Assalamu'alaikum wr.wb.,
Menurut berita di bawah ini, celana ketat bagi wanita akan dilarang di Aceh Barat.
>> “Penggunaan celana dibolehkan dengan syarat ketat, yakni harus lebar dan menutupi mata kaki. Celana juga bisa digunakan sebagai dalaman rok panjang yang lebar.”
Bagaimana caranya yang menentukan apa itu “ketat” dan apa itu “longgar”? Kalau seorang wanita keluar dengan rasa yakin bahwa celananya sudah cukup longgar, lalu petugas menangkapnya, memaksa dia buka celana dan pakai rok, dan memotong celananya, siapa yang bisa membela wanita tersebut? Dari berita ini tidak dijelaskan berapa senti yang dibutuhkan sebelum bisa dikategorikan “longgar”. Kalau 1 senti lebih lebar dari kaki, apakah sudah “longgar”, atau masih “ketat”. Dua senti? Tiga senti? Apakah semua petugas akan membawa penggaris untuk mengukur kelonggaran celana tersebut? Atau cukuplah pandangan mata petugas yang sangat subyektif?
Apakah tidak ada perkara yang lebih utama di Aceh Barat? Apakah semua anak yatim sudah gemuk karena makan terus, atau apakah masih ada yang lapar? Apakah semua anak miskin dijamin lulus SMA atau apakah masih ada yang putus sekolah karena tidak sanggup bayar? Apakah sudah tidak ada korupsi di sana lagi? Apakah semua makanan, kosmetik, obat-obatan, dll. di semua toko dan pasar dijamin halal 100%? Dan seterusnya. Bukannya ada sekian ratus perkara yang jauh lebih utama di sana, daripada mengurus pakaian wanita?
Melarang wanita memakai celana “ketat” karena dinilai (oleh sekelompok pria) sebagai hal yang tidak islamiah, cukup menyedihkan. Apakah ada DVD porno di pasar2 sana? (Karena di pasar2 Jakarta ada banyak sekali!) Apakah ada internet yang bisa digunakan untuk mengakses ratusan ribu sampai jutaan situs pornografi? (Di Jakarta semua situs tersebut masih bisa diakses, disebabkan Depkominfo melanggar janjinya dari tahun kemarin untuk memblokir semuanya). Dan kalau ada cara-cara untuk mendapatkan pornografi di situ, kira-kira apa pengaruhnya dari celana ketat yang dipakai wanita di jalan? Apakah anak muda yang laki-laki di Aceh Barat hanya bisa tergoda bila melihat celana ketat yang dipakai wanita di pinggir jalan? Sedangkan akses anak muda itu terhadap DVD porno atau jutaan situs porno di internet tidak perlu menjadi perkara?
Dan kalau kaum yang berkuasa berniat menciptakan (secara paksa) masyarakat yang lebih islamiah (menurut persepsi mereka), kenapa mereka berhenti di situ saja dengan hanya mengeluarkan larangan bagi kaum wanita? Mestinya mereka lebih sungguh2 dan melarang semua hal lain yang tidak islamiah juga. Coba kita kasih beberapa contoh sebagai masukan bagi mereka:
1. Mereka harus melarang pejabat setempat naik kendaraan mewah yang ber-AC. Tidak ada contoh dari Nabi Muhammad SAW bahwa pejabat naik kendaraan khusus yang mewah dan ber-AC, sedangkan rakyat punya kendaraan biasa dan kena terik matahari. Nabi SAW naik onta, dan semua sahabat Nabi juga naik onta. Jadi seharusnya mobil mewah pejabat diambil dan ganti dengan bis kota, atau bajaj biar lebih “islamiah”. (Atau mungkin lebih baik bila mereka memaksakan masyarakat pakai onta dan kuda lagi, daripada mobil. Lebih islamiah juga.)
2. Semua pejabat harus tukar rumah dinasnya dengan sebuah gubuk kecil, tanpa air yang mengalir, tanpa listrik, dengan hanya 1-2 kamar, dan kasurnya tidak boleh springbed karena tidak ada contoh dari Nabi SAW untuk hidup dalam rumah dinas yang mewah, dengan kasur yang empuk. Berarti hidup dalam rumah dinas yang mewah tidak “islamiah”, jadi harus dilarang.
