Assalamu’alaikum wr.wb.,
Beberapa minggu yang lalu, saya dapat sms dari seorang ustadz di Papua yang melakukan dakwah di sana. Ustadz muda itu sms saya untuk konsultasi karena selama beberapa bulan di
sana, terasa banyak halangan dalam usahanya melakukan dakwah. Katanya hampir tidak ada “program dakwah” di
wilayah Papua. Ada
juga banyak wilayah lain di mana orang Muslim menjadi minoritas, atau karena tempatnya
terpencil, para ustadz tidak mau ditugaskan ke sana.
Teman
saya ceritakan bahwa dia bertemu dengan seorang warga Papua,
yang menjadi muallaf 5 tahun yang lalu, tetapi belum tahu Al Fatihah dan belum bisa shalat.
Alasannya? Belum pernah ada yang mengajarkannya! Mungkin dulu dia dengar ceramah,
atau diskusi dengan
seorang Muslim, sehingga merasa yakin bahwa Islam adalah
agama yang benar dan mau masuk Islam. Tapi setelah itu, dia tidak
ketemu seorang ustadz yang bisa membinanya, jadi hanya baca syahaddat saja. Setelah 5 tahun, dia merasa diabaikan dan tidak pernah ketemu ustadz, jadi akhirnya dia putus asa,
tinggalkan Islam dan kembali ke agama Kristen. (Jadi saat ketemu teman saya,
sudah menjadi
non-Muslim lagi).
Ustadz dan da’i sangat dibutuhkan di sana,
tapi juga harus ada dana untuk beli buku tuntutan shalat, buku iqra, Al Qur'an,
sejaddah, dll. Dana juga sangat penting untuk memberikan gaji yang baik dan biaya operasional bagi para ustadz di sana, karena mereka juga harus jalan ke kota kecil dan desa. Mungkin sebagian dari warga di sana tertarik untuk dengar tentang Islam, tapi yang bersedia datang kepada mereka hanyalah misionaris dari kalangan
Kristen. Kebanyakan orang Muslim tidak mau ditugaskan di sana. Kalau ada yang mengatakan “bersedia berdakwah di Papua” (dan tempat
terpencil yang lain) maka dianggap setara dengan mengatakan “siap menjadi
miskin dan hidup susah”.
Kalau umat Islam mau peduli, insya Allah kita
bisa kumpulkan dana yang besar, dan tugaskan ustadz yang baik ke daerah yang
membutuhkan mereka secara bergantian. Misalnya, berjuang 1 tahun di sana, lalu kembali dan diganti dengan orang baru. Dan kalau kita
serius, gaji bagi ustadz-ustadz itu bisa saja 5 juta rupiah per bulan, agar banyak yang semangat pergi. Di Indonesia,
ada banyak oganisasi yang bantu umat Islam, seperti MUI, Kementerian Agama, Muhammadiyah, NU dan lain-lain. Tapi apa
semuanya punya program dakwah yang profesional, terstruktur, dengan dana yang
besar, yang bisa bantu muallaf dan orang Muslim yang awam di luar kota-kota
besar? Sepertinya tidak ada banyak program seperti itu.
Sebaliknya, kita semua tahu tentang organisasi seperti “Indonesia Mengajar” (sebagai satu contoh
saja) yang kirim anak muda ke tempat terpencil untuk menjadi guru sekolah
selama 1 tahun. Mereka bisa melakukan itu, bisa berhasil, dan bisa berkembang,
tetapi 200 juta orang Muslim yang (katanya!!) tergabung dalam “satu umat” kesulitan kirim ustadz ke
Papua dan tempat lain. Kenapa?
Guru
saya Dr. Cholil Nafis dari MUI sudah mendirikan Yayasan ICA di Kelapa Dua, Depok.
Tujuan Yayasan ICA adalah untuk menjalankan program dakwah, sosial, pendidikan
dan pelatihan. Setelah diskusi tentang masalah ini kemarin, kami sudah sepakat
dan mau serius untuk mengembangkan program dakwah kami untuk memenuhi kebutuhan
di Papua dan tempat-tempat lain.
Untuk
mencapai tujuan itu, Yayasan ICA sedang melakukan persiapan untuk mendirikan sebuah
program nasional baru bernama: “INDONESIA MENGAJI”.
Kami
akan mengumpulkan dana sebanyak mungkin dan, dari teman-teman kami di banyak
organisasi dan pesantren, kami akan mencari ratusan sampai ribuan ustadz
berkualitas yang bersedia ditugaskan ke daerah-daerah terpencil, dan tempat
lain di mana muallaf dan orang Muslim menjadi minoritas. Yang kami butuhkan dari
umat Islam hanya dua hal: DOA dan DANA!
