Labels

alam (8) amal (100) anak (293) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (18) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (564) islam (546) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (96) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (48) my books (2) orang tua (7) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (171) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

09 May, 2009

Renungan Malam – Merasa Miskin Sementara

Assalamu'alaikum wr.wb.,

Mengalami penurunan uang ada dua sisi. Pada satu sisi ada rasa enak. Bisa mengurangi pengluaran dan tidak beli yang tidak dibutuhkan (tidak penting). Jadi, bisa mengalami kehidupan yang dirasakan oelh mayoritas penduduk di sini dan seluruh dunia. (Mayoritas dari semua orang di dunia hidup dengan uang kurang dari $2 per hari!)

Jadi, ada rasa "miskin sementara" walaupun tidak semiskin pemulung dan pengemis, atau petani dan anak yatim. Pakaian masih cukup mewah, dan masih punya Hp yang mahal. (Dan juga komputer dan internet). Jadi bukan "miskin" yang sebenarnya, tetapi tidak bisa hidup terlalu makmur. Bisa merasa bersyukur kalau ada teman yang traktir ngopi (kaya tadi). Tagihan hanya 60 ribu, tapi 60 ribu sudah berubah menjadi mahal. Hehe

Tetapi pada sisi lain, ada juga rasa sedih. Tidak bisa bantu orang seperti yang biasanya dilakukan. Ada seorang anak SD yang menjadi pemulung dekat rumah aku. Setiap beberapa hari, aku melihat dia berjalan kali dengan masih memakai seragam sekolahnya. Dia masuk ke bak sampah dan mencari botol atau koran.

Dari beberapa bulan yang lalu, aku punya kebiasaan memberikan uang 50 ribu kepada dia setiap kali melihatnya. Biasanya hanya seminggu sekali melihat dia, karena waktu aku keluar-masuk tidak sama setiap hari. Dulu, 50 ribu tidak terasa berat untuk satu anak yang masih bertahan sekolah. Tetapi sekarang, 50 ribu terasa besar. Dan aku jadi mikir 2 kali sebelum kasih uang kepada dia. Minggu kemarin aku melihat dia dari jauh saat aku beli minuman. Karena dia tidak dekat, dan karena aku menjadi "hitung2an" aku tidak berusaha mengejar dia untuk memberikan uang.

Jadi, ada sisi baik dan sisi buruk kalau uang kita berkurang untuk sementara. Kita bisa belajar untuk lebih bersyukur atas uang yang ada sebelumnya, sehingga kita bisa hidup dengan makmur atas izin Allah. Tetapi pada saat yang sama, kita menjadi ragu2 untuk membantu orang lain karena takut bahwa kita sendiri yang akan mengalami kekurangan, sehingga mungkin kita harus minta pinjaman dari teman. Kebanyakan orang akan berfikir, "Daripada uang aku kurang, tidak usah kasih orang miskin dulu". Sayang sekali kalau kita mengalami perasaan seperti itu.

Sesungguh kekuasaan Allah itu besar, dan yang kita anggap uang yang banyak sebenarnya adalah jumlah yang sepele bagi Allah SWT. Ada orang yang pernah diskusi sama aku, dan dia mengatakan bahwa kita wajar kalau lebih hati2 dengan uang kita, karena, katanya, "Uang tidak tumbuh di pohon seperti daun!" Sambil senyum, saya hanya mengatakan, "Tetapi kalau Allah menghendaki..."
Dia ketawa, dan mengatakan, "Iya, tetapi tidak mungkin!"
Aku jawab, "Iya, dan kalau kamu terbiasa mengatakan 'tidak mungkin' buat apa Allah mau buktikan bahwa itu mungkin? Kamu tidak yakin pada Allah, jadi buat apa Allah tumbuhkan uang di pohon? Nanti kalau kamu melihatnya, kamu tidak akan percaya bahwa itu dari Allah!"

Aku tambah lagi, "Coba merasa yakin dulu pada Allah, dan tidak usah takut! Rezeki yang Allah siapkan bagi kamu tidak akan bisa dirampas oleh 1 juta preman, dibantu pula oleh 1 juta setan! Allah yang Maha Kuasa! Kalau yakin, tidak akan ada rasa takut!"

Kira-kira begitulah renungannya pada malam hari ini (Renungan Malam yang pertama). Semoga bermanfaat. Dan jangan sampai kita merasa takut kasih uang kepada anak yatim, walaupun dompet menjadi kosong! Yakin pada Allah saja. Dan bantulah orang miskin dengan mengucapkan "Bismillah hirrahman nirahhim". Tidak usah teriak! Allah Maha Mendengar juga!

