Search This Blog

Labels

alam (8) amal (97) anak (312) anak yatim (117) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (64) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (69) hukum islam (51) indonesia (581) islam (558) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (368) kesehatan (97) Kisah Dakwah (11) Kisah Sedekah (11) konsultasi (13) kontroversi (5) korupsi (28) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (53) my books (2) orang tua (10) palestina (34) pemerintah (137) Pemilu 2009 (63) pendidikan (514) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (44) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (37) renungan (188) Sejarah (5) sekolah (87) shalat (10) sosial (322) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

Popular Posts

15 October, 2025

Menteri Agama: Kejahatan Seksual di Pesantren Dibesar-besarkan Media


Assalamu’alaikum wr.wb. Mohon maaf Pak Menteri, tetapi apakah bapak sudah pegang data yang akurat, sehingga berani bilang jumlahnya sedikit? Soalnya, penelitian di Indonesia dan juga di mancanegara membuktikan bahwa mayoritas dari korban pencabulan tidak pernah buka mulut. Jadi tidak ada yang tahu bahwa mereka telah menjadi korban. Ada perkiraan bahwa sebanyak 90% dari korban tidak pernah mengaku. 

Kondisi serupa pernah dialami oleh Gereja Katolik. Selama puluhan tahun, mereka bersikeras bahwa tidak ada masalah, dan yang penting adalah jangan sampai rakyat putus hubungan dengan Gereja. Ketika suatu kasus terjadi, Gereja buru-buru menutupinya, demi menjaga nama baik Gereja. Setelah dibongkar secara global (mulai dari Amerika), seluruh dunia jadi kaget. Satu contoh, di Perancis saja, 330.000 orang mengaku sebagai korban pencabulan di Gereja Katolik. Secara global, ada jutaan korban, tetapi masih ada banyak negara yang menolak kumpulkan data yang akurat. 

Pola yang persis sama terulang lagi dalam dunia pesantren di Indonesia. Mungkin setelah puluhan tahun, akan ketahuan bahwa jutaan santri dan santriwati pernah menjadi korban pencabulan. Lalu di saat itu, menteri agama, dan para pengurus pesantren akan berkata, “Mohon maaf, kami khilaf. Ini musibah. Ini takdir Allah. Dan, kami tidak menyangka!!!” 

Mereka tidak bersedia “menyangka” dari sekarang, dengan menciptakan sistem anti-pencabulan dengan latihan rutin di semua pesantren. Mereka tidak mau melakukan survei nasional untuk mencari semua korban dan menolongnya. Banyak pelaku yang ditangkap sekarang mengaku bahwa mereka menjadi korban dulu. Jadi korban di masa lalu bisa menjadi pelaku di masa sekarang. Itu yang terjadi ketika para korban tidak dapat bantuan terapi dari psikolog. 

Sayangnya, para pemimpin agama Islam di sini punya pola pikir persis sama dengan pemimpin Gereja Katolik di zaman dulu. Dianggap lebih baik semuanya ditutupi, dianggap jumlah korbannya kecil, tidak mau mencari data akurat, dan buang muka agar tidak perlu melihat jutaan anak kecil yang disiksa di pesantren. Yang penting adalah “nama baik pesantren”, jadi demi menjaga nama baik itu, mereka siap korbankan jutaan anak Muslim yang tidak berdosa. 

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah, 
Wassalamu’alaikum wr.wb. 
-Gene Netto 

Menteri Agama: Kejahatan Seksual di Pesantren Dibesar-besarkan Media
Menteri Agama Nasaruddin Umar menyatakan kasus kekerasan seksual di Pondok Pesantren itu sedikit, namun media massa telah membesar-besarkannya melalui pemberitaan. "Jangan sampai orang nanti alergi memasukkan anaknya ke Pondok Pesantren,” katanya.
https://www.cnnindonesia.com

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...