Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (556) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (178) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

21 August, 2015

Kenapa Allah Menciptakan Manusia, Padahal Tidak Butuh Manusia?



[Pertanyaan]
Assalamu'alaikum, apakah Allah SWT hanya “having fun” (iseng saja) menciptakan manusia? Dia tidak butuh disembah, lalu mengapa Dia menciptakan manusia? Saya sering mendapakan jawaban bahwa tujuan manusia hidup adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, namun mengapa begitu? (Lagi-lagi), bukankah Allah SWT tidak butuh disembah?

[Jawaban]:
Wa‘alaikumsalam wr.wb.,
Kalau ada manusia yang bisa menjawab pertanyaan itu, maka dia telah melebihi para Nabi dan mengetahui pemikiran Tuhan yang Maha Esa. Yang bisa menjawab pertanyaan itu hanyalah Allah, dan Dia tidak pernah menjelaskan. Jadi kita tidak bisa tahu. Juga boleh bertanya kenapa Allah tidak menciptakan manusia dgn kemampuan terbang seperti Superman? Atau kenapa Allah tidak menciptakan manusia dgn kemampuan bernafas di dalam air spt ikan?

Yang bisa menjawab hanya Allah. Dan Allah tidak menjelaskan. Jangankan itu, Allah juga tidak menjelaskan kapan terjadi hari kiamat. Bahkan Rasulullah SAW sendiri mengaku tidak tahu, karena tidak diberitahu. Apalagi “alasan logis” kenapa Allah perlu menciptakan manusia dari awalnya. Sudah jelas bahwa Allah tidak butuhkan kita. Jadi buat apa diciptakan? Jawabannya adalah: Kita tidak tahu!

Lahir Sebagai Muslim Adalah Nikmat Yang Besar, Jangan Diabaikan

58. Dan sesungguhnya telah Kami buat dalam Al Quran ini segala macam perumpamaan untuk manusia. Dan sesungguhnya jika kamu membawa kepada mereka suatu ayat, pastilah orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Kamu tidak lain hanyalah orang-orang yang membuat kepalsuan belaka."
(QS. Ar-Rum 30:58)

Assalamu'alaikum wr.wb. Saya baca ayat ini, lalu berpikir: Bagaimana kalau zaman dulu kita lahir di Makkah, dan bertemu seorang pria bernama Muhammad, yang menyatakan dirinya adalah seorang Nabi Allah? Lalu dia ajak kita tinggalkan agama orang tua kita, dan beriman kepada Allah SWT, terhadap Al Qur'an, dan kepada dia sebagai Rasulullah. Lalu dia berikan ayat-ayat Al Qur'an, dan lakukan mukjizat sebagai bukti bahwa dia seorang Nabi Allah. Apa kita YAKIN bahwa kita akan beriman? Atau apa juga mungkin kita akan menolak, dan tetap mengikuti agama dari orang tua kita?

Lahir sebagai seorang Muslim merupakan suatu nikmat yang sangat besar. Tapi ada sebagian Muslim yang anggap nikmat itu sebagai hal yang "biasa". Mereka mengatakan, "Saya Muslim karena keturunan," dan itu menjadi alasannya kenapa mereka tidak taat, tidak rajin shalat, dan jarang baca Al Qur'an. Dianggap wajar mereka "lemah" karena hanya Muslim keturunan. Anehnya, anak yang belajar bahasa dan keahlian lain dari orang tuanya secara keturunan malah seringkali menjadi sangat ahli!

Sayangnya, ada sebagian Muslim yang mulai meragukan Islam karena mereka merasa "tidak memilih Islam". Memang benar. Mereka tidak "memilih" Islam pada saat lahir, tapi tetap saja mereka memilih Islam setiap hari. Tidak meninggalkan Islam bertahun-tahun berarti sengaja memilih Islam. Di sisi lain, juga perlu dipahami bahwa bukan mereka yang harus memilih Islam, tapi malah ALLAH SWT yang memilih dan menentukan Islam sebagai agama mereka. Lalu, beberapa Muslim pelajari agama lain karena mereka tidak sadar mereka sudah dipilih secara khusus oleh Allah, sejak lahir. Mereka berpikir "mungkin saja" agama lain lebih menyenangkan (agar bisa hidup tanpa banyak aturan).