3. Mata uang yang dipakai harus diganti dengan keping emas dan perak, karena tidak ada contoh dari Nabi SAW untuk menggunakan sepotong kertas yang nilai tukarnya bisa berubah dalam sekejap, tergantung penjualan di bursa efek manca negara. Berarti semua warga harus dilarang memakai rupiah, karena lebih islamiah.
4. Mereka juga sebaiknya melarang semua orang menggunakan sejaddah, tasbih, baju koko, peci, sepatu, kaos kaki, celana dalam, celana, jas, baju batik, listrik, lampu, kendaraan selain onta dan kuda, pesawat, komputer, internet, fulpen, dan seterusnya. Semuanya tidak ada contoh dari Nabi SAW, berarti tidak “islamiah”, berarti harus dilarang, dan harus ada sangsi bagi yang melanggar.
5. Dan seterusnya.
Niatnya apa mereka ini?
Saya pernah melihat seorang ibu di depan saya yang naik bis Metro Mini. Saya di belakangnya karena sedang menunggu taksi di pinggir jalan. Metro Mini berhenti, dan ibu itu angkat kaki kanannya untuk naik (dan dia juga bawa tas dan belanjaan, sambil pegang payung). Oleh karena dia pakai rok panjang, pada saat dia angkat kaki untuk naik tangga (yang cukup tinggi dari jalan), roknya juga ditarik tinggi sekali, jadi seluruh betis sampai batas belakang lutut kiri menjadi nampak, dan kaki kanannya malah menginjak roknya di atas tangga yang membuatnya lebih kotor dari sebelumnya. Karena dia pakai rok panjang, semua pria di belakangnya malah bisa melihat betisnya dengan sangat mudah, setiap kali dia naik bis. (Sudah jelas bahwa dia tidak berfikir untuk memakai celana lagi di bawah roknya.)
Dan karena juga hujan pada hari itu, saya lihat dengan jelas sekali bahwa bagian paling bawah dari roknya sudah menjadi coklat karena begitu kotor dari air hujan di jalan, percikan air, lumpur, dll., dan roknya juga diinjak sandal kotornya pada saat dia naik tangga untuk masuk bis.
Hasil dari penggunaan rok dalam kondisi tersebut, semua pria malah bisa melihat betisnya (karena dia tidak memakai celana di bawah roknya), dan roknya menjadi kotor sekali karena kena percikan air kotor terus2an selama siang itu, dan malah diinjak juga saat dia naik bis. Di dalam hati, saya langsung memikirkan shalat dia. Kayanya sangat tidak mungkin dia akan sampai tujuannya (kantor, mall, dsb.) lalu lepaskan roknya untuk shalat karena kotor. Saya juga tidak tahu kalau dia menyadari betapa kotornya rok dia pada saat itu. Saya cuma merasa kasihan pada ibu itu, yang mungkin karena dia ingin “lebih islamiah”, dia malah menunjukkan betisnya pada semua pria di belakangnya, dan malah memakai rok yang sangat kotor sepanjang hari, dan kemungkinan besar akan tetap digunakan untuk shalat.
Sebaliknya, bila pada saat itu dia memakai celana (soal “ketat” atau tidak cukup relatif), dia akan lebih mudah begerak di dalam bis dan di jalan, auratnya lebih tertutup, dan celananya tidak akan menjadi kotor seperti roknya yang diinjak2 pada saat dia naik tangga untuk masuk bis.
Kalau kita menjadi begitu keras dan fanatis dengan merasa bahwa pengertian Islam akan menjadi lebih baik bila ada sekian banyak larangan bagi kaum wanita (jarang sekali ada pejabat yang membuat larangan bagi kaum pria saja ya!), atau bila semua orang dipaksakan memakai pakaian tertentu, atau melakukan hal-hal tertentu, maka saya tidak tahu masa depan bangsa ini bagaimana.
Yang berikutnya apa? Apakah akan ada perda baru untuk menghukum pria yang jenggotnya kurang panjang? Apakah semua pria akan diwajibkan memakai gamis supaya lebih islamiah, dan baju kantor, kaos, baju koko dan baju batik harus digunting karena tidak pernah dipakai oleh Nabi SAW? Buntutnya dari pemikiran seperti ini di mana?
