Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (557) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (179) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

26 February, 2017

Melihat Anak Masturbasi, Bagaimana Orangtua Bersikap?



Jumat, 24 Februari 2017 | JAKARTA, KOMPAS.com – Belakangan ini ramai dibicarakan tentang Buku “Aku Berani Tidur Sendiri” yang salah satunya berisi tentang masturbasi. Buku tersebut menuai kontroversial karena penggunaan bahasa yang tidak tepat untuk dibaca oleh anak. Mengenai masturbasi, hal ini memang dapat terjadi oleh anak yang mulai memasuki masa pubertas.

Psikolog Naomi Ernawati Lestari mengatakan, orangtua sangat berperan untuk memberikan edukasi seks kepada anak. Menurut Naomi, ketika melihat sang anak melakukan masturbasi, orangtua sebaiknya tidak tiba-tiba memarahi.
Orangtua ada baiknya menanyakan baik-baik, apa yang sedang dilakukan anak. Kemudian orangtua bisa memberitahu anak bahwa apa yang dilakukannya disebut masturbasi dan anak harus bisa mengontrolnya. “Orangtuanya sendiri enggak boleh menganggap seks itu sesuatu hal yang tabu,” kata Naomi.

Sama halnya ketika anak laki-laki mulai mimpi basah. Menurut Naomi, beritahu saja kepada anak tentang apa yang terjadi, "Misalnya bilang, 'oh itu wajar, itu cairan sperma, berarti kamu sudah mulai besar'," tutur Naomi. Setelah itu, jelaskan kepada anak untuk bisa menjaga alat kelaminnya dengan baik. Menurut Naomi, ketika anak tidak diberi pendidikan tentang seks, mereka akan melakukannya sembunyi-sembunyi dari orangtua dan tidak terbuka dengan orangtua. Bila tidak diberitahu, anak mungkin akan mencari informasi di luar yang belum tentu kebenarannya.

Pendidikan seks seharusnya diberikan sejak dini sesuai dengan usia anak. Mulai dari kecil anak laki-laki perlu tahu ia memiliki penis dan anak perempuan memiliki vagina. Ajari anak untuk menjaga alat kelaminnya dari orang lain.
Misalnya, pada anak balita sudah diberitahu bahwa bagian-bagian di tubuhnya, seperti alat kelamin dan payudara tidak boleh disentuh oleh siapapun. Pendidikan seks sejak dini penting untuk menghindari anak dari pelaku kejahatan seksual.
Pada usia remaja, anak pun diajari untuk menghargai dirinya dan menjaga kesehatan reproduksi, agar tidak melakukan seks bebas yang berisiko menyebabkan infeksi menular seksual.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...