Assalamu’alaikum wr.wb.,
Menurut saya, masalah yang terjadi di Amerika sehingga
banyak anak sekolah menjadi bodoh sekali dan malas belajar bisa terjadi karena negaranya
sudah maju, segala sesuatu sudah diatur dan disediakan, tapi sekaligus tidak
ada agama dan budaya yang kuat yang bisa berikan mereka semangat utk memajukan
bangsanya lebih jauh lagi. Akhirnya jadi malas berusaha, suka mabok dan
narkoba, fokus pada musik dan hiburan di tivi dan film, dan asal hidup untuk
bersenang-senang setiap hari. Bagi mereka semua itu sudah cukup sebagai tujuan
hidup.
Kalau mereka disuruh memperbaiki diri dgn belajar banyak,
mereka tidak melihat manfaatnya. Dan saya kira fenomena ini ada di seluruh
dunia sekarang, di semua negara maju. Memang bukan “semua” anak, karena masih
ada yang mau belajar menjadi dokter dsb. Tapi sudah cukup banyak sehingga guru
di sana bisa rasakan di tengah masyarakat, di banyak kota.
Sayangnya, di Indonesia ada yang serupa (tapi beda). Di sini
saya juga sering rasakan bahwa banyak sekali anak Indonesia hanya punya ilmu
hafalan semata, tapi sekaligus terkesan “bodoh” karena tidak bisa berpikir. Logika
mereka tidak jalan. Yang didapatkan dari sekolah hanya hafalan semata, untuk
LULUS UJIAN karena tujuan hidup mereka adalah lulus ujian (terutama UN, dan
UAS) dan mengejar ranking satu di kelas, karena hanya itu yang dipedulikan
orang tua. Berkali-kali saya dapat orang tua yang bangga karena anaknya
“ranking satu” tapi sayangnya akhlaknya jelek, wawasannya ttg dunia minimal,
tapi bisa lulus ujian terus, jadi dianggap cerdas.
Saya sering dikejutkan ketika bicara dgn anak SMA di sini.
Contohnya, saya sebutkan Adolf Hitler dan dijawab, “Siapa dia?” Karena tidak
masuk ujian sekolah, mereka tidak tahu, dan tidak mau tahu. Saya sebutkan
Mahatma Ghandi. Dijawab, “Itu orang botak dari India bukan?” (Dia tidak tahu
kenapa Ghandi terkenal, tapi pernah lihat fotonya saja). Ketika saya coba bahas
perkara spt Perang Dunia Kedua, anak2 itu hanya tahu apa yang pernah dilihat
dalam film saja. Film Saving Private Ryan dibahas, film Pearl Harbour dibahas
dsb. Kalau tidak melihat di dalam film Hollywood, maka mereka tidak tahu. Tidak
kenal Ghandi karena tidak melihat di dalam film.
Yang tidak dibutuhkan utk lulus ujian menjadi tidak penting.
Dan setelah lulus ujian, info itu mau cepat dilupakan karena harus hafal info
baru utk ujian berikut. Tujuan hidup adalah lulus ujian, kerjakan PR, les di
malam hari, dan karena itu merasa stress dan jenuh setiap hari. Mereka tidak
mau belajar dan menggali ilmu HANYA karena senang dapat ilmu baru dan berniat
menjadi pintar.
Di negara maju, ada anak usia 12-14 tahun yang bisa coding
utk menulis program komputer, lalu jual ke Apple atau Microsoft, dan bisa
meraih satu juta dolar padahal masih anak sekolah. Di Indonesia, kebanyakan
anak terkesan malas belajar, alias semangat mereka untuk belajar sendiri,
mencari ilmu sendiri, dan sukses sendiri malah dimatikan dari sistem pendidikan,
guru dan orang tua. Hanya lulus ujian yang penting, bukan menjadi cerdas dan
bermartabat. Artinya, anak Indonesia dgn anak Amerika tidak jauh beda. Sama2
menjadi “bodoh” tapi penyebabnya beda.
Di sini ada agama dan budaya yang kuat, yang bisa menjadi
pemicu untuk mendorong siswa Indonesia menjadi pemimpin dunia. Tapi sayangnya
tidak ada penyatuan antara agama, budaya, ilmu dunia, teknologi dan SDA di
Indonesia. Yang ada hanyalah semangat untuk maju sendiri, tanpa mau peduli pada
tetangga atau masa depan bangsa. Kalau itu bisa berubah, Indonesia bisa menjadi
negara maju yang kuat dan sejahtera dalam sekejap. Tapi harus dimulai dari kita
yang dewasa. Kita harus berubah dan peduli pada masa depan SEMUA anak
Indonesia, dan bukan hanya fokus pada keluarga sendiri saja.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto
No comments:
Post a Comment