Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (556) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (356) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (33) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (178) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

18 July, 2018

Dulu Ada Masa Emas Umat Islam. Apa Bedanya Dengan Sekarang?

[Pertanyaan]: Pak Gene. Di zaman Islamic Golden Age ada banyak ilmuwan Muslim yang Polymath [= ahli di berbagai bidang]. Contohnya, Ibn Rushd, Alhazen, Ibn Sina, Al Khwarizmi dsb. Bagaimana para orang tua mereka bisa mendidik anaknya menjadi cerdas begitu?

[Jawaban]: Assalamu'alaikum wr.wb. Mungkin orang tua di zaman itu sering membaca dan diskusi, dan mendidik anaknya untuk sering membaca dan diskusi. Sedangkan banyak orang tua Muslim sekarang membiarkan anaknya nonton TV terus, nongkrong di luar sampai malam, nonton film porno di HP, punya teman yang kurang baik, merokok seperti bapaknya, pacaran di usia SMP, dan sering main game. Daripada banyak membaca. Dan orang tua juga tidak berikan contoh.

Banyak orang tua pulang, suruh anak kerjakan PR, lalu nyalakan TV. Dari mana anak akan dapat kebiasaan baca buku dan diskusi kalau tidak dicontohkan? Apalagi kalau orang tua malas berdiskusi dan paling senang dengan anak yang selalu nurut dan tidak berani berdebat?

Ketika bertemu teman bule, sering ada pertanyaan, "Sudah baca buku ini?" Lalu ada diskusi tentang buku non-fiksi itu. Dalam satu pertemuan, bisa membahas puluhan topik, yang berbasis fakta dan data, dan perbedaan pendapat tidak membuat orang lain emosi. Ketika bertemu teman Indonesia, sering ada pertanyaan, "Sudah dengar gosip ini?" Lalu ada diskusi tentang gosip politik, gosip keluarga, gosip tetangga, kerennya HP baru, baju baru, sepatu baru, motor baru, game baru, bola, TV, film, diskon, dsb. Dan kalau kami berdebat, lawan diskusi bisa menjadi emosi.

Jadi kalau dulu ada masa emas umat Islam, mungkin kunci utamanya adalah pendidikan di rumah dari keluarga, dan pendidikan di lembaga seperti masjid, madrasah, dan universitas. Buku dan karya tulis diutamakan. Perbedaan pendapat dan kritikan diterima dengan lapang dada. Pencarian ilmu dari para ahli diutamakan, lalu ditambahkan dengan analisis dan penulisan karya sendiri.

Sedangkan sekarang, buku tidak diminati secara umum, dan pendidikan di rumah bukan untuk sering baca buku, tapi sebatas "kerjakan PR" lalu boleh main game dan nonton TV. (Dan sayangnya, kalaupun membaca, penelitian menunjukkan bahwa anak Indonesia tidak memahami apa yang mereka baca!) Perbedaan pendapat bisa membuat orang lain marah, dan siapa saja yang bicara di TV bisa dianggap lebih utama daripada ahli yang berilmu. Yang penting bagi banyak anak Muslim sekarang adalah HP, aplikasi, internet, TV, film, teman, pacar, game, bola, motor, baju, film porno, dsb. Bukan buku. Jadi kalau kita mau mencetak generasi emas lagi, kita harus kembali pada buku dan pendidikan yang berkualitas, terutama pendidikan agama!

11. […] Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah 58:11)

Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barang siapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang." (HR. Tirmidzi)

Jadi kita harus kembalikan anak Muslim ke buku dan cara diskusi yang mencerdaskan, dan siap menerima pendapat yang berbeda, tanpa emosi. Kita harus mendidik anak bahwa ilmu yang benar adalah kebenaran, dan tidak berubah hanya karena kekuasaan orang yang bicara (termasuk orang tua). Berarti orang tua dan guru harus siap "disalahkan", dan siap menerima pendapat anak apabila memang ada benarnya. Dan kalau tidak, generasi emas tidak akan muncul lagi. Tapi dijamin kita bisa dapat generasi penurut yang rajin nonton TV, dan siap taat dengan siapa saja yang berkuasa terhadapnya, walaupun mereka salah. Terserah kita memilih yang mana.

Jadi semoga semua orang tua dan guru yang membaca ini bisa siap berubah dan bersatu untuk membangun sebuah generasi emas yang baru, mulai dari sekarang. Dan masa depan dunia ini akan berada di depan kakinya anak Muslim yang cerdas dan berwawasan luas. Amin.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
-Gene Netto

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...