Labels

alam (8) amal (100) anak (293) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (18) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (564) islam (546) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (96) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (48) my books (2) orang tua (7) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (171) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)
Showing posts with label sekolah. Show all posts
Showing posts with label sekolah. Show all posts

06 March, 2022

Anak Tenggelam Merupakan Takdir Allah Dan Bukan Kelalaian Orang Dewasa!

Assalamu’alaikum wr.wb. Hampir setiap hari ada berita tentang anak Indonesia yang tenggelam setelah ikuti kegiatan resmi dari sekolah atau pesantren. Saya tidak paham kenapa 100 juta dewasa tidak marah. Dalam setiap kasus, pola yang sama terlihat. Puluhan anak dibawa ke suatu lokasi di mana ada air yang dalam atau arus deras. Para penjaga tidak mengerti P3K. Ketika anak tenggelam, penjaga seharusnya langsung melakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru, juga dikenal sebagai CPR). Akan tetapi korban malah dibawa ke jalan, ditaruh di mobil, dan dibawa ke rumah sakit. Lalu setelah tidak bernafas selama 15-30 menit, korban dinyatakan tewas.

Kenapa bisa terjadi terus? Karena kelalaian orang dewasa! Kenapa orang tua korban tidak marah dan menuntut pertanggungjawaban? Karena mereka diyakini oleh para ustadz bahwa itu adalah "TAKDIR" dari Allah, padahal sudah jelas itu "takdir pilihan" di mana orang dewasa bersikap lalai, dan merasa tidak perlu bertanggung jawab!

Coba kita bahwa pemikiran ini ke ranah yang lain untuk menguji logikanya. Misalnya, anak anda sedang dioperasi di rumah sakit. Tiba-tiba mati lampu. Seharusnya mereka nyalakan genset, dan lanjutkan operasinya. Tapi bagaimana kalau anak anda dibawa ke jalan, ditaruh di taksi, dan dibawa ke rumah sakit yang lain? Dan setelah perjalanan 30 menit, anak anda dinyatakan mati dari perdarahan.

Ketika anda bertanya kenapa rumah sakit pertama tidak nyalakan genset saja, bagaimana kalau mereka menjawab, "Ohh maaf ya, tidak ada yang mengerti caranya menyalakan genset. Kami tidak diwajibkan belajar! Jadi ketika mati lampu, pasien operasi hanya bisa dibawa ke rumah sakit lain. Maaf ya, kematian anak anda adalah takdir Allah. Bukan kelalaian kami!"

Apa anda akan terima? Saya yakin kebanyakan orang tua akan marah dan anggap kelalaian. Jadi kenapa guru dan ustadz bisa diizinkan membawa puluhan anak ke lokasi seperti kolam renang, sungai, embung, danau, laut dsb. tetapi tidak ada KEWAJIBAN menghadirkan orang dewasa yang mengerti P3K? Karena tidak diwajibkan belajar, kenapa para guru dan ustadz bisa lepaskan tanggung jawab dengan mengatakan, "Ini takdir Allah, bukan kelalaian kami!"

Rumah sakit yang punya genset wajib belajar cara menggunakannya. Dan guru yang punya tangan seharusnya wajib belajar RJP sebelum boleh membawa puluhan anak ke kolam renang atau sungai. Kalau guru tidak mau belajar, solusinya gampang: Potong gajinya 30% karena mereka tidak bisa menjaga anak secara maksimal. Bisa dijamin 4 juta guru dan ustadz akan langsung semangat belajar P3K. Dan mungkin setelah itu berita "anak tenggelam" akan muncul setahun sekali, daripada setiap hari.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Hendak Membersihkan Badan Usai Kegiatan Ekstrakurikuler, Dua Santri Tewas Tenggelam di Embung
https://www.tribunnews.com

25 February, 2022

Siswi SMA di Kupang Tewas Tenggelam Saat Ikut Ujian Praktik Renang

Seorang anak tenggelam saat mengikuti kegiatan sekolah? Mari kita ucapkan Mantra Pendidikan Nasional: "Kami tidak menyangka!" dan perkaranya harus dianggap selesai. Sekarang boleh dicap musibah, dan takdir Allah, dan jangan coba menyatakan ada pihak yang perlu bertanggung jawab! Sangat di luar dugaan kalau seorang anak yang tidak bisa berenang berisiko tenggelam. Tiga guru untuk menjaga 66 anak sudah cukup. Guru tidak lalai, sekolah tidak lalai, dan pengurus kolam renang tidak lalai. Tidak ada yang bersalah, jadi perlu diselesaikan secara damai dan jangan coba bawa ke ranah hukum!

Yang paling menyedihkan (di atas kematian seorang anak) adalah fakta ini: Ketika korban dikeluarkan dari kolam renang, dan masih ada nadi tapi tidak bernafas, maka guru dan penjaga kolam renang berusaha selamatkan korban dengan cara "MEMOMPA DADANYA". Jantungnya masih berfungsi, jadi tindakan itu malah berisiko menyebabkan serangan jantung! Anak itu butuh oksigen, lalu orang dewasa di sekitarnya melakukan kompresi jantung. Tidak terpikir (dan tidak diwajibkan) untuk belajar P3K SEBELUM dibutuhkan.

Satu anak lagi mati dengan sia-sia, dan orang dewasa di sekitarnya bisa lepaskan tanggung jawab dengan menyatakan mereka "tidak menduga" seorang anak bisa tenggelam di dalam kolam renang…! Anak siapa yang perlu mati secara sia-sia sebelum terjadi perubahan sistem pendidikan? Semoga segera datang harinya nyawa anak Indonesia memiliki nilai yang lebih tinggi.
-Gene Netto

Siswi SMA di Kupang Tewas Tenggelam Saat Ikut Ujian Praktik Renang
24/02/2022, Penulis Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere | Editor Andi Hartik KUPANG, KOMPAS.com - Maria G Ropa (17), siswi kelas 3 SMA Negeri 1 Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), ditemukan tewas tenggelam di dasar kolam saat mengikuti ujian praktik renang.
https://regional.kompas.com

22 February, 2022

Kebakaran Pesantren di Karawang Tewaskan 8 Anak

Kejadian ini tidak mengherankan. Yang mengherankan adalah kenyataannya bahwa hal seperti ini tidak terjadi lebih sering dan tewaskan lebih banyak santri! Kalau memeriksa asrama di banyak pesantren, sangat jelas bahwa tidak dibangun dengan sikap waspada terhadap kebakaran. Satu pintu masuk, satu tangga, tidak ada akses atau jalan keluar yang lain, tidak ada selang air yang bisa mencapai semua kamar, tidak ada alat pemadam api, dan apabila ada, santri tidak dilatih untuk menggunakannya, dan juga tidak ada latihan evakuasi setiap tahun. Artinya, ketika tidak ada persiapan untuk hadapi musibah yang umum terjadi, maka sangat tidak bijaksana untuk menyatakan, "Kami tidak menyangka!"