Dan daripada mengeluarkan uang pemda untuk beli 7.000 rok baru (siapa yang dapat proyek itu ya?), bukannya lebih baik kasih uang itu kepada anak yatim dan anak miskin supaya bisa makan dan bersekolah? Bukannya lebih baik mengadakan pelatihan bagi kaum wanita untuk mengajarkan mereka tentang agama, dan salah satu hal yang diajarkan adalah kebutuhan untuk menutup aurat dan tidak memakai celana ketat? (Kalau pelatihan itu sukses, maka hasilnya akan persis sama dan tidak ada perempuan yang perlu dijadikan kriminal.)
Bagaimana bila ada anak yatim yang lapar, yang datang dan minta makanan, tetapi malah dapat jawaban dari Bupati, “Tidak ada makanan bagi kamu, karena kami lebih sibuk memaksakan Ibumu memakai rok ini, dan celananya harus digunting. Rok lebih penting daripada makanan! Pergilah, dan janganlah kamu melihat celana wanita! Haram!”
Selain pemerintah pusat yang perlu bersikap, juga lebih baik agar masyarakat Aceh itu sendiri bersuara. Apakah hukum seperti ini benar2 sesuai dengan kemauan mereka saat mereka memilih partai2 tersebut untuk mengisi pemerintah? Atau apakah ini hanya pemikiran satu-dua orang saja, yang merasa lebih beriman daripada semua yang lain?
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene
********
Wanita Dilarang Bercelana Jins di Aceh Barat
Kamis, 29 Oktober 2009 | 10:50 WIB
MEULABOH, KOMPAS.com — Aturan baru akan diberlakukan di Kabupaten Aceh Barat oleh Bupati Aceh Barat Ramli MS. Mulai Januari 2010, perempuan muslim di Aceh Barat dilarang keras memakai celana ketat dan celana jins.
Penggunaan celana dibolehkan dengan syarat ketat, yakni harus lebar dan menutupi mata kaki. Celana juga bisa digunakan sebagai dalaman rok panjang yang lebar.
Jika melanggar, maka pelaku harus mengganti celana yang dipakainya dengan rok yang disediakan khusus oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Barat. Sementara, celana yang mereka pakai akan digunting.
Menurut informasi, Pemerintah Kabupaten Aceh Barat telah menyiapkan 7.000 rok pengganti dalam berbagai ukuran. Operasi anticelana akan dipusatkan di Meulaboh.
Sanksi tegas juga akan diberlakukan pada kaum lelaki yang mengenakan celana pendek, yang memperlihatkan auratnya. Namun, aturan tersebut tak berlaku bagi pemeluk agama lain. Kebijakan baru yang dikeluarkan Bupati jadi isu kontroversial di Aceh Barat.
Cut Mariana (32), warga Meulaboh, menilai aneh larangan memakai celana itu. "Mengatur boleh tidaknya memakai celana bukan urusan bupati, masih banyak masalah-masalah yang harus diatur, misalnya dana yang tidak beres penggunaannya. Ngapain mikir masalah perempuan memakai rok," kata Mariana.
Mariana juga mempertanyakan dana pengadaan 7.000 rok. "Dari mana dananya? APBD? Daripada untuk menyediakan rok, lebih baik untuk fakir miskin," tambah dia.
Sementara itu, mahasiswi di Meulaboh, Asmaul Husna (23), berpendapat bahwa kebijakan itu sangat menyulitkan perempuan. "Misalnya kalau naik motor, jika dipaksakan memakai rok panjang, risiko kecelakaan lebih besar dibanding memakai celana," kata dia.
Menurut dia, ajaran Islam tidak mempersulit umatnya. "Ini kebijakan yang aneh, kenapa harus diatur seperti ini. Makin dikekang justru makin banyak yang melanggar," tambah dia.
