Menyedihkan sekali ini:
The latest research by non-profit organization the Sejiwa Foundation, conducted in three cities, revealed that 27.5 percent of interviewed teachers considered bullying to be harmless to children's psychological wellbeing.
18.3 percent of respondents also said bullying was normal and should not be policed [= tidak perlu dicegah] by teachers. (
Masa!!!???!!!
Bullying = mengganggu anak lain dengan cara mengejek, menghinakan, mengacam, memeras, mendorong, memukul, menganiaya, menyiksa, dan bahkan juga menghajar sampai mati. (Kata “bullying” ini tidak punya terjemahan yang persis sama dalam bahasa
27.5% dari guru yang disurvei menganggap bahwa bullying tidak mengganggu keadaan psikologis anak kecil????????!!!!!!!!!!!?????
Astagfirullah al adzim!!
Bagaimana anak bisa belajar kalau dia dalam keadaan tertekan? Bagaimana bisa berhasil kalau ada yang mengancam dan memukulnya setiap hari? Kok bisa dianggap “normal” atau “biasa” oleh ¼ dari para guru??
Kok guru bisa menyatakan bahwa ini bukan tugas guru untuk mencegahnya?
Kok orang dewasa yang mempunyai otak (guru) bisa melihat anak kecil yang diancam dan dianiaya, tanpa ada rasa kasih sayang atau kepedulian yang muncul di hatinya dan tanpa ada keinginan untuk membela anak yang tidak berdosa yang ditindas dan diteror oleh orang lain?
Bangsa apa ini? Bukannya penuh dengan orang Islam? Bukannya mayoritas dari guru ini beragama Islam?
"We have also questioned teachers and the principal but have found no indications of negligence," he added.
Benar? Atau barangkali lebih tepat mengatakan:
“Kita sudah memeriksa para guru dan kepala sekolah, tetapi mereka tidak siap mengakui bahwa mereka adalah orang lalai yang tidak pedulikan muridnya dengan cukup baik. Dan sekarang karena salah satu muridnya sudah wafat karena ‘bullying’, mereka tidak ingin disalahkan, padahal mereka sudah lama mengetahui bahwa ada geng anak yang suka mengancam dan menghajar anak lain yang lebih kecil. Tapi jangan salahkan para guru ya! Mereka lagi sibuk di ruang guru pada saat murid
Saya merasa sangat sedih sebagai seorang guru pada saat saya baca hasil survei ini dari orang yang juga menyebutkan diri “Guru”. Apakah mereka ini guru? Atau penjaga anak di suatu gedung yang kebetulan dinamakan “sekolah”?
Apakah ini yang terbaik untuk masa depan bangsa ini? Yang jelas, para guru ini yang tidak melihat ada efek buruk dari ‘bullying’ perlu training sehingga mereka bisa paham. Dan kalau mereka belum paham juga setelah training selesai, saya siap memukul dan membanting badan mereka sampai mereka mengatakan “paham”. Barangkali kalau mereka sendiri dipukul pada saat belajar, baru mereka akan menjadi sanggup memahami apa yang dirasakan anak kecil yang mereka jaga (atau tidak jaga) di sekolah.
Insya Allah mereka akan menjadi paham sebelum anak anda atau anak tetangga anda menjadi korban berikut.
Boleh kita minta Menteri Pendidikan baru yang peduli pada pendidikan, sehingga dia siap melakukan perbaikan dengan secepatnya….?
Kapan ya…?
*******************************
When it comes to bullying, ignorance is not bliss
City News - May 08, 2007
The
Who is to blame when children become violent? Fathers often beam with pride when their sons show off their macho side while mothers react with joy when their brave daughters tell them stories of how they bettered a boy at school. Little do we realize that the smallest violence can lead to devastating loss.
"Ma, I'm getting beaten up, Ma. I'm getting beaten up," Edo Renaldo, 8, mumbled while taking an afternoon nap. What at first looked like a mere fever turned into tragedy for the second grader and his parents Theresia Leli and Yohanes last week. "When I checked, I noticed bruises on his neck, waist and on both of his thighs," Yohanes told the daily Warta Kota on Friday. After she insisted
On April 28,
No conclusive cause has been found for
"We have also questioned teachers and the principal but have found no indications of negligence," he added.
Meanwhile,
A study from Plan International Indonesia indicated that such violence in schools ranked second after domestic violence. The latest research by non-profit organization the Sejiwa Foundation, conducted in three cities, revealed that 27.5 percent of interviewed teachers considered bullying to be harmless to children's psychological wellbeing. 18.3 percent of respondents also said bullying was normal and should not be policed by teachers.
Bullying by nature is a reaction to perceived difference: being too attractive, too fat, too shy or having different cultural background, psychologist Ratna Djuwita said. A private school principal whose institution mainstreamed bullying prevention efforts, Ratna's message has long been when it comes to bullying that "ignorance is not bliss."
National Commission for Child Protection chairman Arist Merdeka Sirait said the Child Protection Law stipulated that schools be held responsible for any violence on their premises. "Whatever the form (of violence) and whoever does it, schools should be violence-free zones and should protect their students," he said. (01)
http://www.thejakartapost.com/yesterdaydetail.asp?fileid=20070508.C01