Masalah terbesar hanya satu: Banyak orang yang bangun pesantren tidak mempunyai landasan keselamatan dan kesejahteraan anak sebagai prioritas utama. Yang penting hanya ilmu agama, dan selain itu, cukup "Bismillah" saja! Lalu, kalau ada hal buruk yang terjadi, langsung dicap musibah saja (tidak pernah dianggap kelalaian pihak pesantren!), lalu orang dewasa yang seharusnya bijaksana hanya menyatakan, "Kami tidak menyangka!" Dengan begitu saja perkaranya selesai, sampai kemudian terjadi di tempat lain dengan pola yang persis sama. Seharusnya persiapan menghadapi kebakaran dan bencana lain menjadi bagian dari izin mendirikan pesantren. Berapa banyak dari 30 ribu pesantren di Indonesia siap hadapi kebakaran? Dan berapa banyak anak perlu menjadi korban sebelum terjadi perubahan dalam sistem operasional pesantren?
-Gene Netto

Kebakaran Pesantren di Karawang Tewaskan 8 Orang, Ini Penyebabnya
Tim detikcom – detikNews, Selasa, 22 Feb 2022 Jakarta - Kebakaran pesantren di Karawang melahap bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Khoirot, Desa Manggungjaya, pada Senin (21/2/2022) kemarin. Akibat peristiwa maut tersebut, delapan santri dikabarkan meninggal dunia. Polisi menyebut kebakaran tersebut dikarenakan adanya korsleting kipas angin yang berada di gedung lantai dua.
https://news.detik.com

Jenazah para santri telah dibawa ke RSUD Karawang. Dari 8 korban, tujuh di antaranya berhasil diidentifikasi. Berikut identitas korban: 1. Alif Satria (7) asal Cikampek. 2. Muhamad Fatir (7) asal Subang. 3. Rian Aditio (7) asal Subang. 4. M Akmal Maulana (12). 5. Mujaki Riadi (13) asal Cilamaya. 6. Moreno (10) asal Cilamaya. 7. Azka Pairul Gupron (11) asal Subang. 8. Masih proses identifikasi.
https://news.detik.com

09 February, 2022

Di Jepang, Pendidikan Akhlak Lebih Penting Daripada Ilmu

Di sekolah Jepang, para siswa tidak mendapatkan ujian APAPUN sampai mereka mencapai kelas 4 SD (usia 10 tahun)! Kenapa? Karena tujuannya dalam 3 tahun yang pertama TIDAK untuk menilai pengetahuannya atau kemampuan belajar anak kecil, tetapi untuk mendirikan sikap sopan santun dan untuk mengembangkan karakter yang mulia! Itulah yang diajarkan oleh para ahli pendidikan mereka: Akhlak yang mulia SEBELUM ilmu pengetahuan! (Dan di Denmark, tidak ada ujian sampai kelas 3 SMP!)

Sedangkan di Indonesia, anak diberikan hafalan, PR, ujian, hafalan, PR, ujian, hafalan, PR, ujian, lalu ada juga Ujian Nasional! Akhlak yang mulia? Maaf, itu nomor berapa dalam ujiannya ya? Dan kalau akhlak tidak masuk ujian sekolah, untuk apa mau dipelajari? Semoga pada suatu hari, 200 juta Muslim di Indonesia bisa bersatu untuk minta perubahan sistem pendidikan, yang hilangkan ujian dan hafalan bagi anak kecil, dan utamakan pelajaran akhlak! Semoga umat Islam siap belajar dari orang kafir, kalau belum tahu sumber lain untuk dapat teladan yang baik!
-Gene Netto

Dari Abu Darda' ra., dari Rasulullah SAW, "Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan melebihi akhlak yang mulia." (HR. Bukhari)

Dari Abu Hurairah r.a. yang berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya dan orang yang paling baik di antaramu ialah yang paling baik terhadap keluarganya." (HR. Bukhari & Muslim, Tirmidzi, Nasa'i)

Rasulullah SAW bersabda, "Paling dekat dengan aku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya." (HR. Ar-Ridha)


19 January, 2022

18 Pelajar Terluka Saat Kegiatan Lingkaran Setan Pramuka di Ciamis

Pihak sekolah mengaku tidak tahu. Katanya kegiatan tanpa izin sekolah. Katanya sudah terjadi sejak dulu, sudah dilarang, tapi para senior dan alumni tetap melakukan programnya. Yang perlu dipertanyakan orang tua adalah kenapa puluhan anak bisa berangkat dari rumah, untuk ikuti "kegiatan pramuka", padahal tidak ada izin sekolah, para guru tidak tahu, dan alumni yang tidak ada hubungan dengan sekolah bisa hadir dan melakukan kekerasan? Dan kenapa para senior bisa merasa bebas melakukan kegiatan tanpa izin, yang libatkan puluhan siswa, atas nama organisasi, yang tidak ada izin dari organisasi atau sekolah?

Siapa yang mau bertanggung jawab terhadap semua anak sekolah kalau bukan pihak sekolah sendiri? Yang paling penting adalah perubahan sistem. Orang tua DILARANG izinkan anaknya pergi dalam kegiatan apapun, tanpa ada informasi yang jelas, yang tertulis, dalam surat izin. Ketika anak bilang mau pergi dalam rangka kegiatan apa saja, orang tua wajib tanyakan "surat izin" dari harus dikasih kepada orang tua dan lengkap dengan informasi kegiatan dan info tentang orang dewasa yang bertanggung jawab. Harus ada nomor telfon darurat yang bisa dihubungi. Harus ada penjelasan isi kegiatan, kapan berangkat, naik apa, menginap di mana, kapan pulang, dsb. Setelah semua informasi itu disediakan, dan orang tua tahu dan setuju, baru anak boleh berangkat.

Semua sekolah yang tidak membangun dan menjaga sistem komunikasi, informasi, dan proses perizinan dengan orang tua, dan tidak sediakan nama dan nomor orang dewasa yang bertanggung jawab, dan nomor telfon darurat, harus dianggap lalai.
-Gene Netto

18 Pelajar Terluka Saat Kegiatan Lingkaran Setan Pramuka di Ciamis
CNN Indonesia, Jumat, 14 Jan 2022 Bandung, CNN Indonesia -- Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat Kombes Ibrahim Tompo mengungkapkan, total ada 18 pelajar SMAN 1 Ciamis menderita luka lebam usai mengikuti pelatihan pramuka bertajuk Lingkaran Setan. Ibrahim menuturkan, luka tersebut diduga akibat pemukulan saat kegiatan tersebut, pada 7 Januari 2022. Ketika itu, ada sekitar 50 siswa mengikuti pelatihan yang dilakukan para seniornya.
https://www.cnnindonesia.com

Kegiatan Lingkaran Setan Pramuka di Ciamis Buat 3 Pelajar Dirawat
https://www.viva.co.id

30 November, 2021

Kisah Pilu Siswi SMP di Salatiga, 12 Tahun Diperkosa Ayah Kandung, Terungkap Saat Korban Coba Bunuh Diri

Ketika melihat berita ini, saya hanya dapat 1 kesimpulan: Puluhan guru GAGAL memperhatikan dan melindungi anak itu. Anak yang diperkosa 3 kali setiap minggu tidak mungkin ceria di sekolah. Apalagi sudah coba bunuh diri 2 kali sebelumnya. Tapi puluhan guru melihatnya, kasih tugas, dan banyak PR, dan gampang marah kalau seragamnya tidak lengkap, atau telat 30 detik. Ketika saya dulu berusaha membahas topik pencabulan anak di grup guru, saya dimarahi, disuruh diam, dan dikatakan bukan urusan guru untuk pedulikan keselamatan anak. Nilai siswa dan gaji guru yang utama! Selain itu, EGP. Menunggu kasus terjadi di sekolah sendiri, baru perlu peduli, katanya.

