Saya lagi sibuk membalas beberapa pesan dari para isteri dan suami yang tidak bahagia dalam pernikahan. Dalam setiap kasus, terlihat pola yang sama: Yang menikah tidak punya pegangan agama Islam yang benar, dan tidak bisa menghargai manusia lain. Sebatas shalat 5 waktu dan ikut pengajian tidak cukup karena masih ada banyak hal yang perlu dipelajari bagi para calon, terutama ttg cara hidup bersama orang lain dan keluarganya.
Yang membuat saya heran adalah gambaran ttg suami dan isteri yang kurang berkualitas, yang tidak bisa diajak berkompromi, keras kepala, merasa selalu benar, merasa keluarganya lebih terhormat, atau lebih kaya, dan tidak mau buang2 waktu untuk pedulikan kondisi mertua. Baik suami maupun isteri ada yang bicara seperti itu. Sama2 dapat pasangan yang agungkan orang tua dan keluarga sendiri, dan menganggap rendah dan kurang bergengsi keluarga pasangan, padahal sama-sama Muslim. Kadang harta disebut2, kadang suku, kadang jabatan saudara, tapi polanya sama. Merasa diri lebih berharga. Apalagi ditambahkan komentar2 kasar ttg keluarga pasangan. Jadi walaupun belum lama menikah, satu pihak yg merasa kurang dihormati sudah memikirkan perceraian.
Saya ingin bertanya, “Kenapa menikah dgn orang yang kualitasnya rendah?” Tapi komentar begitu tidak bermanfaat, dan seringkali orang itu pernah berubah. Sebelum nikah super manis, setelah nikah tanduknya baru keluar. Jadi saya berpikir ttg kenapa ini terjadi terus dalam sekian banyak pernikahan? Sepertinya hanya ada satu masalah: Tidak ada tempat belajar menjadi suami-isteri!
Kalau mau bawa mobil, wajib belajar dan punya SIM karena mobil berbahaya dan bisa merusak kehidupan orang kalau ditabrak. Tetapi kalau mau menikah, dengan risiko bisa merusak kehidupan suami, isteri atau anak lewat pernikahan yg rusak, disuruh nikah saja dulu dan dianggap semua urusan akan beres sendiri nanti. Ternyata tidak. Banyak urusan muncul, dan suami-isteri itu sangat awam dan tidak pahami cara mengatasinya. Ini kegagalan pendidikan. Ada banyak ahli pendidikan dan guru agama di sini, tetapi tidak ada pendidikan sekolah ataupun progam nasional untuk BELAJAR menjadi orang tua berkualitas. Mungkin sudah waktunya kita memikirkan kualitas rumah tangga, dan program pendidikan parenting, sebelum tingkat perceraian tinggi menjadi hal yang sangat umum di Indonesia.
- Gene Netto
Search This Blog
Labels
alam
(8)
amal
(97)
anak
(317)
anak yatim
(117)
bilingual
(22)
bisnis dan pelayanan
(6)
budaya
(8)
dakwah
(87)
dhuafa
(18)
for fun
(12)
Gene
(222)
guru
(64)
hadiths
(9)
halal-haram
(24)
Hoax dan Rekayasa
(34)
hukum
(69)
hukum islam
(51)
indonesia
(586)
islam
(559)
jakarta
(34)
kekerasan terhadap anak
(372)
kesehatan
(97)
Kisah Dakwah
(11)
Kisah Sedekah
(11)
konsultasi
(13)
kontroversi
(5)
korupsi
(28)
KPK
(16)
Kristen
(14)
lingkungan
(19)
mohon bantuan
(40)
muallaf
(53)
my books
(2)
orang tua
(10)
palestina
(34)
pemerintah
(138)
Pemilu 2009
(63)
pendidikan
(519)
pengumuman
(27)
perang
(10)
perbandingan agama
(11)
pernikahan
(11)
pesantren
(46)
politik
(127)
Politik Indonesia
(53)
Progam Sosial
(60)
puasa
(37)
renungan
(192)
Sejarah
(5)
sekolah
(90)
shalat
(10)
sosial
(323)
tanya-jawab
(15)
taubat
(6)
umum
(13)
Virus Corona
(24)
Popular Posts
-
Salah satu kata kesukaan orang Indonesia adalah: “Oknum”. Kalau ada orang-orang yang bercerita bahwa mereka mengalami suatu “masalah” di sek...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Ada berita tentang peringkat Indonesia di FIFA: Hanya bisa mencapai urutan 122 pada bulan Oktober 2025, dan tidak ...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Pada tahun 2024, tercatat 1,8 juta orang Indonesia melakukan Umrah dan 241 ribu orang melakukan Haji. Jadi totalnya ...
-
Assalamu’alaikum wr.wb., Seperti biasa, ini kisah rekayasa, dengan menggunakan nama orang yang benar. Prof. Fidelma O'Leary mema...
-
[Kisah dari teman]: Kemarin di rumah ustadz ana yang punya ponpes. Katanya belum lama mengeluarkan belasan santri yang terlibat dalam kegiat...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Pada tanggal 29 September, 2025, gedung baru dalam sebuah pesantren di Sidoarjo ambruk pada saat banyak anak melakuk...
-
Banyak orang yang kerja sebagai “guru” hanyalah orang dewasa yang berdiri di kelas dan memberikan tugas kepada anak, TANPA memiliki ilmu yan...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Mohon maaf, apa pantas disebut “Tragedi Maut”? Bukannya itu kasus “kematian yang disebabkan oleh kelalaian” (yang bi...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Mohon maaf Pak Menteri, tetapi apakah bapak sudah pegang data yang akurat, sehingga berani bilang jumlahnya sedikit?...
-
Pertanyaan Assalamu'alaikum wr.wb., Saya mau bertanya kalau orang Muslim boleh mendoakan orang non-Muslim? Kalau ada teman atau sauda...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment