Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (556) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (178) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

04 March, 2013

Sulitnya Mendapatkan Ustadz di Papua



Assalamu’alaikum wr.wb.,  
Beberapa minggu yang lalu, saya dapat sms dari seorang ustadz di Papua yang melakukan dakwah di sana. Ustadz muda itu sms saya untuk konsultasi karena selama beberapa bulan di sana, terasa banyak halangan dalam usahanya melakukan dakwah. Katanya hampir tidak ada “program dakwah” di wilayah Papua. Ada juga banyak wilayah lain di mana orang Muslim menjadi minoritas, atau karena tempatnya terpencil, para ustadz tidak mau ditugaskan ke sana.  

Teman saya ceritakan bahwa dia bertemu dengan seorang warga Papua, yang menjadi muallaf 5 tahun yang lalu, tetapi belum tahu Al Fatihah dan belum bisa shalat. Alasannya? Belum pernah ada yang mengajarkannya! Mungkin dulu dia dengar ceramah, atau diskusi dengan seorang Muslim, sehingga merasa yakin bahwa Islam adalah agama yang benar dan mau masuk Islam. Tapi setelah itu, dia tidak ketemu seorang ustadz yang bisa membinanya, jadi hanya baca syahaddat saja. Setelah 5 tahun, dia merasa diabaikan dan tidak pernah ketemu ustadz, jadi akhirnya dia putus asa, tinggalkan Islam dan kembali ke agama Kristen. (Jadi saat ketemu teman saya, sudah menjadi non-Muslim lagi).

Ustadz dan da’i sangat dibutuhkan di sana, tapi juga harus ada dana untuk beli buku tuntutan shalat, buku iqra, Al Qur'an, sejaddah, dll. Dana juga sangat penting untuk memberikan gaji yang baik dan biaya operasional bagi para ustadz di sana, karena mereka juga harus jalan ke kota kecil dan desa. Mungkin sebagian dari warga di sana tertarik untuk dengar tentang Islam, tapi yang bersedia datang kepada mereka hanyalah misionaris dari kalangan Kristen. Kebanyakan orang Muslim tidak mau ditugaskan di sana. Kalau ada yang mengatakan “bersedia berdakwah di Papua” (dan tempat terpencil yang lain) maka dianggap setara dengan mengatakan “siap menjadi miskin dan hidup susah”.

Kalau umat Islam mau peduli, insya Allah kita bisa kumpulkan dana yang besar, dan tugaskan ustadz yang baik ke daerah yang membutuhkan mereka secara bergantian. Misalnya, berjuang 1 tahun di sana, lalu kembali dan diganti dengan orang baru. Dan kalau kita serius, gaji bagi ustadz-ustadz itu bisa saja 5 juta rupiah per bulan, agar banyak yang semangat pergi. Di Indonesia, ada banyak oganisasi yang bantu umat Islam, seperti MUI, Kementerian Agama, Muhammadiyah, NU dan lain-lain. Tapi apa semuanya punya program dakwah yang profesional, terstruktur, dengan dana yang besar, yang bisa bantu muallaf dan orang Muslim yang awam di luar kota-kota besar? Sepertinya tidak ada banyak program seperti itu.

Sebaliknya, kita semua tahu tentang organisasi seperti “Indonesia Mengajar” (sebagai satu contoh saja) yang kirim anak muda ke tempat terpencil untuk menjadi guru sekolah selama 1 tahun. Mereka bisa melakukan itu, bisa berhasil, dan bisa berkembang, tetapi 200 juta orang Muslim yang (katanya!!) tergabung dalam “satu umat” kesulitan kirim ustadz ke Papua dan tempat lain. Kenapa?

Guru saya Dr. Cholil Nafis dari MUI sudah mendirikan Yayasan ICA di Kelapa Dua, Depok. Tujuan Yayasan ICA adalah untuk menjalankan program dakwah, sosial, pendidikan dan pelatihan. Setelah diskusi tentang masalah ini kemarin, kami sudah sepakat dan mau serius untuk mengembangkan program dakwah kami untuk memenuhi kebutuhan di Papua dan tempat-tempat lain.

Untuk mencapai tujuan itu, Yayasan ICA sedang melakukan persiapan untuk mendirikan sebuah program nasional baru bernama: INDONESIA MENGAJI.

Kami akan mengumpulkan dana sebanyak mungkin dan, dari teman-teman kami di banyak organisasi dan pesantren, kami akan mencari ratusan sampai ribuan ustadz berkualitas yang bersedia ditugaskan ke daerah-daerah terpencil, dan tempat lain di mana muallaf dan orang Muslim menjadi minoritas. Yang kami butuhkan dari umat Islam hanya dua hal: DOA dan DANA!