Di sisi lain, siswi yang diperkosa selama 12 tahun itu tidak melihat puluhan guru sebagai "sahabat" dan "pelindung" baginya. Guru lebih identik sebagai penjaga penjara, yang hadir untuk paksa siswa taat pada aturan, berikan tugas, perhatikan rambut dan seragam, dan cepat marah kalau ada "pelanggaran". Bukan sahabat siswa. Lalu para guru cepat naik darah kalau merasa kurang dihormati semua pihak. Ketika puluhan guru merasa bukan tugas mereka untuk peduli pada anak yang diperkosa 12 tahun, padahal ketemu korban setiap hari, siapa lagi yang mau peduli?
-Gene Netto

Kisah Pilu Siswi SMP di Salatiga, 12 Tahun Diperkosa Ayah Kandung, Terungkap Saat Korban Coba Bunuh Diri
Kompas.com - 28/11/2021, Editor Aprillia Ika KOMPAS.com - LS (16), seorang siswi SMP di Salatiga, Jawa Tengah, dicabuli oleh ayah kandungnya sendiri selama 12 tahun. Kasus ini terungkap saat korban berusaha mengakhiri hidupnya pada Kamis (28/10/2021) lalu di sekolahnya. Saat dibujuk, korban kemudian menceritakan kejadian tragis yang dialaminya selama bertahun-tahun. Pencabulan dilakukan dua hingga tiga kali dalam seminggu. Pencabulan terhadap anak tersebut pernah diketahui istri tersangka namun sang istri malah dipukul hingga ketakutan.
https://regional.kompas.com

21 October, 2021

11 Siswa MTs Harapan Baru Ciamis Tewas Saat Susur Sungai Kegiatan Pramuka

Hal yang sama terulang terus karena satu sebab: Banyak orang tua di Indonesia tidak peduli pada anaknya orang lain! Kenapa saya katakan begitu? Di banyak negara lain, kalau anak mati terus dalam kegiatan sekolah, banyak orang tua akan bersatu dan menuntut harus terjadi perubahan. Mereka berpikir, "Bagaimana kalau anak saya menjadi korban besok?" Tapi di Indonesia beda. Seratus juta orang tua teriak keras dengan satu suara, "Bukan tanggung jawab saya! Dan saya hanya satu orang, jadi saya tidak bisa berbuat apa-apa!"

Jadi anak Indonesia mati terus, dan guru mengatakan "musibah" terus, padahal itu kelalaian yang jelas. Di negara maju, guru seperti itu akan ditangkap polisi dan diselidiki. Anak adalah amanah dari Allah. Orang tua titipkan amanah itu kepada guru. Lalu ada guru yang lalai, dan biarkan anak mati, karena tidak mau belajar dan utamakan keselamatan anak sebagai prioritas tertinggi.

Selama anak mereka aman, banyak orang buang muka dan mengatakan "musibah" secara abadi, dan merasa tidak perlu peduli pada anak tetangga. Ini bukan prinsip hidup yang benar bagi seorang Muslim, seorang guru, atau orang tua. Tapi sangat umum di sini. Kalau para orang tua dan guru tidak mau perhatikan semua anak Indonesia, maka anak akan mati terus dalam kegiatan sekolah. Dan besok, mungkin seorang anak yang anda kenal yang akan mati. Tolong bangun dari dunia mimpi, bersatu dengan semua orang tua dan guru yang baik, dan utamakan keselamatan dan kesejahteraan bagi semua anak Indonesia, sebelum sebuah "musibah" yang bisa dicegah terjadi di sekitar anda!
-Gene Netto

11 Siswa MTs Harapan Baru Ciamis Tewas Saat Susur Sungai Kegiatan Pramuka
Penulis Kontributor Tasikmalaya, Irwan Nugraha, Kontributor Pangandaran, Candra Nugraha | Editor David Oliver Purba CIAMIS, KOMPAS.com - Sebanyak 11 siswa MTs Harapan Baru Cijantung, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, meninggal saat kegiatan pramuka susur sungai di Sungai Cileueur, tepatnya di Dusun Wetan RT 01/RW 01, Desa Utama, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Jumat (15/10/2021) sore.
"Yang kena musibah dinyatakan meninggal dunia ada 11 orang. Terdiri dari delapan laki-laki dan tiga perempuan," ujar Bupati Ciamis Herdiat Sunarya, kepada wartawan di RSUD Ciamis, Jumat malam.
https://regional.kompas.com

13 October, 2021

Guru di Tangerang Hobi Rapikan Rambut Murid sampai Bawa Alat Cukur Sendiri

Di satu sisi, berita ini "baik" karena beda dengan semua berita dulu tentang guru-guru yang memukul dan menghukum siswa yang rambutnya kepanjangan. Tapi di sisi lain, berita ini buruk, karena walaupun menunjukkan ada guru yang berubah, perubahan itu tetap tidak hilangkan masalah intinya: Kenapa rambut siswa menjadi perhatian guru?! Siapa yang bilang "rambut yang rapi" merupakan suatu tujuan pendidikan yang utama?

Rambut adalah bagian dari identitas pribadi yang penting bagi kebanyakan orang. Itu sebabnya penjajah Jepang punya program gunduli tahanan perempuan agar ada efek psikologis terhadap mereka, untuk membuat mereka takut melawan diktator yang berkuasa. (Dan kebiasaan jahat itu masih dilestarikan di banyak pesantren sampai sekarang.) Einstein terkenal karena rambutnya panjang dan berantakan. Tidak ada efek apapun terhadap kecerdasannya.

Usaha membuat semua anak "seragam" dan "setara robot" yang diam dan taat terhadap guru dan penguasa di atasnya adalah proses pendidikan yang keliru. Anak perlu dididik untuk berpikir sendiri, mengurus diri sendiri, dan bertanggung jawab terhadap semua perbuatannya. Tapi terus-terusan, banyak guru gagal fokus pada tujuan pendidikan itu, dan sibuk membuat anak "seragam" sampai ukuran dan kerapian rambut menjadi perhatian. Padahal orang tua tidak pernah minta rambut anaknya diatur oleh guru. Jadi kenapa banyak guru sibuk fokus pada hal yang tidak penting? Lebih baik semua guru mendidik anak laki-laki untuk "mengatur kemaluannya" agar tidak menjadi pemerkosa, daripada mendidiknya untuk mengatur kerapian rambut.
-Gene Netto

Guru di Tangerang Hobi Rapikan Rambut Murid sampai Bawa Alat Cukur Sendiri
Sabtu, 25 September 2021 - Cerita seorang guru yang hobi merapikan rambut muridnya yang berantakan, viral di media sosial. Bahkan, guru tersebut telah mempersiapkan alat untuk merapikan rambutnya sendiri.
Terlihat adanya sisir dan hair spray yang ia gunakan untuk merapikan rambut sang murid.
https://kaltim.tribunnews.com

16 September, 2021

Penjajah Jepang Botaki Tahanan, Kenapa Dilestarikan Di Sekolah Indonesia?

Assalamu'alaikum wr.wb. Penulis buku, Isabel Wolff, menceritakan tahanan sipil Belanda dan Inggris yang ditahan oleh Jepang di beberapa tempat di Indonesia. Kata Wolff, penjajah Jepang brutal terhadap 130 ribu tahanan sipil, kebanyakan perempuan dan anak kecil, yang ditahan di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Banyak orang ditahan di "penjara terbuka" (wilayah kota yang luas, yang dikasih tembok dan menjadi penjara sementara) di Jakarta dan Bandung.

Kalau menatap prajurit Jepang, atau kurang cepat tundukkan kepala, perempuan dan anak akan dihajar. Kesalahan sekecil apapun akan kena pukulan dan hukuman secara langsung. Tahanan harus selalu takut dan patuh pada prajurit Jepang. Dua kali setiap hari ada absen. Tahanan harus berdiri berjam-jam di lapangan, tanpa boleh bergerak, bicara atau duduk.

