Assalamu’alaikum wr.wb.,
Saya terima email dari seorang teman perempuan yang dapat pengalaman pahit di masjid. Ini bukan pertama kali ada perempuan yang komplain kepada saya tentang apa yang dihadapi oleh kaum perempuan pada saat mereka ingin shalat di masjid (baik di Indonesia maupun di luar negeri. Cerita tentang kondisi ruangan shalat bagi wanita di berbagi masjid di Saudi dan negara Arab lain sulit dipercayai karena begitu buruk).
Sudah berkali-kali ada yang bercerita tentang fasilitas yang dinilai tidak layak, tidak nyaman, tidak bersih, dan sebagainya. Oleh karena itu, saya minta izin kepada yang bersangkutan untuk post email tersebut di blog saya. Kalau ada perempuan yang punya pengalaman serupa, tolong berikan komentar, dan mungkin juga ada yang bisa memberikan saran. Bagaimana caranya kita bisa mengajak para pengurus masjid lebih peduli dan perhatikan hak wanita yang ingin ikut shalat di masjid.
Mohon jangan sebutkan nama masjid atau organisasi kecuali ada alasan yang kuat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto
#######
[Email yang diterima:]
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Hari Minggu kemarin aq ada kegiatan di luar rumah hingga harus shalat di luar. Menjelang maghrib aq berhenti di depan masjid besar di [sekitar wilayah] Pasar Minggu. Masjid itu masjid besar yang pasti banyak orang umum menunaikan shalat kapanpun mereka membutuhkan tempat shalat.
Setelah berada di halaman masjid, saya lepas sandal untuk bersiap ambil air wudhu. Saat itu ada seorang lelaki berkopiah putih (look like an educational & shaleh man) berkata kepada saya," tempat wudhu & shalat wanita di ujung sebelah kanan ya". Saya yang belum pernah mengunjungi masjid itu hanya tersenyum mengiyakan & bergegas menuju tempat yang ditunjuk. Tapi setiba di sana, Masya Allah.......saya kan tidak minta dilahirkan sebagai perempuan? Saya kan tidak lagi hidup di masa jahiliyah? Tapi kenapa perlakuan lelaki yang tampak terpelajar & mengenal masjid itu demikian keji terhadap kami, kaum perempuan? You know wat my friend?
Tempat wudhunya adalah tempat cuci piring dapur umum, dimana terlihat 2 lintah sedang merayap di dinding & selokan air kotornya. Lalu ruang shalatnya adalah dapur umum kumuh yang diberi beberapa lembar karpet masjid. Seandainya aq masih memiliki waktu untuk pindah tempat, aq akan bergegas melakukannya daripada aq melakukan dosa dengan membandingkan diri terhdp nasib keperempuananku, tapi maghrib kan tidak panjang waktunya.
Akhirnya dengan terpaksa, aq coba ikhlas menjalankan shalat di tempat yg persis bersebelahan dengan masjid. [Masjid itu] tampak layak bagi lelaki yang hanya terisi tidak lebih dari separuh ruang masjid. Alhamdulillah aq bisa menangis kepada Allah memohon padaNya agar kami kaum hawa diberi kelapangan hati dalam menghadapi diskriminasi & kaum adam dibukakan pintu hidayah untuk menyadari bahwa Allah menciptakan laki & perempuan setara.
Terakhir saat saya keluar masjid, ada kotak sumbangan renovasi masjid. Masya Allah......jujur saya yang tidak pernah melewatkan kotak amal, kali ini emosi negative saya merajalela sehingga saya melenggang tanpa memasukkan rupiah di kotak itu.
Heran saya, di mal Plaza Senayan saja yang tempat belanja mushallanya layak, kenapa di masjid besar spt itu keadaanya demikian?
Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Search This Blog
Labels
alam
(8)
amal
(100)
anak
(299)
anak yatim
(118)
bilingual
(22)
bisnis dan pelayanan
(6)
budaya
(8)
dakwah
(87)
dhuafa
(18)
for fun
(12)
Gene
(222)
guru
(61)
hadiths
(9)
halal-haram
(24)
Hoax dan Rekayasa
(34)
hukum
(68)
hukum islam
(52)
indonesia
(570)
islam
(556)
jakarta
(34)
kekerasan terhadap anak
(357)
kesehatan
(97)
Kisah Dakwah
(10)
Kisah Sedekah
(11)
konsultasi
(11)
kontroversi
(5)
korupsi
(27)
KPK
(16)
Kristen
(14)
lingkungan
(19)
mohon bantuan
(40)
muallaf
(52)
my books
(2)
orang tua
(8)
palestina
(34)
pemerintah
(136)
Pemilu 2009
(63)
pendidikan
(503)
pengumuman
(27)
perang
(10)
perbandingan agama
(11)
pernikahan
(11)
pesantren
(34)
politik
(127)
Politik Indonesia
(53)
Progam Sosial
(60)
puasa
(38)
renungan
(178)
Sejarah
(5)
sekolah
(79)
shalat
(9)
sosial
(321)
tanya-jawab
(15)
taubat
(6)
umum
(13)
Virus Corona
(24)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Assalamualaikum.