Sumber: regional.kompas.com
Search This Blog
Labels
alam
(8)
amal
(100)
anak
(299)
anak yatim
(118)
bilingual
(22)
bisnis dan pelayanan
(6)
budaya
(8)
dakwah
(87)
dhuafa
(18)
for fun
(12)
Gene
(222)
guru
(61)
hadiths
(9)
halal-haram
(24)
Hoax dan Rekayasa
(34)
hukum
(68)
hukum islam
(52)
indonesia
(570)
islam
(556)
jakarta
(34)
kekerasan terhadap anak
(357)
kesehatan
(97)
Kisah Dakwah
(10)
Kisah Sedekah
(11)
konsultasi
(11)
kontroversi
(5)
korupsi
(27)
KPK
(16)
Kristen
(14)
lingkungan
(19)
mohon bantuan
(40)
muallaf
(52)
my books
(2)
orang tua
(8)
palestina
(34)
pemerintah
(136)
Pemilu 2009
(63)
pendidikan
(503)
pengumuman
(27)
perang
(10)
perbandingan agama
(11)
pernikahan
(11)
pesantren
(34)
politik
(127)
Politik Indonesia
(53)
Progam Sosial
(60)
puasa
(38)
renungan
(178)
Sejarah
(5)
sekolah
(79)
shalat
(9)
sosial
(321)
tanya-jawab
(15)
taubat
(6)
umum
(13)
Virus Corona
(24)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
saya yakin niat awalnya perda keluar itu baik, 'baik yang belum sempurna', karena tidak memikirkan dampak dari perda itu jika terkesan dipaksakan, agar ciri sebagai sebuah provinsi yang menerapkan syariat islam jelas.
ReplyDeletesemoga ini bisa jadi kritik yang membangun untuk pemda tersebut.
berlebihan alias lebay!! heran sm orang2 yang berfikir ribet n mengada-ada.drpd ngurusin celana ketat, mending perempuan2 disana tu diajarin solat dan ngaji (krn blm tentu sholat mereka udh bnr kan). atau ksh mereka kursus masak,menjahit,make up,home industry dll.malah nanti mereka jd pinter dan mandiri. pkonya hdp ini indah banget deh, jgn dibikin susah.. :)
ReplyDeleteAssalamualaikum Warohmatulloh Wabarokatuh
ReplyDeleteMembaca bakal dikeluarkannya peraturan larangan penggunaan celana ketat di Kab Aceh Barat, cukup menggelitik untuk dikomentari.
Pertama, bahwa niat pembuatan peraturan itu SANGAT BAGUS, namun butuh waktu terutama kesiapan masyarakat dalam menerima peraturan itu dan dampak negatif yang akan ditimbulkannya, serta prioritas peraturan yang lebih bermanfaat bagi seluruh masyarakat disana.
Menurutku, ada cara yang efektif untuk membentuk masyarakat Islamiah yaitu dengan membangun dan memberi dana pusat-pusat pendidikan Islam sehingga setiap umat Islam sangat mudah untuk belajar agama secara benar, kalau hal itu dijalankan Isnya Allah masyarakat Islami dengan otomatis akan tercipta.
Contoh yang relevan dengan kasus di atas adalah masalah pemakaian rok. Bahwa saat ini banyak sekali akhwat-akhwat yang sudah intens mengikuti pengajian, baik yang berbentuk tarbiyah, kajian, mereka dalam keseharian saat keluar rumah selalu mengenakan rok (tanpa paksaan), karena memakai celana panjang dapat diartikan menyerupai laki-laki.
Dulu aku heran melihat para akhwat sangat terampil mengendarai sepeda motor meskipun mereka mengenakan rok panjang. Tapi akhirnya aku tahu, bahwa dibalik rok panjang itu para akhwat mengenakan celana panjang, sehingga saat mengendarai motor, mereka tinggal mengangkat rok dan wesssssssssss...motor bisa melaju kencang ( aku walaupun memakai gamis tetap bisa mengendarai motor dengan kecepatan diatas 70 km/jam).
Dan satu hal yang perlu kita ketahui adalah bahwa mengenai INOVASI (innovation)yang dilarang dalam agama Islam adalah hal-hal yang menyangkut IBADAH, sedangkan mengenai HAL DILUAR IBADAH tentulah akan berubah secara otomatis sesuai dengan tempat dan waktu atau zaman. Contoh, kalau di zaman Rosululloh, kendaraan utama adalah kuda, karena zaman itu belum ada mobil apalagi pesawat terbang. Tentu hal ini sangat berbeda dengan kondisi saat ini. Tapi mengenai sholat subuh, dari zaman nabi Muhammad Rosululloh sampai saat ini sholat subuh tetap 2 rokaat dan tak ada satu umat Islam yang berani sholat subuh 3 rokaat atau 1 rokaat karena dikejar waktu untuk cepat berangkat kerja biar tidak terlambat masuk kantor agar tidak dipotong tunjanggannya.