Allah Maha Kuasa. Dan bagi orang-orang pilihan, Allah memberikan nikmat besar lahir sebagai Muslim, supaya mereka tidak perlu diuji dengan kondisi menerima atau menolak Rasulullah SAW. Apa anda termasuk Muslim yang banyak bersyukur atas nikmat itu? Atau menjadi Muslim yang merasa pemberian dari Allah itu "biasa saja"? Orang yang sadari betapa besarnya pemberian itu akan bersyukur terus karena hanya orang pilihan saja yang diberikan nikmat itu dari Allah SWT. Orang lain (seperti saya) harus mencarinya dengan bersusah payah. Apa lebih enak menjadi kaya dari lahir jadi bebas melakukan apa saja dalam kehidupan ini? Atau lebih enak kerja di pabrik dulu selama 50 tahun, sampai badannya rusak, baru berhasil menabung 30 juta? Enakan mana? Orang Muslim sudah KAYA dari lahir (kaya keimanan), karena Allah Sendiri yang memilihnya. Apakah disadari?

52. Maka Sesungguhnya kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka itu berpaling membelakang.
53. Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta (mata hatinya) dari kesesatannya. Dan kamu tidak dapat memperdengarkan (petunjuk Tuhan) melainkan kepada orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, mereka itulah orang-orang yang berserah diri (kepada Kami).
(QS. Ar-Rum 30:52-53)

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
-Gene Netto

Pengakuan Anak Yatim, 50 Kali Disodomi Pacar Sang Ibu



Kamis, 20 Agustus 2015,
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pencabulan yang dialami PS, bocah 14 tahun di Surabaya, menambah daftar hitam kejahatan seksual terhadap anak di Indonesia. Seperti banyak kasus serupa, pelaku adalah orang dekat korban. Pelaku berinisial TB (43), yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka adalah kekasih GM (43), yang tak lain adalah ibu korban.
Sifat sang Ibu yang temperamental dan ringan tangan membuat PS yang dikenal pendiam memilih tidak mengadu. Kekhawatiran PS memang beralasan. Terbukti, hingga kasus ini terbongkar dan TB ditetapkan sebagai tersangka pada awal Juni 2015, sang Ibu tetap membela kekasihnya. Ia bahkan memaksa sang anak meralat pengakuannya.

PS yang berada dalam perlindungan sejumlah anggota keluarga menceritakan, kasus sodomi yang ia alami terjadi mulai awal Desember 2014 hingga Mei 2015. Selama itu, pelaku menyodomi dia lebih dari 50 kali.

16 August, 2015

KPAI: Perayaan Kemerdekaan Masih Kontraproduktif bagi Anak Indonesia



Minggu, 16 Agustus 2015 14:15 WIB
Solopos.com, JAKARTA-Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengatakan perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus masih kontraproduktif untuk kemerdekaan anak Indonesia. “Beberapa hal masih kontraproduktif dengan spirit kemerdekaan, kata Susanto di Jakarta, Minggu. Mendefinisikan kata “kemerdekaan”, kata dia, tidak semudah mengatakannya sebagai slogan apalagi bila kita kaitkan dengan penyelenggaraan perlindungan anak.

Menurut dia, KPAI masih mencatat berbagai tindakan yang merugikan anak Pertama, kata dia, masih banyak anak menjadi korban eksploitasi ekonomi seperti menjadi pengemis, peminta-minta, korban jasa eksploitasi seksual karena dipaksa oleh orang dewasa. Menurut dia, anak tidak berdaya melawan, menghindar apalagi menentang. Anak demikian harus dimerdekakan. Kedua, lanjut dia, masih banyak anak yang menjadi korban pola pengasuhan yang salah. Tidak sedikit anak yang dicubit, ditendang, dipukul, bahkan diciderai oleh orang terdekat dengan alasan “mendidik”.

15 August, 2015

68 Pelajar SD Jadi Pengedar Narkoba



Ini hanya info dari satu kota, Medan. Hanya dari delapan bulan saja. Bagaimana kl dicek datanya utk semua kota di seluruh negara? Berapa banyak anak sekolah terlibat dalam penjualan narkoba, dan berapa banyak yang konsumsi narkoba dan juga miras setiap hari? Kapan semua orang dewasa akan bersatu untuk selamatkan negara ini?
-Gene

68 Pelajar SD Jadi Pengedar Narkoba

Selasa, 11 Agustus 2015 | 15:25
Medan - Kepolisian Resort Kota (Polresta) Medan berhasil meringkus 1.143 pengedar serta bandar narkotika dan obatan - obatan berbahaya (Narkoba) di Medan, Sumatera Utara (Sumut). Sebanyak 68 orang di antaranya adalah pelajar sekolah dasar (SD) dan 200 orang pelajar sekolah menengah pertama (SMP), pelajar sekolah menengah atas sebanyak 849 orang dan 26 tersangka dari perguruan tinggi. Demikian disampaikan Kepala Satuan Reserse Narkoba Polresta Medan, Komisaris Polisi (Kompol) Wahyudi di Medan, Selasa (11/8).

Kapan Indonesia Bisa Merdeka?