Kalau tidak sempurna saat tundukkan kepala ke arah Jepang saat upacara, akan dihajar dengan keras. Badan harus berdiri tegak, dan ruku dengan sempurna. Bahkan posisi jari tangan diperhatikan. Harus selalu sempurna saat tunduk dan tidak boleh berbuat salah walaupun sedikit. Selain dihajar, hukuman paling umum adalah membotaki tahanan agar ada "efek jera". Dan hal itu begitu umum sampai banyak perempuan pakai selendang di atas kepalanya karena berdarah setelah rambut dicukur secara kasar.

Apa sistem pendidikan ini ada kemiripan dengan sebagian sekolah dan pesantren Indonesia? Tahanan/Santri/Siswa harus selalu takut dan patuh? Kesalahan sekecil apapun akan kena hukuman? Dan di sebagian pesantren, kalau berbuat salah, rambut akan dipotong dengan kasar, agar ada efek jera. Dan di sekolah dilakukan karena rambut anak "harus rapi" (tidak rapi = salah dan harus dihukum). Saya pernah lihat 2 anak yang dijemur di lapangan pesantren. Rambutnya telah dicukur dan kepala masih berdarah. Katanya itu "hukuman standar" bagi anak yang "nakal". Apa bedanya dengan perilaku Penjajah Jepang?

Pertanyaan saya: Kenapa keburukan penjajah Jepang dilestarikan di banyak pesantren dan sekolah di Indonesia? Atau apakah para ustadz dan guru tidak tahu dari mana mereka mendapatkan kebiasaan itu, dan hanya teruskan tanpa berpikir, dan tanpa ilmu? Semoga bermanfaat bagi guru, ustadz, dan orang tua yang mau merenung.
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene Netto

The Forgotten Women Of The 'War In The East'
http://www.bbc.com/news/magazine-29665232


02 August, 2021

Sering Ada Kasus Pencabulan Di Pesantren, Perlu Takut Memondokkan Anak?

[Pertanyaan]: Assalamualaikum. Pak Gene, Membaca berita tentang santri yang dicabuli gurunya, membuat orang tua khawatir. Tapi di sisi lain memondokkan anak juga bermanfaat untuk dapat ilmu agama. Lebih baik memondokkan anak atau tidak? Apa sarannya Pak Gene dalam memilih pesantren?

[Gene]: Wa alaikum salam wr.wb. Memang ada masalah dengan sebagian pesantren. Masalah intinya adalah "pendidikan dan pengawasan". Tidak ada pelatihan bagi anak dan ustadz untuk waspada terhadap bahaya pencabulan. Jadi ketika ada kasus, anak tidak tahu mesti lapor ke mana, dan banyak ustadz (yang baik) tidak akan perhatikan satu anak yang tiba-tiba menjadi murung atau malas belajar. Malah anak itu bisa dimarahi.

Untuk dapat pendidikan agama yang bagus, pesantren merupakan solusi yang baik. Tolong ingat: Mayoritas dari anak yang dicabuli malah menjadi korban di rumah sendiri, atau dekat rumah, dengan orang yang dikenal: Bapak kandung, bapak tiri, paman tiri, kakek, bapaknya teman, tetangga, penjaga warung, guru sekolah, guru ngaji, teman sekolah, teman Facebook, dsb. Jadi hanya sebagian kecil dari kasus pencabulan terjadi di pesantren. Berarti orang tua tidak perlu ketakutan, tapi perlu waspada dan harus mendidik anak sendiri.

Pertama, sebelum kirim anak ke pondok, mendidiknya dulu di rumah. (Dibutuhkan pelatihan di semua pesantren, tapi jarang ada.) Jelaskan tentang pencabulan, sodomi dan pemerkosaan. Pakai nama2 alat kelamin yang benar (penis, vagina, anus) dan jelaskan bahwa "ada orang jahat" yang suka menyentuh alat kelamin anak, atau melakukan seks dengan anak. Dari usia 9-10 tahun ke atas, sudah boleh dijelaskan tentang hubungan seks secara sederhana. Hanya agar mereka memahami bahwa itu perbuatan untuk orang dewasa yang menikah, jadi anak tidak boleh.

Jelaskan bahwa kalau anak lain atau ustadz berusaha memegang kemaluan atau anus mereka, maka mereka harus melawan (pukul, tendang, cakar), teriak keras ("nggak mau"), melarikan diri, dan segera lapor pada orang dewasa. Tidak boleh takut pada ancaman apapun, karena biasanya itu ancaman kosong. Juga jelaskan bedanya antara orang jahat yang memegang kemaluan mereka dan membuat mereka takut, dan candaan teman kamar yang misalnya tampar pantat sejenak. Anak bisa memahami bedanya antara orang yang "bercanda" dan "berbuat jahat" (yang membuat mereka takut).

Kedua, anda harus mencari info sebanyak mungkin tentang latar belakang pesantren, kualifikasi guru, proses seleksi guru, dll. Jangan takut minta melihat CV dari semua guru. Tanya langsung tentang program pesantren untuk melindungi anak dari pencabulan. Makin banyak orang tua yang bertanya, makin banyak pengurus pesantren yang akan menyadari kebutuhannya pelatihan anti-pencabulan itu. Kalau ada "guru" yang tidak jelas asal usulnya atau pengalaman kerjanya, maka anda berhak bertanya lebih dalam dan protes.

Misalnya, anda harus bedakan antara seorang guru yang lulus kuliah, dan pernah menjadi ustadz di dua pesantren, dan orang lain yang hanya mondok sementara di usia remaja, tidak kuliah, dan tidak jelas riwayat kerjanya. Kalau tidak jelas guru itu dapat ilmu dan pengalaman dari mana, lebih baik cari pesantren lain yang proses seleksi gurunya lebih jelas. Insya Allah antara kedua hal itu (mendidik anak, dan periksa latar belakang pesantren dan para guru) sudah cukup. Berusaha sebaik mungkin untuk pilih tempat yang jelas, dan minta mereka ciptakan pelatihan bagi santri agar waspada terhadap bahaya pencabulan. Minimal harus ada poster di tembok: "Kalau anak alami perbuatan tidak menyenangkan, bisa dilaporkan kepada A, B, atau C kapan saja."

Semoga Allah SWT membantu anda dapat pondok yang cocok dan aman. Amin.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

08 March, 2021

Viral Kisah Pilu Pelajar SMK di Klaten Kehilangan 2 Tangannya Saat PKL

Siswa diwajibkan ikuti kegiatan PKL (praktik kerja lapangan). Di seluruh dunia juga sama. Tetapi seharusnya dilakukan dengan sebuah standar atau sistem baku yang utamakan keselamatan anak. Seharusnya anak tidak dilepaskan begitu saja untuk masuk ke tempat kerja, tanpa persiapan, tanpa pengawasan yang benar, tanpa ada orang dewasa yang memahami bahwa mereka masih ANAK, dan tidak selalu sanggup menyadari bahaya yang nyata.

Ketika di sekolah, peran sebagai pengawas dan pelindung diisi oleh para guru. Di tempat PKL, siapa yang bertanggung jawab? Dan kapan orang dewasa itu pernah dilatih untuk memikirkan keselamatan anak? Ketika seorang anak mau manjat ke atap, di atas tiang listrik, seharusnya ada pengawas dewasa yang MELARANG. Ternyata tidak. Hasilnya, anak ini menjadi korban karena tidak ada persiapan yang benar. Keselamatan anak dalam kegiatan sekolah seharusnya selalu menjadi prioritas utama. Tapi harus disediakan pelatihan agar guru dan pengawas selalu memikirkan hal itu.
-Gene Netto

Viral Kisah Pilu Pelajar SMK di Klaten Kehilangan 2 Tangannya Saat PKL
02 Mar 2021 Klaten - Kisah pilu Alfian Fahrul Nabila (18) siswa kelas XI salah satu SMK di Klaten yang dua tangannya diamputasi viral di media sosial. Kedua tangannya diamputasi setelah tersengat aliran listrik saat mengikuti praktik kerja lapangan (PKL).
https://news.detik.com

Alfian Pelajar SMK yang Kehilangan 2 Tangan Saat PKL Kini Banjir Dukungan
https://news.detik.com

18 November, 2020

Pesantren Di Sudan: Tempat Penyiksaan Anak Yang Belajar Al Qur'an

Investigasi dari BBC selama 18 bulan di negara Sudan. Wartawan menyamar sebagai ustadz dan masuk ke 23 pesantren di Sudan, yang disebut "khalwa" di sana. Yang ditemukan adalah anak yang disiksa, dirantai, dipukul, dihajar pakai rotan dan kayu, tidak diberikan bantuan medis, tidur di lantai, dikasih makanan seperti yg dikasih ke binatang, dan dipaksa mengemis di jalan dan berikan uang kepada kyai yang punya pesantren. Kalau tidak mencapai target, dihukum. Kalau coba melarikan diri, dihajar, dirantai, dan dipenjarakan. Ada anak yang dihajar sampai kulit punggungnya terkelupas, dan dia hampir mati. Ada yang menjadi cacat seumur hidup, dan ada yang meninggal dunia. Orang tua yang miskin di kampung kirim anaknya ke pesantren utk dapat pendidikan agama, dan setelah itu dilepaskan bertahun-tahun tanpa ketemu lagi, jadi orang tua tidak tahu tentang apa yang menimpa anaknya.

Banyak Muslim bingung kenapa orang non-Muslim tidak merasa terpesona dengan umat Islam dan malah membenci kita. Video BBC seperti ini menjadi bagian dari sebabnya. Ketika banyak anak disiksa atas nama "pendidikan agama", para ustadz setempat biarkan, dan tidak bersikap keberatan. Dan para ustadz di negara lain (seperti Indonesia) malas untuk mengetahui hal ini, dan hanya mau sebut "oknum" saja. Tidak ada rasa harus ikut bertanggung jawab terhadap kualitas umat Islam di seluruh dunia. Kalau umat Muslim ditindas di suatu tempat, Muslim di seluruh dunia teriak. Tapi ketika anak Muslim disiksa oleh ustadz atas nama agama, semuanya diam.

Jadi orang non-Muslim sering lihat hasil investigasi seperti ini dan mereka berpikir, "Begini caranya Muslim mendidik anaknya. Jangan heran kalau ada yang menjadi sadis. Lihat cara mereka dididik!" Saya sudah lihat banyak hasil investigasi seperti ini, dari berbagai negara. Tapi rata2 tidak menjadi berita di Indonesia, dan kalaupun menjadi berita, langsung dilupakan dalam 1 hari. Orang non-Muslim malah ingat bertahun-tahun, di saat orang Muslim sibuk buang muka dan tidak mau tahu. Kalau berani untuk memahami apa yang dilihat oleh orang non-Muslim ketika melihat umat Islam, silahkan tonton video ini.
-Gene Netto

PERINGATAN: Di video ini, anak Muslim disiksa dan dirantai oleh ustadz di dalam pesantren di Sudan. Jangan nonton kalau tidak sanggup melihatnya.

Video: Sudan khalwas: Undercover in the schools that chain boys
https://www.bbc.com/news/av/world-africa-54571814

Murid Sekolah di Negeri Ini Dirantai & Disiksa Guru, Tak Patuh Dijebloskan ke Penjara
Rabu, 21 Oktober 2020 16:08 WIB
https://www.indozone.id

10 March, 2020

Kasus Guru Cabuli Siswa Dalam 5 Minggu Terakhir

Di group guru, ada yang bahas kasus guru cabul. Saya tanya, apa mau lihat sebagian dari koleksi saya (beritanya). Katanya jangan. Di group itu tidak pernah ada yang mau bahas topik itu. Tapi saya berikan saja daftarnya. Ada di bawah kalau mau lihat.

Mohon dipahami, ini HANYA dari 5 minggu terakhir, dan HANYA kasus pencabulan (masih ada kasus kekerasan juga), dan ini HANYA kasus yang ketahuan karena pelaku ditangkap polisi, lalu masuk berita. KPAI menduga ada ribuan kasus lain yang tidak terdeteksi, dan para pelaku masih aktif cabuli, perkosa, atau sodomi siswa setiap hari di berbagai sekolah di seluruh negara.

Para guru BISA PEDULI, kalau mau. BISA BELAJAR ttg ciri2 seorang guru yang menjadi pelaku. BISA MEMAHAMI ciri2 seorang anak yang sudah menjadi korban. BISA MENCARI tanda2 itu, dengan cara waspada dan memantau siswa dan guru lain. Lalu kalau ketemu seorang korban, BISA MELINDUNGI anak itu dari kejahatan orang lain, daripada membiarkannya menderita.

Tapi faktanya, 3 juta guru buang muka dan tidak mau tahu. Ketika topik ini dibahas, reaksi umum dari guru adalah mereka bersikap tersinggung dan buru2 mengatakan "oknum" dan "masih banyak guru yang baik". Itu tandanya semua guru itu TIDAK MAU bertindak secara aktif untuk menyelamatkan anak kecil. Lebih utamakan gensi pribadi korps guru daripada utamakan keselamatan anak.

Kasihan orang tua Indonesia yang berharap para guru akan peduli pada semua anak dan berusaha melindunginya SEBELUM menjadi korban pencabulan. Kasihan para siswa Indonesia yang dapat guru yang utamakan perasaan hati sendiri dan gensi korps guru di atas keselamatan anak kecil.
-Gene Netto

****************
Cabuli 11 Murid, Guru SD di Sulsel Ancam Tak Beri Nilai ke Korban
05 Mar 2020. Makassar
https://news.detik.com
 

Diduga Cabuli 10 Muridnya, Seorang Guru Di Aceh Selatan Ditangkap
Sabtu, 29 Februari 2020 Aceh Selatan
https://aceh.antaranews.com

Bejat! Guru PNS di Serang Banten Cabuli 5 Muridnya
Jumat, 28 Feb 2020 Serang
https://news.detik.com

Siswi Kelas 2 SMA Dicabuli Oknum Guru Kesenian di Padang Pariaman, Diimingi Nilai Bagus & Uang Jajan
Rabu, 26 Februari 2020 PADANG PARIAMAN
https://padang.tribunnews.com

Bejat! Guru Ngaji di Blitar Cabuli Santri Anak-Anak
Feb 25, 2020 Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar
https://malangtimes.com

Guru SMP Bejat Cabuli Anak Angkat Yang Masih Berusia 3 Tahun
Selasa, 25 Februari 2020. Sorong
https://www.teropongnews.com

Guru Pramuka Sodomi Tujuh Anak SD-SMP, Karena Dulu Disodomi Pamannya
Jumat 21/2/2020 Tuban, Jawa Timur
https://www.suara.com

Miris, 12 Pelajar SMP di Empat Lawang Dicabuli Oknum ASN Guru Agama
13 Februari 2020 Palembang
https://sumsel.idntimes.com

Guru Bejat Cabuli Siswa SMP di Banjarnegara, Pelaku Lampiaskan Nafsu Tiap Dua Minggu
Rabu, 12 Februari 2020 Banjarnegara
https://jateng.tribunnews.com

Oknum Guru di Sumut Ditangkap, Cabuli Siswa Pakai Modus Pijat Agar Pintar
Rabu, 29 Jan 2020 Medan Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
https://news.detik.com

Ini Modus Guru Ponpes Cabuli 2 Santrinya Berulang Kali
03/02/2020 Kecamatan Dente Teladas, Tulang Bawang, Lampung
https://regional.kompas.com

Dicabuli Gurunya, Siswi SD Hamil 6 Bulan
Minggu, 02 Februari 2020 Kupang
https://www.goriau.com

Dalih Pahala, Guru Ngaji Cabuli 8 Siswi SD Saat Ajarkan Salat
Sabtu, 01 Februari 2020 | Kota Serang, Banten
https://banten.suara.com


24 February, 2020

Apa Benar Kebanyakan Pesantren Aman?