Demikian Comment saya, kalau ada kesalahan mohon maaf dan mohon diluruskan, semoga tidak ada pihak yng tidak berkenan. Dan hanya kepada Allah ya Goffar saya memohon ampun.
nit
Sebenarnya tidak ada salahnya dengan pelarangan tersebut, yang salah skala prioritasnya, tahapan penerapan syari'at Islamnya melompat terlalu jauh jadi terkesan tidak penting dari urusan yang lain.
ReplyDeleteSaya jadi teringat saat pertama kali saya mengenal Islam yang sesungguhnya saya tidak pernah dipaksa untuk langsung memakai gamis atau rok, setelah saya belajar aqidah dan hadits otomatis saya berhijab sesuai isyarat rosul, yaitu yang tidak menyerupai laki-laki.Seperti mba Nit, naik motor saya juga menggunakan rok lebar dengan menggunakan celana panjang didalamnya, saya tidak pernah merasa ribet atau sulit, malah kalau terjatuh dan rok tersingkap aurat tetap terjaga aman, bukan merasa lebih islami tapi lebih merasa aman, Islam datang bukan untuk menyulitkan tapi memudahkan.
Sayangnya kita memang lebih seperti umat Nabi Musa dalam surat Al Baqarah, diarahkan ke hal baik tapi banyak tanya yang akhirnya merepotkan diri sendiri, kalau semua perintah Allah harus dideskripsikan dengan kata-kata yang merepotkan ya tidak akan ada peningkatan dan hal baik, semuanya menurut persepsi manusia.
Saat seseorang bertanya dan membandingkan masa kepemimpinan Ali bin Abi Thalib yang secara kualitas dan keberhasilan tidak sama dengan masa kepemimpinan Umar bin Khotob, maka Ali menjawab bahwa saat Umar memimpin kulitas orang yang dipimpinnya seperti aku, sedangkan saat aku memimpin kualitas orang yang aku pimpin seperti kalian, secara pribadi kualitas seperti apa yang kita masing-masing miliki sekarang ??
Kita = Media ( Lebih suka mengekspose berita nagatif, tidak ada salahnya jadi orang kritis bahkan wajib !! )Tapi apakah tidak adakah hal baik dan positip dari bangsa ini agar bisa menjadi inspirasi bagi orang lain untuk melakukan kebaikan juga, atau bangsa ini sudah kehilangan 'semua orang baik' seperti yang ada ditayangan sinetron-sinetron(yang membuat saya muak), jangan-jangan bangsa ini hanya berisi orang-orang jahat dan orang-orang tertindas saja, dan kita jadi salah satunya. Na'udzubillah...Innalillahi...
(maaf kalau tulisan ini jadi agak sinistis,di tv, koran dll cuma berisi semua berita keburukan, kejahatan, ketertindasan dan teman-temannya, rasanya sulit untuk menemukan orang baik di negeri ini)
tara
Bu Guru Tara kalau memberi komentar memang keibuan he..he Two Thumbs Up deh.
ReplyDeleteMba Tara, kalau berbicara mengenai rok panjang bagi jilbaber, aku jadi ingat kejadian beberapa bulan yang lalu saat aku mengikuti diklat pimpinan di Magelang.
Peserta diklat pim waktu itu berjumlah 30 orang dan 8 diantaranya adalah wanita. Dari 8 wanita tersebut 4 orang muslimah dan 4 orang non muslim. Dari 4 muslimah, 3 muslimah mengenakan jilbab dan yang i muslimah belum berjilbab (usianya 51 th).
Dari 3 Muslimah yang berjilbab ada 2 orang pengemar rok panjang ( satu temanku aktivitas PKS dan aku sendiri).
Temanku yang aktivis PKS pernah mengadu keaku bahwa, teman muslimah yang satunya, memberi saran ke aktivis PKS tersebut begini: " bu, jangan pakai rok dong, pakai aja celana panjang, biar enak dipandang, modis". Dan temanku menjawab: " bahwa memakai rok dan jilbab lebar adalah suatu pilihan".