Assalamu’alaikum wr.wb. Ada artikel berita yang bahas “mafia” di suatu bidang. Mafia hukum, mafia migas, mafia tambang, mafia sapi, mafia beras, mafia gula, mafia garam, dan mafia apa lagi? Bidang apa yang tidak ada mafianya di negara ini? Sungguh luar biasa orang Indonesia seperti itu yang mau lakukan kolusi dan korupsi terus. Mereka tidak pernah mau kehilangan kesempatan untuk injak-injak saudara yang sesama Muslim dan sesama warga negara Indonesia.

Untung Indonesia bisa bebas dari penjajahan Belanda.... agar ada kesempatan bagi orang pribumi untuk melakukan "penjajahan" terhadap tetangganya sendiri! "Nasionalisme" bagi banyak pemimpin, pejabat dan orang elite di negara ini adalah khayalan semata. Mereka berdiri di depan umum, teriak dengan semangat tinggi tentang “NKRI” dan “Nasionalisme” seakan-akan ada makna “kemerdekaan” di dalam hati mereka. Tapi sebenarnya artinya “Nasionalisme” bagi mereka adalah "Sayalah yang harus dapat kesempatan sebelum yang lain, untuk injak-injak rakyat kecil, mencuri harta kekayaan negara, menjadi lebih kaya dari yang lain, dan dapat kekuasaan abadi untuk saya dan semua keturunan saya!"

Dan mereka tidak peduli kalau anak yatim dan dhuafa menderita puluhan tahun dalam kemiskinan. Buat apa para pemimpin itu mau merayakan 17 Agustus? Sepertinya yang benar-benar peduli pada “masa depan Indonesia” hanyalah anak sekolah dan sebagian orang dewasa yang “awam”. Banyak pemimpin lebih peduli pada isi tabungannya dan harta yang mereka miliki, dan kekuasaan yang bisa dicurahkan kepada anaknya, saudaranya, dan sahabatnya, daripada “kemajuan bangsa”.

Dulu, ada ratusan ribu pejuang kemerdekaan yang maju secara sukarela, siap berperang dengan segala cara, dengan fasilitas dan kemampuan yang sangat terbatas, dan siap mati untuk mendapatkan kemerdekaan. Tapi sekarang, kalau ada yang ajak para pemimpin Indonesia bersatu dan siap berjuang dan berkorban untuk memerdekakan negara ini dari kebodohan, kemiskinan dan kejahatan, saya yakin hanya sedikit sekali dari pemimpin itu yang akan maju. Mereka tidak akan mau berkorban dengan harta, tenaga, dan waktu mereka untuk mengutamakan masa depan bangsa. Sedikit sekali dari mereka yang peduli pada tetangganya, dan sedikit sekali yang siap menolong orang lain dan membantunya maju. Yang mereka pikirkan terus adalah diri sendiri, harta pribadi, dan prestasi di depan umum.

Kasihan para pejuang kemerdekaan. Apakah perjuangan mereka sia-sia? Milyaran rupiah yang dirampas dari uang rakyat menjadi “hasil kemerdekaan” bagi banyak pemimpin dan orang elite yang hidup sekarang, sedangkan hasil kemerdekaan bagi anak miskin hanyalah lomba makan kerupuk!!

Selamat merayakan “Kemerdekaan Indonesia”! Lepas dari penjajahan Belanda, supaya bisa dijajah kembali oleh pemimpin Pribumi sejak 1945….
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi teman-teman yang ingin merenung tentang makna kemerdekaan. Semoga suatu hari Indonesia bisa benar-benar merdeka, dan bebas dari penjajahan para pemimpin pribumi yang lebih peduli pada hartanya dan kekuasaannya daripada masa depan bagi 80 juta anak bangsa!
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Membaca Buku Bersama Bikin Anak Lebih Cerdas



Kamis, 13 Agustus 2015 | 07:35 WIB
KOMPAS.com - Ketika orangtua membaca untuk anaknya, bukan hanya kedekatan emosional saja yang terasah, sel-sel kelabu di otak anak pun ikut merasakan manfaatnya. Mendongeng, membaca buku bersama sebelum tidur adalah kegiatan yang sangat patut dilakukan semua orang tua. Studi ilmiah menunjukkan, kegiatan membaca bersama anak dapat menghasilkan perbedaan positif pada perilaku dan performa akademik.

Temuan ini berasal dari penelitian terhadap anak-anak berusia 3-5 tahun yang diminta melakukan scan otak yang disebut pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) sambil mendengar cerita yang berasal dari rekaman suara orangtuanya. Sementara orangtua mereka diminta bercerita tentang berapa banyak mereka membacakan cerita dan berkomunikasi dengan anak-anaknya.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...