orang justru dapat dari pengalaman hidup. (Dan ada yang tidak.) Jadi bersabar saja. Berusaha memberikan pengarahan, dan kalau ibu tidak terima, biarkan saja. Semua orang berhak mengatur kehidupannya sendiri dan harus bertanggung jawab sendiri. Mau untung atau rugi, urusan mereka. Tidak bisa dipaksa.

Coba juga memikirkan begitu banyak orang yang tidak punya ibu, menjadi yatim piatu, atau ibunya baru wafat. Mereka akan siap tukar seluruh hartanya kalau bisa dapat pelukan ibu sekali saja. Jadi sebaiknya anda bersyukur, dan bersabar, dan tidak ingin memaksa ibu menjadi "sempurna". Tidak ada manusia yang sempurna. Jadi kenapa mau "memperbaiki" ibu padahal belum tentu anda sendiri sudah baik? Mungkin banyak orang juga komplain tentang anda, dan inginkan anda berhenti melakukan ABCD yang mereka menilai buruk, tapi anda tidak peduli. Betul?

Nasihati. Bersabar. Bersyukur. Lalu biarkan ibu. Dunia ini singkat. Jangan habiskan waktu anda dengan komplain tentang Ibu. Bersyukur punya ibu, dan nikmati semua kebaikan darinya daripada sibuk mencari kekurangannya.

Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

25 March, 2024

Bagaimana Caranya Menciptakan Pola Pikir Positif Dan Bersyukur Terus?

Assalamu’alaikum wr.wb. Saya jadi sibuk kirim pesan-pesan panjang kepada seorang muallaf yang sedang umrah. Ternyata, dia sangat tidak bahagia di sana. Kena insomnia, jadi kurang tidur setiap hari, lalu alami banyak gangguan sampai mulai menyesal pergi ke sana karena tidak terasa ada nikmatnya. Saya lagi berusaha memberikan motivasi agar dia bisa coba mencari kenikmatan dalam segala hal yang terjadi, dan tidak merasa terganggu terus.

Ketika perlu buang air kecil, ada sejuta orang di antara dia dan WC jadi akhirnya kembali ke kamar hotel (perjalanan panjang juga) dan tidak ikut shalat tarawih di masjid. Ketika masuk masjid pada setiap waktu shalat, selalu ada orang yang datang kepadanya dan minta sumbangan, pakai Google Translate di HP. Jadi dari itu saja, kurang nikmat pergi ke masjid karena orang2 itu selalu muncul dan ganggu dia terus.

Dan ada berbagai hal serupa yang mengganggunya. Saya berusaha berikan motivasi terus dari kemarin, dan kirim banyak pesan kepadanya. Saya berikan contoh ujian Navy Seal di Amerika. Ketika calon diuji, para pelatih tidak memukul prajurit sama sekali. Mereka hanya teriak dan menghina para calon, dan suruh mereka menyerah sendiri. Mereka menyerang "cara berpikir" semua prajurit, karena perasaan negatif dan kekalahan berasal dari pemikiran kita sendiri.

Orang di penjara bisa bahagia. (Tidak banyak, tapi ada sebagian.) Anak-anak di Gaza bisa senyum dan bermain-main. (Tidak banyak, tetapi ada sebagian.) Apa yang kita alami hampir tidak pernah sempurna. Apapun situasinya, selalu akan ada hal yang berjalan "baik" dan ada pula yang akan menjadi "buruk". Dan yang terpenting dalam setiap kasus adalah bagaimana kita bereaksi. Pikiran kita dan perasaan hati kita diciptakan oleh diri kita sendiri. Seseorang bisa dapat 100 juta dolar lalu membenci hidupnya. Seseorang bisa berada dalam kemiskinan di kampung lalu senyum dan bahagia setiap hari.

7. Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."
(QS. Ibrahim 14:7)

Apa yang kita alami adalah “SITUASI”. Bagaimana kita menyikapi situasi itu adalah PILIHAN. Dan kita sendiri yang ambil pilihan negatif, dan kemudian mengisi otak kita dengan pikiran negatif. Dan keesokan harinya, kita memperkuatnya lagi dengan lebih banyak pikiran negatif tambahan, sehingga menciptakan lingkaran setan.

Jadi coba lakukan ini. Berdoalah kepada Allah dan mintalah agar Dia mengubah pikiran dan hati kita, dan membuat kita merasa bahagia setiap saat, setiap hari, apa pun yang terjadi. Senyumlah dan coba menikmati apapun yang terjadi. Tidak ada yang "buruk" atau "negatif". Itu hanya sebuah pengalaman, hanya sebuah situasi. Dan reaksi, pikiran, dan perasaan kitalah yang menjadikannya positif atau negatif. Jadi cobalah berhenti menciptakan perasaan negatif, dan ciptakan yang positif. Segala sesuatu yang kita alami adalah baik, dan bermanfaat, dan menyenangkan.

18. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.
(QS. An-Nahl 16:18)

Apabila ada orang yang menginjak kaki kita, berpikir, betapa beruntungnya kita mempunyai kaki. Ada orang yang mendorong kita, berpikir, betapa beruntungnya kita karena tidak duduk di kursi roda. Kita kurang tidur, berpikir, betapa nikmatnya memiliki tempat tidur, AC, makanan, dan kamar mandi, dan tidak berada di tenda di Gaza, kena bom dari udara, sambil makan sop yang terbuat dari rumput. Segala sesuatu yang terjadi adalah kesempatan bagi kita untuk MENCARI ALASAN agar merasa bahagia dan bersyukur. Dan apa pun yang terjadi, kita bisa tetap senyum, dan mencari solusi sederhana untuk mengatasi situasi tersebut, lalu senyum dan merasa bahagia lagi.

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...