[Komentar]: Jumlah pesantren itu ribuan, dan kebanyakan aman dan amanah dibandingkan pesantren dengan kasus2 sodomi, pemerkosaan dan pencabulan. Jangan takut memondokkan anak!

[Gene]: Sayangnya, kita tidak tahu pesantren mana yang aman. Dalam setiap kasus baru, ternyata sudah terjadi selama beberapa tahun, jadi ada puluhan korban. Polisi tidak punya dana atau tim khusus untuk melacak semua anak yang sudah lulus dari sebuah pesantren. Jadi jumlah korban yg pasti tidak pernah ketahuan. Banyak orang dewasa tidak mau mengaku mereka pernah diperkosa atau disodomi di masa kecilnya.

Jadi percaya saja pada pesantren dengan mengatakan "kebanyakan aman" penuh risiko, karena tidak ada data akurat ttg berapa persen yang aman atau berbahaya. Hanya ada dugaan dan asumsi. Banyak anak tidak berani ceritakan kepada orang tuanya, jadi orang tua anggap anaknya aman tapi ternyata disodomi terus. Lalu sebagian korban menjadi dewasa, menikah, dan tiba2 mulai sodomi anak. Ternyata mereka mantan korban, tapi baru ketahuan setelah mereka ditangkap sebagai pelaku.

Artinya, semua anak di semua pesantren berada dalam kondisi "tidak jelas", karena tidak bisa ditentukan aman atau dalam bahaya. Dan kalau tahun ini aman, tidak berarti tahun depan tetap aman, ketika seorang ustadz baru masuk, dan ternyata dia korban sodomi dulu, dan sekarang menginap di asrama dengan seratus anak…

Tidak ada data akurat, dan tidak ada program pemeriksaan bagi semua pesantren. Juga tidak ada sistem pelaporan yang diajarkan kepada anak. Tidak ada pelatihan agar mereka tahu tidak boleh disodomi atau diperkosa oleh ustadz. Hanya ada pendidikan utk "diam dan taat" pada ustadz dan jangan menjadi anak yang kualat atau dhurhaka dengan melawan guru.

Anak di pesantren perlu pendidikan dan pelatihan khusus agar tahu bahayanya sodomi, pemerkosaan, dan pencabulan dari orang yang dekat. Tapi siapa yang mau berikan? Kebanyakan pemimpin agama tidak mau membahas ribuan kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia setiap tahun. Jadi siapa yang mau melindungi jutaan santri dari bahaya yang nyata?
-Gene Netto

Komentar Guru Tentang KPAI Setelah Guru Memukul Siswa Di Bekasi

Di Bekasi, 150 siswa dikumpulkan di halaman sekolah karena telat. Seorang siswa dipukuli oleh gurunya karena tidak pakai sabuk, dan kekerasan itu direkam. Salah satu komisioner KPAI mengatakan guru itu sebaiknya diproses secara hukum dan tidak boleh damai. Di sebuah group guru, ratusan guru menjadi marah. Banyak yang berkomentar seorang guru yang memukul siswa punya niat mendidik, jadi itu bagus karena tidak ada cara lain untuk berikan pendidikan disiplin dan karakter. Katanya guru mesti dilindungi dari tuntutan hukum kalau hajar siswa. Di bawah ini ada beberapa contoh dari ratusan komentar. Coba ingat: Mereka ini mungkin termasuk guru2 yang mendidik anak anda di sekolah.
-Gene Netto

*********************

Siswa di manja guru disiksa

Komisi Pemanjaan Anak Indonesia

ko provokatif, terus peran KPAI apa dalam mendampingi dunia pendidikan ini?????

Segitu bencinya dia kepada Guru

KPAI semakin sok suci dan sok pintar

PECAT SAJA KETUA KPAI

KPAI BAIKNYA DIBUBARIN

KPAI tolol

Dulu mendidik dan mngajar pakai kekerasan nggak apa2 malah siswa(i) nya banyak yg pintar dan sukses.

seorang guru jg manusia yg punya batas sabar dalam menghadapi siswa nakal.....jika siswa tsb lancang dan menghina harga diri si guru maka jgn salahkan guru tsb jika memukul

Agent pengancuran.sok tahu

Kalau guru selalu dipojokkan dalam mendidik siswa, sebaiknya PGRI atau IGI membentuk KPGI alias Komisi Perlindungan Guru Indonesia. Sekarang ini guru selalu diposisikan di pihak yang salah dalam mendidik.

pingin nabok bibirnya yg jedir saya

Kiamat makin dekat

Model KPAI aliran Dajjal

Coba KPAI turun kesekolah -sekolah ( seperti guru BK) biar tau dilapangan seperti apa?

HAM tdk dikenal oleh Tata tertib Sekolah, Peraturan Negara, aturan Agama dan Adat istiadat... Kalo membina siswa dianggap melanggar HAM berarti KPAInya sakit..

Yang paling banyak menanggung dosa siswa kepada gurunya adalah Ibu ini..

Semakin kpai bela siswa dgn cara menyalahkan guri maka lama2 kelamaan guru akan mengajar saja tanpa peduli dgn siswa, dan siswa sebaliknya akan semakin melunjak

Ambil aman aja. Ngajare cuma nyampaikan materi aja. Bah murid telat, bah gak mau masukin baju, bah makan di kelas. Pokoke guru cuek aman. Tetap senyum ya

Saya kls 6 Sd dipukul guru dg buku tebal th 1976 setengah hari telinga saya kurang normal saya jadi berterima kasih pada pak Zulfahmi yg tegas hari ini saya sukses telah jadi guru yg berkatakter lebih 30 th

Biar KPAI aja yg ngajar, 1 semester aja cukup. Kira" bisa apa ndak.

Jangan pernah mendisiplinkan siswanya ya rekan2 sekalian. Ada KPAI lhooo... Yg akan menghukum rekan2 sekalian. Ingat ada KPAI lhooo

Ini sepertinya uud ada misi pembiaraan kenakalan remaja yg tdk ter arah arahnya, bakal hancur moral anak bangsa di kemudian hari dgn pola didikan pembiaran begini

Selamat.. berarti sekarang guru hanya mengajar saja tidak perlu mendidik, biar siswa di didik oleh KPAI....

Memukul karena kasih sayang beda dng memukul karena pengen babak belur.. di sisi guru beda dengan sisi masyarakat..

"Guru Galak" dengan tujuan mendidik Lha kok disalahkan ..... Giliran ada "Siswa brutal dan berbuat onar" guru juga disalahkan ...... Trus Guru harus bagaimana ?????