Hmm dunia memang aneh, orang yang belum faham menasehati orang yang sudah faham. Innalillah
Mba Nit, teman-teman saya juga ada yang suka pakai celana panjang longgar tapi kalau saya lebih memilih menyukai rok atau gamis karena pertimbangan saya lebih suka model tersebut dan karena tidak terbiasa hanya memakai celana panjang saja jadi tidak PD dan serasa tidak lengkap kalau tidak dilapisi rok luar, kan ala bisa karena biasa.
ReplyDeleteSelama tiga tahun pulang pergi Jakarta-Bekasi naik motor dengan gamis atau rok, Alhamdulillah saya belum pernah jatuh atau ditilang polisi gara-gara pakaian saya, kalaupun pernah jatuh karena gugup dan kurang trampil saja, ditilang karena salah masuk jalur cepat bukan karena rok dan baju saya yang terkesan ribet dan menyulitkan bagi yang tidak terbiasa.Sekali lagi, memang itu pilihan dan kebiasaan berbusana muslimah saja.
:D:D:D:D:D:D ahhh jadi malu....
ReplyDeletesaya hanya punya rok 1:D:D:D:D:D:D:D:
Tapi saya setuju dengan kata 'pilihan'...
kadang sesekali pake rok ke kantor..seharian pula..di komentarin..ustazah hehehe,
saya masih nyaman dengan celana panjang saya:)
Bukan masalah faham atau tidak faham, tapi begitulah cara pandang orang, berbeda dari anda dan anda berbeda dari dia. Apakah anda merasa lebih baik dari teman anda itu..? jika itu yang ada dipikiran anda, sombong sekali.. jangan merasa lebih islamiah karena sudah pakai gamis, rok panjang, jilbab panjang dll. Bukan itu keutamaan penilaian Alloh. Boleh fanatik terhadap aqidah tapi yang lainnya perlu melihat dari sisi yang lain. Daripada mengkritisi muslimah lain yang menurut anda tidak islamiah, (contoh teman anda tadi),atau contoh lain adalah ketika beberapa waktu lalu anda dan member chatroll lain mengkritisi istri2 calon
ReplyDeletepresiden & wapres yang tidak berjilbab dll.. Saya rasa terlalu jauh, mereka pun ga dengar anda. Lebih baik perhatikan saja sekitar anda, apakah ibu, tante, nenek, sepupu, saudara2 perempuan, pembantu anda dll, sudahkah mereka semua "Islamiah" seperti yang anda maksud? Saya bicara seperti ini karena saya pun berjilbab. Tanpa "asesoris islamiah" itu pun kita masih bisa menutup aurat dan tidak perlu memakai yang ketat. Berpakaian adalah pilihan, berjilbab pun pilihan.
By the way, Pak Gene, saya sangat setuju dengan pandangan anda tentang larangan wanita bercelana Jins/ celana ketat di Aceh. Saya hanya tidak sependapat dengan pengikut setia bloger anda yang seringkali "show up" that they are more look moslem than another. saya seringkali perhatikan percakapan mereka. O ya, comment saya yang terakhir tidak anda posting, dan itu menjadi hak anda. Tidak masalah bagi saya, walaupun menurut saya tidak ada kata2 yang kasar sama sekali. Tapi jika hanya comment2 tertentu yang bisa masuk, blog ini akan jadi eksklusif dan hanya untuk orang2 yang sama. Padahal banyak pengetahuan dan pandangan2 anda yang sangat bagus untuk banyak orang. Saya lihat di chatroll, hanya itu2 lagi orangnya. Mungkin pendapat saya ini tidak penting bagi anda karena mungkin anda memiliki pendapat yang lain. Tapi itulah yang ada di pikiran saya selama satu tahun terakhir membaca blog anda ini. Jika ada kata2 yang kurang berkenan, mohon dimaafkan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
>> "O ya, comment saya yang terakhir tidak anda posting, dan itu menjadi hak anda." -Rina
ReplyDeleteMaaf Rina, saya tidak tahu apa yang kamu bicarakan. Mungkin ada masalah dengan koneksi internet waktu itu, sehingga tidak dikirim. Saya tidak blokir atau menghapus komentar di sini. Semuanya bebas. Kecuali ada yang menggunakan kata2 tidak sopan sekali, menghinakan agama lain, atau seperti itu. Selain dari itu, tidak ada tindakan dari saya sama sekali. Saya justru berharap banyak orang akan bertukar pikiran di sini, biar sama2 belajar.