Wabillahi taufik walhidayah,
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarahkatuh.
Gene

2 comments:

  1. >>> "Coba merasa yakin dulu pada Allah, dan tidak usah takut! Rezeki yang Allah siapkan bagi kamu tidak akan bisa dirampas oleh 1 juta preman, dibantu pula oleh 1 juta setan! Allah yang Maha Kuasa! Kalau yakin, tidak akan ada rasa takut!"Iya, bener ya. Kita itu selalu berkata dan merasa yakin bawa kita beriman teguh sama Allah tetapi kita malahan menjalani hidup dengan banyak rasa takut dan khawatir yang ngga penting. Takut inilah takut itulah. Jadinya iman kepada Allah itu cuman nyampe di bibir aja. Tidak tertanam kuat dalam hati. Padahal kalo Allah sudah berkehendak, jangankan uang dan harta yang berlimpah, nyawa aja dalam sekejap bisa diminta balik. Jadi memang tidak bole ada kekhawatiran dan rasa takut saat akan membantu orang lain.

    Lagian Allah juga sudah memberitahu lewat Al-Qur'an ya dan tidak mungkin Allah tidak akan merealisasikan hal tersebut. Mungkin tidak sekarang kita terima balasannya saat kita menjalani kehidupan di dunia tetapi musim panennya nanti, di akhirat. Kalo umat Islam, kita harusya percaya dong akan adanya hari akhirat.

    Q.S.99:7.
    Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.

    Q.S.99:8
    Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.

    Cuman yang aku pikir sedikit berat adalah orang-orang yang memang tidak pernah merasa "miskin" selama hidupnya. Perjuangannya mungkin akan lebih terasa berat ya karena bisa jadi dia benar2 kurang memiliki sensitivitas dengan orang lain. Biar kata, orang depan matanya sekarat mati kelaparan mungkin dia akan acuh saja.

    Tapi bisa jadi juga kalo seseorang pernah megalami rasa "miskin" trus malahan membuat dia trauma. Merasa kapok untuk miskin lagi heheh. Jadinya setelah diberi kelapangan rezeki malahan menjadi pelittt banget.
    Pelit itu penyakit yang susah dicari obatnya heheh.

    Gene, kalo tidak keberatan. Aku mau bertanya nih, tiba-tiba kepikiran aja satu hal.
    Apakah perhatianmu yang begitu besar terhadap anak yatim dan orang miskin itu adalah memang bawaan sejak lahir (hahaha...) atau baru demikian terjadi sejak memeluk Islam menjadi seorang muslim ?
    Kalo ini menyentuh private area, tidak dijawab juga tidak mengapa. Maaf ya Jini.

    Karena kalo menjadi sosok seperti ini baru sejak menjadi muslim, kok banyak orang Islam di dunia (temasuk saya) yang tidak memiliki sifat sosial dan perhatian besar kepada kesusahan orang lain seperti pembawaanmu ya.
    Apa resepnya Jini ? Bagi-bagi dong.

    Terimakasih banyak untuk kultumnya.

    ReplyDelete
  2. Assalamu’alaikum wr wb

    Alhamdulillah, ada kultum online sekarang jadi ada waktu buat muhasabah dan kontemplasi ya.Saya salut dan iri dengan orang-orang yang mampu memberikan semangat dan inspirasi bagi orang lain untuk berbuat kebajikan, tidak semua orang bisa demikian, kecuali orang-orang yang berbicara dari hati dan senantiasa menyamakan perkataan dengan perbuatan, baru kata-katanya bisa punya atsar buat orang lain.

    Sebagai seorang manusia biasa, kondisi ‘merasa kaya’ dan ‘merasa miskin’ adalah keniscayaan yang pasti kita rasakan dengan dua penyikapan yang berbeda. Kita baru bisa ’merasa kaya’ saat menyadari betapa beruntungnya keadaan kita sekarang dibanding orang lain yang hidup serba kekurangan, walaupun keadaan kita saat ini juga tidak terlalu serba ada, tapi apapun itu, harus kita syukuri dan tetap menumbuhkan rasa empati dan berbagi sebatas kemampuan yang kita miliki.Menurut sebuah penelitian, mereka yang memiliki rasa syukur setiap hari lebih memiliki jiwa sosial yang lebih baik dibandingkan mereka yang suka berkeluh kesah, sikap bersyukur kini terbukti secara ilmiah memicu pula aneka manfaat lain. Di antaranya manfaat kesehatan jasmani, ruhani dan kehidupan bermasyarakat yang lebih baik.Inilah nikmat yang Allah janjikan.

    "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." [Al Quran, Ibrahim, :7].

    Sebaliknya ‘merasa miskin’ akan menjadikan kita orang yang bisa bersabar dan penuh keyakinan bahwa hanya Allah saja yang bisa melapangkan dan menyempitkan rizki seseorang dibalik ikhtiar yang dilakukannya sebagai cobaan bagi manusia, agar terlihat mana yang sabar dan mana yang ingkar.

    "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
    kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
    gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila
    ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi
    raaji'uun " [Al Baqarah:155-156]

    Sayangnya banyak orang yang bisa bersabar dalam keterbatasan tapi tak banyak orang yang bisa bersyukur saat diberikan kemudahan dan harta, cenderung lebih banyak yang lupa diri dan tak lagi mau berbagi.Wallahua'lam.

    Wassalamu'alaikum wr wb

    tara

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...