Assalamu'alaikum wr.wb.,
Kenapa makan halal lebih dipedulikan produsen kafir di negara kafir? Kalau ummat Islam tidak mau menerima makanan yang dijual tanpa keterangan halal, saya kira industri makanan di Indonesia juga bakalan berubah dengan cepat dan berusaha untuk menyediakan makanan yang halal. Tetapi karena kebanyakan dari saudara2 kita tidak peduli, kita diberikan makanan yang tidak jelas halal atau tidak secara terus2an.
Sayang sekali bila Muslim di negara kafir malah dapat perhatian yang lebih besar daripada ummat Islam di Indonesia. Kita salah karena terima terus tanpa peduli, dan pemerintah salah karena tidak pernah peduli pada kebutuhan kita.
Kapan akan berahkir?
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene
********
Di Belanda Makanan Bersertifikat Halal Merebak
Kamis, 27/08/2009 00:43 WIB
Laporan dari Den Haag
Eddi Santosa – detikNews
Den Haag - Kalau di Indonesia masih ada 'pembangkangan' sebagian produsen terhadap sertifikat halal, di Negeri Belanda justru produsen proaktif merespon pasar halal. Bagaimana ini bisa dijelaskan?
Kunci jawaban ada pada kesadaran umat. Selama umat rela menjadikan perutnya seperti pembuangan sampah Bandar Gebang alias apa saja masuk, selama itu pula produsen tidak perlu merasa peduli dengan produk yang ditawarkan. Toh akan dibeli dan dimakan juga.
Di Belanda mayoritas umat islam, baik warga Belanda asli maupun keturunan, sangat sadar ketentuan-ketentuan atau syariat agamanya. Bahkan warga Belanda asli yang telah masuk Islam umumnya jauh lebih disiplin dan ketat menjunjung syariat tersebut. Sadar keyakinan, selanjutnya membentuk kesadaran hak.
Maka pelan tapi pasti komunitas muslim mengupayakan sendiri kebutuhan halal, sebagaimana komunitas Yahudi juga memenuhi kebutuhan kosher mereka. Muncullah islamitische slagerij (toko daging islam) dan minimarket yang menyediakan makanan minuman halal.
Selain memperhatikan kehalalan yang kasat mata seperti daging, warga muslim di Belanda juga cermat memperhatikan kandungan zat aditif produk makanan minuman, yang secara standar di Eropa menggunakan kode E, diikuti angka. Misalnya jenis emulgator apa yang digunakan. Apakah terbuat dari bahan nabati, atau dari babi?
Kesadaran ini akhirnya membentuk posisi tawar kuat dalam lingkar ekonomi. Bayangkan, di Negeri Belanda ada sekitar 850.000 warga muslim (Centraal Bureau voor Statistiek/CBS, 2007-2008), yang disiplin mencari kebutuhan makanan minuman halal di pasar eksklusif.
Jika diasumsikan dari kebutuhan daging saja per kepala minimal EUR10,00 per pekan, maka potensi pasar yang tersedia sekurangnya EUR8,5 juta per pekan! Menggiurkan.
Begitu besar dan potensial pasar muslim, sehingga raksasa Albert Heijn (AH), market leader yang menguasai 31,3% pangsa pasar kelas menengah atas, langsung menyergap dan menggarapnya. Produk halal AH ini, meliputi daging segar dan produk turunannya, secara khusus ditandai dengan stiker halal warna hijau dan ditempatkan secara terpisah.
AH menjalin kerjasama dengan rumah-rumah pemotongan muslim bersertifikat, Deen-Hobu dan InterChicken di bawah pengawasan Halal International Controle U.A, Den Haag. Pengepakan dan distribusinya juga diperlakukan khusus oleh mereka. Selain itu AH juga melakukan komunikasi gencar melalui iklan radio televisi dan situsweb.
Sedemikian rupa perkembangannya di Belanda, sehingga orang sampai mengatakan bahwa di Belanda mencari makanan halal lebih jelas dan mudah. (es/es)
Sumber: detiknews.com
Search This Blog
Labels
alam
(8)
amal
(97)
anak
(317)
anak yatim
(117)
bilingual
(22)
bisnis dan pelayanan
(6)
budaya
(8)
dakwah
(87)
dhuafa
(18)
for fun
(12)
Gene
(222)
guru
(64)
hadiths
(9)
halal-haram
(24)
Hoax dan Rekayasa
(34)
hukum
(69)
hukum islam
(51)
indonesia
(586)
islam
(559)
jakarta
(34)
kekerasan terhadap anak
(372)
kesehatan
(97)
Kisah Dakwah
(11)
Kisah Sedekah
(11)
konsultasi
(13)
kontroversi
(5)
korupsi
(28)
KPK
(16)
Kristen
(14)
lingkungan
(19)
mohon bantuan
(40)
muallaf
(53)
my books
(2)
orang tua
(10)
palestina
(34)
pemerintah
(138)
Pemilu 2009
(63)
pendidikan
(519)
pengumuman
(27)
perang
(10)
perbandingan agama
(11)
pernikahan
(11)
pesantren
(46)
politik
(127)
Politik Indonesia
(53)
Progam Sosial
(60)
puasa
(37)
renungan
(192)
Sejarah
(5)
sekolah
(90)
shalat
(10)
sosial
(323)
tanya-jawab
(15)
taubat
(6)
umum
(13)
Virus Corona
(24)
Popular Posts
-
Salah satu kata kesukaan orang Indonesia adalah: “Oknum”. Kalau ada orang-orang yang bercerita bahwa mereka mengalami suatu “masalah” di sek...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Ada berita tentang peringkat Indonesia di FIFA: Hanya bisa mencapai urutan 122 pada bulan Oktober 2025, dan tidak ...
-
[Kisah dari teman]: Kemarin di rumah ustadz ana yang punya ponpes. Katanya belum lama mengeluarkan belasan santri yang terlibat dalam kegiat...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Pada tahun 2024, tercatat 1,8 juta orang Indonesia melakukan Umrah dan 241 ribu orang melakukan Haji. Jadi totalnya ...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Pada tanggal 29 September, 2025, gedung baru dalam sebuah pesantren di Sidoarjo ambruk pada saat banyak anak melakuk...
-
Banyak orang yang kerja sebagai “guru” hanyalah orang dewasa yang berdiri di kelas dan memberikan tugas kepada anak, TANPA memiliki ilmu yan...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Mohon maaf, apa pantas disebut “Tragedi Maut”? Bukannya itu kasus “kematian yang disebabkan oleh kelalaian” (yang bi...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Mohon maaf Pak Menteri, tetapi apakah bapak sudah pegang data yang akurat, sehingga berani bilang jumlahnya sedikit?...
-
Pertanyaan Assalamu'alaikum wr.wb., Saya mau bertanya kalau orang Muslim boleh mendoakan orang non-Muslim? Kalau ada teman atau sauda...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Beberapa minggu yang lalu, ada orang di Panama yang hubungi saya untuk belajar tentang Islam. Dan alhamdulillah se...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment