Minggu kemarin saya mampir ke Carrefour utk belanja sedikit
sebelum pulang. Saya lagi pengen makan coklat. Anehnya, di tempat coklat semua
batang SilverQueen tidak ada. Di rak ada sticker SilverQueen, tapi stok kosong.
Kok bisa habis total? Saya bertanya ke seorang pelayan. Dia senyum. "Tidak
habis Pak. Dijaga di sana, di tempat susu anak." Kok dijaga? Saya ke
tempat susu. Coklat SilverQueen banyak. Tapi dijaga oleh pelayan dgn kasir di
depannya. "Kalau mau beli coklat, harus di sini Pak. Bayar langsung!"
Lho? Kok? Saya bertanya kenapa begini. Pelayan itu menjelaskan. Ternyata,
coklat SilverQueen dicuri terus. Setiap bulan ada kerugian lebih dari 20 juta
rupiah, di satu toko saja, dari satu jenis coklat itu saja. Belum yang lain.
Negara penuh orang Muslim, dengan pendidikan agama di
sekolah, di rumah, di masjid dan musholla. Hasilnya, banyak anak bisa shalat
dan ngaji, tapi belum tentu bisa menahan diri dari mencuri barang bukan
miliknya. Setiap kali ada perampok, pembunuh, pemerkosa, pencuri dll. yg tampil depan media (setelah ditangkap)
seringkali pakai baju koko (karena mau tampilkan agamanya sebelum dihukum). Tapi
ketika dibutuhkan pendidikan AKHLAK dan budi perkerti dari agama jauh hari
sebelumnya, banyak anak tidak terima. Dikasih kulitnya agama saja. Teknisnya
saja. Dikasih bentuk ibadah, tapi bukan hakekat dari ibadahnya. Dapatnya "ibadah
kosong" alias gerakan dan ucapan tanpa makna di dalam hati.
Bagaimana caranya melakukan perubahan terhadap sistem
pendidikan agama sehingga menghasilkan orang Muslim yg tahu bentuk teknis ibadah
dan juga tahu makna dari ibadahnya, dan bisa menghidupkan dalam kehidupan
sehari-hari?