Di chatroll juga demikian. Semua orang bebas bicara, tetapi ternyata hanya 10 orang yang mau berbincang di situ. Sisanya hanya datang, baca dan pergi, tanpa komentar di post ataupun di chatroll. Tidak ada hubungan dari saya. Coba saja tinggalkan komentar di chatroll dan tes sendiri.
Wassalam,
Gene
aduh sorry pak Gene.. saya sudah suudzon. habis sy pikir, ko semua yg aktif di blog nya pak Gene,seragam berfikir nya. btw kalo masuk ke chatroll,replynya lama dan ga tau siapa yg on line,ID nya lebih bnyk GUEST.anyway,maaf ya.. dan terimakasih.
ReplyDeletekok kalo saya nangkepnya, Gene "takut" kalo ntar Aceh jadi "Afganistan" kedua yang dikuasasi ama Taliban yg ancur ya...-maaf gene kalo saya salah tangkap ya...Tarafnya belum sampai kaya Taliban sih, tapi kalo ngaco, ya bisa jadi lhoo....Sori nih, say no to Taliban lah....:)
ReplyDeletePlease dehh,jangan pernah membayangkan indonesia jadi kayak Afganistan,itu suatu hal yang mustahil dan terlalu berlebihan !!Wacana pornogarafi aja sudah dibabat habis oleh kelompok JIL, kelompok sekuler, kelompok feminisme,kelompok pembela Gusdur.Jadi jangan takut,indonesia tidak akan kekurangan orang-orang yang siap menghalangi wacana keislaman.
ReplyDeleteMemang mana yang lebih baik,afganistan dikuasai Taliban yang dianggap teroris karena memaksakan ajaran islam atau afganistan dikuasai oleh Amerika yang menanggap dirinya super hero, polisi dunia dan merasa paling berhak mengatur semua negara agar mengikuti kehendaknya serta memaksakan dan menghalangi sekuat tenaga agar kejayaan islam jangan sampai bangkit lagi seperti dulu ??????? Coba direnungkan.
to miss rina:)
ReplyDeletenyambung coment: bener apa yg dibilang si owner, biasanya yg nulis2 di chatrol emang itu2 aja, dan mereka ga merasa eklusif dan blog ini pun bukan punya kita2, krn kita sering interaksi saja, dan bisa nyambung silaturahmi, malah kadang ga mikir si ownernya ikut ngobrol apa tidak... kalaupun seperti mengkritisi sesuatu, itu bukan krn kita ngerasa lebih baik. kita hanya saling share, malah pernah debat 100 episode krn ga punya titik temu,tapi ya dinikmati aja, sebagai tempat berbagi ilmu. Jangan susdzon dulu lah sama kita2..sebelum kita kenalan ya:)
kalaupun sebagian ada yang sudah menyempurnakan keislamiannnya, dengan bergamis atau jilbab lebar, itu hak masing-masing, tidak ada yang saling memaksakan kehendak, harus mengikuti si A yang lebih islami atau macamnya, saling mengemukanan pendapat saja dan ga ada yg merasa paling benar, toh berlomba-lomba untuk hal kebaikan kan ga ada salahnya.
Saya pun masih berjilbab standar dan masih senang bercelana jins sesekali..dan saya tidak merasa teman2 yang berjilbab lebar itu ketika berinteraksi dengan mereka, mereka merasa 'lebih sempurna keislamannnya' mereka welcome dan layaknya muslimah biasa, kesempurnaan itu kan milik Alloh semata.