Siswa berkelahi, guru disalahkan. Siswa bully temen, guru disalahkan. Siswa merokok, ditegur guru, lalu siswa melawan gurunya, guru tetap disalahkan. Siswa tidak mau solat dhuha, disuruh push up ama gurunya, guru disalahkan. Siswa rambut gondrong, sudah diingatkan beberaoa kali, akhirnya dipotonglah rambutnya oleh gurunya, guru disalahkan. MEMANG GURU SELALU SALAH... PIYE IKI?

KPAI itu cari power...agar mereka juga terkenal kasihan...pahlawan kesiangan...

KPAI itu banyak omong, saya mau tau seperti apa mereka2 itu mendidik anaknya di rumah.. Orang tua jaman sekarang juga banyak yang manjain anaknya giliran anaknya bandel yang disalahkan guru..

guru nyubit atau mukul bukan dengam tujuan menyakiti ingat itu bu KPAI.. itu cuma.untuk efek jera.. agar dia ingat dg kesalahan yg dia lakukan..

Kalo aturannya sdh mirip aturan preman, maka harus diselesaikan secara preman juga.

Yok guru rame2 kekantor kpai, minta ajarin sama kpai cara ngajar yg bener

*********************
Guru di Bekasi Pukul Siswa yang Telat, KPAI: Proses Hukum, Jangan Damai!
https://news.detik.com

10 Siswa Tewas Dalam Kegiatan Outbound Pramuka

Ratusan anak ikuti acara outbound Pramuka di Sleman dan melakukan kegiatan susur sungai. Dikatakan ada 7 guru yang ikuti acara itu, tetapi jumlah anak tidak jelas. Dari total 250 anak yang seharusnya ikut, mungkin hanya 150 yang hadir. Jadi jumlah pastinya tidak diketahui. Ketika mereka jalan di pinggir sungai, tiba2 ada kiriman air besar dari gunung, dan sejumlah anak hanyut. Sudah ada 10 anak yang dipastikan tewas. Kepala sekolah mengaku tidak tahu ada acara Pramuka pada Jumat sore, karena tidak ada yang lapor kepadanya.

Sudah saya katakan berkali-kali. Anak anda tidak aman. Kenapa bisa ada kejadian terus? Karena para orang tua tidak sadar ada bahaya dan kurang peduli pada anaknya orang lain. Ketika ada rencana 250 anak mau masuk sungai di musim hujan, seharusnya orang tua protes. Seharusnya kepala sekolah dan para guru sadari bahayanya karena ini musim hujan, jadi sungai tidak aman, dan jumlah anak terlalu besar, dan penjagaan kurang.

Bagi orang tua yang tidak paham, seorang guru akan kesulitan mengawasi 10 anak. Ketika fokus pada 7 anak, tiba-tiba 2 anak ribut, dan ketika fokus pada mereka, 1 anak bisa pergi tanpa ketahuan. Jadi 10 anak saja bisa sulit diawasi setiap detik, apalagi 250 anak, di pinggir sungai, dengan panjangnya barisan anak mencapai 100-300 meter…

Tolong. Bangun dari dunia mimpi. Jangan mengatakan ini takdir dan musibah. Ini kelalaian dan kebodohan dan bukti bahwa banyak guru tidak profesional. Di luar negeri calon guru "dicuci otak" terus: Yang paling penting adalah keselamatan anak. Percuma dapat nilai tinggi kalau dikembalikan kepada orang tua dalam kondisi buta, cacat, lumpuh, atau sudah menjadi mayat. Perlindungan dan keselamatan siswa nomor satu. Tapi di Indonesia tidak begitu. Para guru tidak perlu utamakan keselamatan anak, karena orang tua dan siswa diam, jadi para pejabat juga diam, jadi para guru bisa diam juga.

Tolong bangun dan bersatu, sebelum anak yang anda kenal menjadi korban. Menjadi marah sekarang, protes dengan tegas, dan menuntut guru dan sistem pendidikan yang berkualitas untuk semua anak Indonesia.
-Gene Netto

8 Siswa Tewas Dalam Kegiatan Outbound Pramuka
Kompas.com - 22/02/2020, 14:43 WIB
https://regional.kompas.com

23 February, 2020

Kisah Siswa Dipukul dan Dicekik Guru Olahraga Gara-gara Belum Cukur Rambut

Banyak anak Indonesia kena masalah di sekolah karena dua hal: seragam dan rambut. Banyak guru merasa dilantik menjadi setara sersan di tentara, jadi anak kecil diwajibkan punya disiplin gaya tentara tanpa jelas tujuannya atau manfaatnya dalam ranah pendidikan.

Banyak orang tidak tahu para guru hanya mulai pedulikan rambut siswa sejak masa Petrus tahun 80-90an. Di saat itu, rambut panjang dan tato dianggap punya arti kriminal, preman, anti-sosial, dan anti-pemerintah Orde Baru. Jadi rambut panjang tiba2 dilarang di semua sekolah. Sebelumnya, guru cuek saja dan rambut anak dianggap urusan orang tua.

Mungkin bisa dicoba sistem yang lain. Menteri Pendidikan bisa keluarkan permen yang melarang guru mengatur rambut siswa, dan hal itu diserahkan kepada orang tua anak saja. Dan sekaligus, melarang guru mengatur seragam siswa dengan sikap militer, yaitu seragam harus sempurna dan kalau tidak, kena hukuman. Selama pakai baju dan celana yang benar, yang lain bisa diabaikan saja (urusan orang tua kalau anaknya kurang rapi). Atau, bisa dicoba dulu satu semester tanpa seragam (baju bebas) di satu propinsi atau seluruh negara, lalu dilakukan evaluasi terhadap kebijakan itu.

Sudah terlalu banyak siswa yang menjadi korban kekerasan disebabkan perasaan dan persepsi pribadi seorang guru. Mungkin sudah waktunya untuk selamatkan 60 juta siswa dari guru yang merasa rambutnya anak "terlalu panjang" dan seragamnya "kurang rapi".
-Gene Netto

Kisah Siswa Dipukul dan Dicekik Guru Olahraga Gara-gara Belum Cukur Rambut
Kamis, 20 Februari 2020. Seorang siswa berinisial A kelas X Madrasah Tsanawiyah ( MTs ) di Ciamis, Jawa Barat diduga jadi korban penganiayaan guru olahraganya sendiri. Berdasarkan laporan, guru olahraga menampar, memukul dua kali, dan mencekik korban. Korban lalu mengalami trauma dan luka lebam di pelipis kedua matanya. "Korban mengalami luka lebam di dua pelipis matanya sampai menutupi penglihatannya," ujar Ato.
https://jateng.tribunnews.com

19 February, 2020

Seorang Guru Bongkar Kasus Pencabulan Terhadap Dua Anak SD

Ini bukti dari apa yang saya bicarakan terus. Seorang guru yang peduli pada anaknya akan sadar kalau seorang anak berubah. Dalam kasus ini, tiba-tiba dua anak SD menjadi pendiam dan melamun, padahal biasanya tidak begitu. Gurunya menjadi curiga dan bertanya. Anak takut menjawab. Tapi guru itu tidak menyerah, dan tetap pancing informasi terus dengan sikap lembut. Akhirnya anak2 itu berani ceritakan bahwa mereka diperkosa oleh sepupunya sendiri, yang masih seorang anak SMA.

Dalam kasus2 yang lain, seorang guru (atau kadang juga orang tua) melihat anaknya berubah, lalu mereka bertanya, tidak dapat jawaban, jadi anak itu diabaikan. Kalau semua guru mau mencari indikasi seorang anak telah dicabuli, maka daripada seorang anak menjadi korban bertahun-tahun, banyak yang bisa diselamatkan setelah satu kali. Dan karena pelaku ditangkap dia tidak akan bisa cabuli anak2 yg lain. Semuanya bermulai dengan kepedulian orang dewasa, terutama para guru. Sayangnya, kebanyakan guru dan orang tua tidak mau membahas masalah ini. Menunggu terjadi di depan mata, baru mulai berpikir.
-Gene Netto

Dicabuli Sepupunya, Dua Bocah Ingusan Kerap Menangis dan Banyak Melamun
telusur.co.id - Parapat, Simalungun, Sumatera Utara. Kakak beradik sebut saja Bunga (9) dan Ayu (8) yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) ini menjadi korban bejat sepupunya sendiri. Bunga dan Ayu dicabuli oleh sepupunya, AS (16). AS masih berstatus pelajar SMA kelas 2. Akibat ulahnya, AS langsung dibawa polisi ke PPA Polres Simalungun.

Dari pengakuan korban, AS sudah berulang kali melakukan hal tak senonoh itu. “Kalau kami nggak mau, kami dipukul, dicubit, kadang juga dibuat cabe ke luka bekas pukulan Uda’ (paman) itu,” aku korban. Kedua kakak beradik itu juga mengatakan AS kadang meminta ‘dioral’. Kedua korban itu pun menunjukkan bekas cubitan dibagian paha, lengan, jidat, bibir, dan banyak lagi lebam-lebam ditubuh kakak beradik itu. “Kemaluan kami pun terasa sakit,” ujar kedua kakak beradik tersebut. [Asp]
https://www.telusur.co.id

Anak SD Tewas Saat Pelajaran Ekstrakurikuler Renang

Berita seperti ini muncul terus. Ada dua masalah. Pertama, anak yang mati dalam kegiatan resmi sekolah, di dalam pengawasan guru, terlalu sering terjadi. Ketika seorang anak mati, pihak sekolah ucapkan belasungkawa, ustadz mengatakan "takdir", dan simsalabim, masalahnya selesai. Kadang orang tua juga disuruh membuat surat pernyataan tidak akan menuntut pihak sekolah, atau pemilik kolam renang dsb. Kematian anak jangan sampai ganggu operasional sekolah atau perusahaan swasta.

Kedua, dalam sejarahnya anak tenggelam di seluruh dunia, tidak ada satupun anak yang pernah diselamatkan dengan cara "ditaruh di dalam mobil dan dibawa jalan keliling kota selama 30 menit untuk mencari rumah sakit." Anak yang sudah tenggelam kadang bisa diselamatkan dengan napas buatan dan kompresi jantung (CPR). Teknik ini diajarkan dalam kelas P3K. Di negara maju, guru wajib atau dianjurkan belajar P3K. Di sana, guru mengerti: anak tidak bernapas = guru harus bantu anak bernapas secepatnya.

Sedangkan di Indonesia, guru punya pemikiran yang berbeda: Anak yang tidak bernapas harus diangkat, dibawa keluar dari lokasi kolam renang, dicari mobil, ditaruh di dalam mobil, keluar parkiran, ngebut di jalan, berhenti di lampu merah, klakson dan teriak karena macet, suruh orang maju, orang tidak maju, klakson dan marah lagi, lewat lampu merah, klakson dan ngebut, dan setelah puluhan menit, akhirnya sampai sebuah puskesmas atau rumah sakit, berhenti di depan, ambil anak dari mobil, dibawa ke dalam, dikasih ke dokter… dan dokter menyatakan, "Anak ini sudah mati!"

Para guru Indonesia perlu diwajibkan atau dianjurkan ikut kursus P3K, dan guru yang awasi kegiatan renang harus ditentukan sekian guru per sekian siswa, dan salah satu guru wajib punya sertifikasi P3K. Dan kalau tidak bisa memenuhi semua syarat itu, kegiatan renang tersebut menjadi DILARANG. Semua guru harus diajarkan: Ketika seorang anak tenggelam, harus dibantu saat itu juga dengan kompresi jantung dan napas buatan, BUKAN dengan dibawa jalan2 naik mobil selama puluhan menit dalam kondisi tidak bernapas.
-Gene Netto

Seorang Murid SD Negeri 1 Abung Jayo Tewas Saat Pelajaran Ekstrakurikuler Renang
https://hariansiber.com


14 February, 2020

Apa Anak Harus Masuk Sekolah Pada Jam 6:30 Pagi?

Kemarin ada berita ttg 150 siswa yang telat di Bekasi, dan seorang guru direkam menghajar seorang siswa. Di Indonesia, reaksi banyak guru terhadap siswa yang telat adalah melarang mereka masuk kelas, memberikan hukuman, panggil orang tua utk menghadap guru saat itu juga, marahi siswa, mempermalukan mereka, atau gunakan kekerasan terhadapnya.

Di negara lain, di mana sistem pendidikan berbasis riset, banyak hal bisa diubah untuk memperbaiki sistemnya, termasuk perubahan pada jam masuk sekolah. Sudah ada sebagian sekolah SMP dan SMA yang mulai jam 10 pagi (kebanyakan mulai jam 9 pagi). Berdasarkan riset. Hasilnya? Nilai semua siswa meningkat, yang bolos menjadi hampir nol, keributan antar siswa berkurang, masalah tata tertib berkurang, dan siswa selesaikan PR dan tugas lain tanpa kesulitan. Suasana sekolah berubah, dan menjadi penuh siswa dan guru ceria. Bahkan ada sekolah yang sediakan waktu dan tempat untuk tidur siang sejenak, dan ada yang berikan layanan konseling dan juga terapi pijit bagi siswa yang lagi stres tinggi.

Disebabkan perubahan jam masuk saja, siswa menyatakan mereka menjadi lebih bahagia di rumah dan di sekolah, dan menjadi lebih fokus pada masa depan yang baik. Penyebabnya? Mereka dapat kualitas tidur yang lebih baik pada usia remaja. Kenapa itu penting? Karena riset membuktikan perubahan besar yang terjadi pada otak dan tubuh manusia pada usia remaja, sehingga banyak anak perlu tidur 8-12 jam per hari utk beberapa tahun, untuk dapat pertumbuhan maksimal. Setiap anak punya kebutuhan berbeda.

Negara lain minta profesor melakukan riset dan memberikan rekomendasi. Di Indonesia, tiga juta guru teruskan status quo, dan suruh siswa diam dan taat pada guru, karena guru selalu benar, karena sekolah milik guru saja, dan sistem yang sudah berlaku harus diteruskan. Riset dibuang ke laut saja. Diam dan taat menjadi prioritas, bukan usaha mencari sistem pendidikan terbaik untuk masa depan.

Banyak dari 60 juta siswa di sini merasa sebagai tahanan di penjara, bukan pemilik dan bagian penting di sistem sekolah yang dibangun dengan pajaknya orang tua mereka. Bahkan gaji guru dibayar oleh orang tua siswa, yang berarti guru seharusnya bersifat sebagai "pelayan" terhadap siswa dan orang tua, bukan diktator. Kalau kita mau peduli pada masa depan Indonesia, mari kita mulai peduli pada sistem pendidikan, dan pihak sekolah dan pemerintah harus terima siswa dan orang tua sebagai mitra, dan bukan tahanan yang harus dibuat takut dan tunduk.
-Gene Netto

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...