Di masjid itu, saya kurang senang, karena ada program tetap
utk seluruh jemaah. Di tahun2 yang lalu, saya i’tikaf di masjid dekat rumah dgn
niat mendekatkan diri kepada Allah. Saya mau lakukan shalat2 sunnah, baca Al
Qur'an, baca terjemahan Al Qur'an, berdzikir dan banyak berdoa dalam bahasa yg
dipahami, bukan hanya baca “Amin” tanpa paham. Tapi krn di masjid itu ada program,
kl mau baca Al Qur'an sendiri atau shalat sendiri, menjadi kurang nyaman karena
95% dari jemaah yang lain sedang ngaji bersama, dzikir bersama, shalat bersama,
atau ketawa bersama saat mendengarkan ceramah.
Di malam kedua saya ikut sekali lagi ke sana, malam ganjil,
dan karena 27 Ramadhan, lebih ramai lagi daripada hari2 ganjil sebelumnya. Door
prize malam ini lebih dijamin barangkali. Tapi karena ini malam khusus, maka
masjid sudah penuh, dan saya hanya bisa berdiri di luar pintu dgn tangga di
belakang. Pas mau mulai shalat tahajjud berjemaah, saya tidak dpt tempat. Saya
keluar, cek halaman di samping dan belakang masjid dan di situ juga penuh. Saya
tidak bawa sejaddah, jadi ada pilihan shalat di rumput yang kotor, atau duduk
sendiri menunggu sejam sampai selesai. Akhirnya saya pergi sendiri naik taksi
ke masjid lain dekat rumah.
Pas masuk masjid kedua, ada kelompok dzikir yang sedang
dzikir dgn suara sangat keras. Saya coba lakukan shalat2 sunnah, tapi tidak
bisa dengar suara sendiri, tidak bisa konsentrasi, dan bacaan menjadi kacau
sampai campurkan ayat2 dari surah yang berbeda dan malah mau ikut membaca apa
yg mereka baca. Saya pindah ke bagian paling belakang dari masjid, tapi
hasilnya sama. Akhirnya setelah gagal terus selama 30 menit utk konsentrasi di
tengah suara2 dzikir yang keras (pada jam 3 pagi), saya pulang ke rumah.
Akhirnya saya dapat ketenangan, bisa ngaji, dzikir dan shalat dalam keadaan
sunyi. Itu yg saya cari agar merasa “dekat dgn Allah”. Lalu saya berpikir,
“Buat apa i’tikaf di masjid??” (Mungkin harus ikut SOTR, keliling kota dan
berhenti di 10 masjid utk cari 1 masjid yang sunyi).
Memang ada org yang mau ikut kegiatan berjemaah di saat
i’tikaf, tapi saya kurang suka. Jadi akan membantu org spt saya kl masjid bisa pasang
pengumuman di luar: “Mohon maaf, tidak ada kesunyian di sini!” Dan saya masih
berpikir, kl mau beribadah dalam keadaan sunyi dan tenang agar merasa dekat dgn
Allah, buat apa i’tikaf di masjid?
”Rasulullah SAW pernah i’tikaf di masjid, lalu dia mendengar
(sebagian sahabat) mengeraskan bacaan (mereka), maka beliau membuka tabir
(kemahnya) dan beliau bersabda: "Ketahuilah bahwa setiap dari kalian
sedang bermunajat kepada Rabbnya, maka janganlah sebagian dari kalian
mengganggu yang lainnya." (HR Ahmad, Abu Dawud dan dishahihkan al-Albani).
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto
No comments:
Post a Comment