ReplyDeleteWah itu termasuk pengalaman saya dikampung Cilandak. waktu itu saya sedang sholat magrib dan sedang mau ambil air wudhu ditempat pria tentunya, tapi saya melihat ada 2 orang perempuan yg mau wudhu juga. Karena saya pikir ada terpat wudhu wanita disebelah maka saya persilahkana mereka wudhu di sebelah krn disini tempat pria. saya pikir kan kagak etis dia bersama pria2 yg sedang mau berwudhu dan disampingya ada bebrapa pria yg sedang buang air kecil.
beberapa hari kemudian saya tidak sengaja ke tempat wudhu perempuan, ternyata kondisinya memang cukup menjijikan buat saya. lantai kotor, berlumut, lampu mati, dan jorok. setelah saat itu saya merasa bersalah telah menyuruh perempuan2 kemarin untuk wudhu ditempat wanita.
Dapat saya tarik kesimpulan bahwa Masjid2 yang berada di lingkungan muslim tradisional maka keberadaan wanita selalu dinomer duakan. Kadang malah perempuan dilarang ke Masjid, sehingga fasilitas untuk perempuanpun juga tidak diperhataikan atau bahkan cenderung dihilangkan. Sedangkan Masjid2 yg pengurusnya memiliki pemikiran modern maka mereka secara khusus menyediakan fasiltas untuk kaum muslimah ini. Silahkan survei aja sendiri mana kelompok muslim yang tradisional dan yag lebih modern. Modern disini adalah yang lebih paham tetang hukum Islam dan berfikir lebih terbuka dan mau terus belajar. sedangkan tradisional disini adalah kelompok yang selalu taklid kepada ulamanya sedangkan ulamanya kurang paham dan tidak mau belajar lagi tentang Islam. so sekarang mana yang modern dan tradisional pasti Anda bisa tebak! Semoga bermanfaat
wassalamualaiku.
Arif
wah jd kesindir sama arif:) btw kalo ttg muslim tradisional atau ga, ditempat tinggal saya dibogor, dlm sejarah kampung saya, belum pernah ada perempuan sholat dimasjid, bahkan sampai detik ini, bahkan sholat idul fitri pun kami sholat terpisah, walau imam dll tetap laki2, biasanya kaum perempuan sholat dimusholla atau masjid yayasan pesantren, kalau pria di masjid kampung (itupun jamaahnya penuh jd ga memungkinkan untuk sholat bareng)
ReplyDeletejadi semua kegiatan ibu2 pengajian atau remaja masjid tetap terpisah perempuan dan laki2, hanya kegiatan maulid atau apapun baru bisa bercampur, tp dengan catatn perempuan emang ga masuk masjid, cm dipelataran, dibilang tradisional atau ga, toh disana banyak orang muhamdiyah, NU atau kader2 partai islam, dan aturan tidak tertulis tetap saja berjalan, mungkin sudah kebiasaan, dan engga menganggap hal aneh dan jadi bahan perdebatan, toh kalau kita sedang bepergian tetap saja sholat di masjid seperti yang lain,
-kalo pengalaman yang engga mengenakan sih, pernah dulu waktu di jogja, mau sholat disebuah masjid, mungkin karena berbeda aliran, buru2 masjidnya dikunci dan ditutup rapat! padahal saya tahu karena terlihat dr luar, didalam masjid sedang ramai orang, karena saya orang diluar komunitas mereka tidak dperkenankan masuk..wah kalo itu saya mau bilang kecewa, ya kecewa.
-kalo masala tempat wudhu, mungkin si mbak nya pas kebetulan dapat masjid yg seperti itu, sejauh ini saya ga pernah mengalami hal2 seperti itu kecuali kalau kepepet ga bawa mukena, pinjam di masjid, pasti kondisinya kotor dan bau.