Ditulis dalam Kompas bahwa orang Indonesia menghabiskan 330 MILYAR rupiah untuk beli rokok setiap hari!! Atau sekitar 120 TRILIUN rupiah per tahun! Dan tentu saja mayoritas dari perokok itu adalah Muslim. Kalau umat Islam bisa keluarkan 120 triliun rupiah per tahun untuk rokok, apakah tidak mungkin kita bisa kumpulkan 10 milyar atau lebih untuk mendanai program dakwah di Papua dan tempat-tempat lain? Apa benar kita hanya bisa habiskan triliunan rupiah untuk rokok saja, tetapi tidak bersedia membantu saudara kita yang muallaf dan awam? Apa yang akan dikatakan Rasulullah SAW kalau bisa melihat kita sekarang? Rasulullah akan merasa bangga atau sedih?

Apa kita bisa berubah? Apa kita bisa peduli pada orang Muslim yang lain, di dalam negara kita sendiri? Sekarang, kami dari Yayasan ICA sudah mulai menyiapkan program INDONESIA MENGAJI untuk mengirim ratusan ustadz ke Papua dan daerah lain, dengan gaji yang baik, dan dana operasional yang dibutuhkan untuk masa dinas satu tahun (secara bergantian). Apakah umat Islam mau membantu kami?

Orang yang beli rokok mungkin hanya mengeluarkan 100 ribu per bulan, dan dilakukan karena mereka kecanduan dan tidak tahan kalau tidak beli rokok. Apakah umat Islam bisa menjadi “kecanduan pada dakwah” dan siap mengeluarkan 100 ribu per bulan juga? Kami sedang siapkan programnya. Yang kami butuhkan adalah orang Muslim yang mau peduli, yang mau menjadi kecanduan pada program dakwah dan sosial, sehingga tidak bisa tinggalkan komitmen itu. Yang penting bisa diberikan setiap bulan.

Kalau umat Islam mau peduli, dalam waktu singkat, insya Allah kita bisa kirim ratusan sampai ribuan ustadz dan da’i ke Papua dan tempat-tempat lain yang membutuhkan ilmu dan pembinaan dari mereka. Tetapi kita sendiri yang harus mulai peduli. Apa kita bisa bersatu dan bertindak? Di seluruh Indonesia ada orang yang muallaf dan awam, yang belum bisa baca Al Fatihah atau shalat, yang menunggu bantuan nyata dari kita. Mereka “saudara kita” atau bukan?

Saya berharap akan dapat tanggapan yang positif terhadap artikel ini, dan insya Allah saya akan teruskan usaha ini dengan membuat proposal untuk mencari dana, dan lewat Yayasan ICA, akan membuat program-program dakwah, sosial dan pendidikan untuk Papua dan tempat-tempat lain untuk membantu muallaf dan orang Muslim yang awam. Tolong dipikirkan dulu! Buat apa Allah menempatkan uang di tangan kita? Untuk beli rokok saja? Atau untuk berjuang di jalan Allah?

Balasan Yang Berlipat Ganda Kalau Gunakan Harta Kita di Jalan Allah:
245. Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (MENAFKAHKAN HARTANYA DI JALAN ALLAH), maka Allah akan MELIPAT GANDAKAN pembayaran kepadanya dengan LIPAT GANDA yang BANYAK. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.
(QS. Al-Baqarah 2:245)

Apa anda siap membantu kami?

Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto
Jakarta
Maret, 2013

1 comment:

  1. Assalamu'alaikum wr wb

    Membaca postingan anda, saya benar-benar sangat setuju. Kebetulan saya adalah warga Papua (walaupun bukan penduduk asli di sana). Saya sangat menyayangkan sekali minimnya sarana da'wah di sana. Sehingga tidak sedikit muslim awam, yang menjalani syariat Islam dengan mencampuradukkan tatanan syariat Islam dengan budaya dari suku, dan pada akhirnya dapat memunculkan bid'ah.

    Sangat disayangkan pula warga muslim di sana masihlah menjadi minoritas, ketimbang penduduk asli bermayoritas nonmuslim. Namun masih ada beberapa daerah di Papua yang memiliki warga penduduk asli yang muslim (bukan muallaf) karena keturunan. Saya mengharapkan Penda'wahan dan pendekatan dari penduduk asli yang muslim ini, dan kemudian disebarluaskan untuk menegakkan agama yang diridhai Allah ini di Papua. Dan semoga warga Papua dapat menjalani syariat Islam yang benar yang dibawa Nabi Muhammad. 

    wassalamu'alaikum wr wb
    Abdullah

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...