Ditulis
dalam Kompas bahwa orang Indonesia menghabiskan 330 MILYAR rupiah untuk beli
rokok setiap
hari!! Atau sekitar 120 TRILIUN rupiah per tahun! Dan tentu
saja mayoritas dari perokok itu adalah Muslim. Kalau
umat Islam bisa keluarkan 120 triliun rupiah per tahun untuk rokok, apakah
tidak mungkin kita bisa kumpulkan 10 milyar atau lebih untuk mendanai program dakwah di Papua dan tempat-tempat lain? Apa benar kita hanya bisa habiskan triliunan rupiah untuk rokok
saja, tetapi tidak bersedia membantu saudara kita yang muallaf dan awam? Apa
yang akan dikatakan Rasulullah SAW kalau bisa melihat kita sekarang? Rasulullah
akan merasa bangga atau sedih?
Apa
kita bisa berubah? Apa kita bisa peduli pada orang Muslim yang lain, di dalam
negara kita sendiri? Sekarang, kami dari Yayasan ICA sudah mulai menyiapkan program
INDONESIA MENGAJI untuk mengirim ratusan ustadz ke Papua dan daerah lain,
dengan gaji yang baik, dan dana operasional yang dibutuhkan untuk masa dinas
satu tahun (secara bergantian). Apakah umat Islam mau membantu kami?
Orang
yang beli rokok mungkin hanya mengeluarkan 100 ribu per bulan, dan dilakukan
karena mereka kecanduan dan tidak tahan kalau tidak beli rokok. Apakah umat Islam
bisa menjadi “kecanduan pada dakwah” dan siap mengeluarkan 100 ribu per bulan
juga? Kami sedang siapkan programnya. Yang kami butuhkan adalah orang Muslim yang
mau peduli, yang mau menjadi kecanduan pada program dakwah dan sosial, sehingga
tidak bisa tinggalkan komitmen itu. Yang penting bisa diberikan setiap bulan.
Kalau
umat Islam mau peduli, dalam waktu singkat, insya Allah kita bisa kirim ratusan
sampai ribuan ustadz dan da’i ke Papua dan tempat-tempat lain yang membutuhkan
ilmu dan pembinaan dari mereka. Tetapi kita sendiri yang harus mulai peduli. Apa
kita bisa bersatu dan bertindak? Di seluruh Indonesia ada orang yang muallaf
dan awam, yang belum bisa baca Al Fatihah atau shalat, yang menunggu bantuan
nyata dari kita. Mereka “saudara kita” atau bukan?
Saya
berharap akan dapat tanggapan yang positif terhadap artikel ini, dan insya
Allah saya akan teruskan usaha ini dengan membuat proposal untuk mencari dana,
dan lewat Yayasan ICA, akan membuat program-program dakwah, sosial dan
pendidikan untuk Papua dan tempat-tempat lain untuk membantu muallaf dan orang Muslim
yang awam. Tolong dipikirkan dulu! Buat apa Allah menempatkan uang di tangan
kita? Untuk beli rokok saja? Atau untuk berjuang di jalan Allah?
Balasan Yang Berlipat Ganda Kalau Gunakan Harta Kita di Jalan Allah:
245.
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(MENAFKAHKAN HARTANYA DI JALAN ALLAH), maka
Allah akan MELIPAT GANDAKAN pembayaran kepadanya dengan LIPAT GANDA yang
BANYAK. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan.
(QS. Al-Baqarah 2:245)
(QS. Al-Baqarah 2:245)
Apa anda
siap membantu kami?
Wassalamu’alaikum
wr.wb.,
Gene
Netto
Jakarta
Maret,
2013
Assalamu'alaikum wr wb
ReplyDeleteMembaca postingan anda, saya benar-benar sangat setuju. Kebetulan saya adalah warga Papua (walaupun bukan penduduk asli di sana). Saya sangat menyayangkan sekali minimnya sarana da'wah di sana. Sehingga tidak sedikit muslim awam, yang menjalani syariat Islam dengan mencampuradukkan tatanan syariat Islam dengan budaya dari suku, dan pada akhirnya dapat memunculkan bid'ah.
Sangat disayangkan pula warga muslim di sana masihlah menjadi minoritas, ketimbang penduduk asli bermayoritas nonmuslim. Namun masih ada beberapa daerah di Papua yang memiliki warga penduduk asli yang muslim (bukan muallaf) karena keturunan. Saya mengharapkan Penda'wahan dan pendekatan dari penduduk asli yang muslim ini, dan kemudian disebarluaskan untuk menegakkan agama yang diridhai Allah ini di Papua. Dan semoga warga Papua dapat menjalani syariat Islam yang benar yang dibawa Nabi Muhammad.
wassalamu'alaikum wr wb
Abdullah