Jadi perbedaan pendapat itu biasa, gimana bisa menyikapinya aja..
kalau mau gabung nulis2 dichatrol silahkan aja, itu forum bebas punya si ownernya siapa aja bisa tinggalkan pesan..dan ga ada yg ngerasa ekslusif.
salaam
to miss rahma: ok tnx.. :), sy hanya mengingatkan saja. krn sering sy baca commentnya seolah olah "lbh baik drpd yg lain". contoh kalimat: "yg faham menasihati yg tdk faham". dan lihat rangkaian kalimat sblmnya. tp jujur ya (ini bukan krn kamu komen ke sy),memang yg sy perhatikan cuma komen kamu dan fi3(begitu IDnya) yg mnrt sy ga lebay dan lumayan asik. memang sy ga aktif di blog ini,tp sy baca semua klo sy lg sempat. mohon maaf klo ada yg tersinggung. wassalamu'alaikum wr wb.
ReplyDeleteckckck...lagi pada berebut perhatian ya,apa perlu sampai menjatuhkan orang lain ?
ReplyDeleteAnonymous, terima kasih ya, komentar anda yang sedikit membuat saya sadar, bahwa saya harus menggunakan kata yang baik dalam memberikan komentar.
ReplyDeleteNamun satu hal yang pasti, saya tidak sedang berebut perhatian, saya hanya sedang belajar untuk mengemukakan pendapat. Kalau ada yang tidak berkenan itu wajar, karena kita memakai sudut pandang yang berbeda dalam menilai sesuatu hal.
Sayangnya anda menggunkan ID Anonymous apa ngga sebaiknya pakai ID yang jelas?. sekali lagi thx ya.
nit
ngga pa2 ngga pakai ID yang penting bukan untuk meneror atau menjelek2kan orang lain,orang yang ngga bisa nerima pendapat orang lain itulah orang yang sombong,okeh.
ReplyDeleteAssalamualaikum Wr Wb,
ReplyDeleteLho kok dari ngebahas masalah jeans, rok, gamis …… jadi pada rame and diskusinya lari kemana-mana … nanti ujungnya misunderstanding, silahkan yang mau berbusana apa aja terserahlah yang penting sopan dan beretika, dan sebagai muslimah pasti sdh punya paramenter masing-masing dan yakin disini semua pasti sudah tahu busana muslimah yang terbaik.
Tak kenal maka tak sayang, ayo semua kita kuatkan ukhuwah islamiyah, jangan terpecah hanya karena subject yang berawal dari jeans !!!
Take care semuanya ya
Wassallam,
faza
Assalamu’alaikum wr wb
ReplyDeleteWah comment disini jadi tambah panjang, tapi kok commentnya jadi ada yang tidak bersahabat ya, malah lebih mengedepankan rasa permusuhan dengan berprasangka buruk terhadap yang lain.Kata-kata adalah cerminan diri kita, satu dua kali mungkin masih bisa dimanipulasi tapi jangka panjang adalah karakter kepribadian (boleh tidak sependapat dengan saya, tapi paling tidak itu pendapat sementara saya setelah berinteraksi dengan berbagai karakter dalam lingkungan) Berbeda pendapat adalah hal biasa, lain kepala lain pemikiran tergantung info dan ilmu yang didapat, jadi wajar saja pendapat bisa berbeda, pun kalau punya pendapat dan konsep yang sama tidak salah juga, tidak perlu dipaksakan untuk berbeda.Ini bukan hadits tapi bisa dijadikan renungan :
Hati-hati dengan pemikiranmu karena dia bisa jadi kata-kata
Hati-hati dengan kata-katamu karena dia bisa jadi tindakan
Hati-hati dengan tindakanmu karena dia bisa jadi kebiasaan
Hati-hati dengan kebiasaanmu karena dia bisa jadi karakter
Saya yakin teman-teman disini juga tahu bahwa komentar –komentar yang ada tidak akan merubah apapun dan tak akan didengar oleh orang-orang ‘atas’ tapi tidak ada salahnya juga belajar berekspresi sambil menyalurkan hobby menulis dan mengemukakan pendapat daripada uneg-unegnya hanya bisa disimpan di hati dan jadi ‘penyakit hati’ tapi tentu saja harus dengan cara yang ma’ruf tidak membuat orang sakit hati.Saya lupa ini hadits atau bukan “…orang yang dilaknat Allah adalah orang yang ditakuti oleh orang lain karena lisannya (kata-katanya) “
Jadi, cobalah kedepankan rasa persahabatan bukan permusuhan, perbesar rasa baik sangka bukan buruk sangka pada saudara yang lain.