Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (557) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (179) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

14 January, 2009

Kalau Mau Golput, Tolong Siapkan Puluhan Trilyun Rupiah Dulu

Assalamu'alaikum wr.wb. 

Dari diskusi di blog saya, sepertinya ada yang salah paham argumentasi saya tentang pemilu, demokrasi dan golput. Biar lebih jelas, saya tulis di sini sebagai post baru (daripada di chatbox). Kalau mau berbeda pendapat, silahkan. 

Ada orang yang menyuruh kita semua golput dengan argumentasi demokrasi haram, tidak ada dalil, dan harus ada sistem kekhalifaan yang menggantikan demokrasi. Mungkin ada yang anggap demokrasi itu berasal dari Amerika, padahal akar demokrasi ada di bangsa Yunani ribuan tahun yang lalu. Demokrasi yang paling tua sekarang ini adalah di Inggris, di mana, pada beberapa ratus tahun yang lalu, Raja (sebagai penguasa mutlak) melepaskan kekuasaan secara bertahap dan izinkan rakyat membentuk parlemen dan pemerintah, dan menciptakan hukum negara yang harus dituruti semua. Tindakan itu, secara pelan, menghasilkan sistem demokrasi yang kita kenal sekarang dan menjadi lebih lengkap di negara baru seperti Amerika, yang lepaskan diri dari kekuasaan seorang raja dan membentuk posisi presiden.

Mungkin ada yang anggap dari komentar saya bahwa saya menentang semua argumentasi untuk khalifa dan hukum syariah. Tetapi sebenarnya, saya lebih terfokus pada perlawanan terhadap sikap golput yang saya nilai sangat negatif untuk masa depan negara ini. Argumentasi saya bukan pendapat emosional (atau anti-Islam) tetapi argumentasi saya insya Allah hanya sebuah pendapat yang logis saja.

Coba berfikir seperti ini: Bayangkan ada dua partai saja di Indonesia, partai A dan B. Dari pengalaman, terbukti partai A penuh dengan koruptor, dan siap mendukung diktator, asal mereka dan para kroninya bisa kaya raya. Kehidupan masyarakat tidak dipedulikan selama para penguasa bisa kaya. 

Kemudian, ada partai B. Dari pengalaman, partai ini punya banyak anggota yang insya Allah beriman dengan baik, jujur, adil, bijaksana, profesional dan mereka siap membentuk pemerintahan yang bersih demi kepentingan rakyat. (Partai B juga disebut “partai Islam”). 

Di Indonesia ada sekitar 150 juta pemilih. Lalu orang yang ingin menentang demokrasi datang dan mengatakan "Demokrasi haram. Tidak ada dalil. Golput saja!" Setelah itu, 100 juta orang nurut dan menjadi golput. 50 juta orang yang tersisa dibujuk dengan sembako untuk pilih partai A, partai koruptor. Setelah partai A menang, uang negara kembali dirampas, orang kuat kembali berkuasa, pelanggaran HAM mulai terjadi di mana-mana, orang miskin tidak punya hak lagi, dan rakyat hidup dalam kesulitan. 

Saat 100 juta orang yang golput itu merasa menderita lagi, mungkin mereka akan mengeluh kepada orang yang menyuruh mereka semua golput. Kalau keadaan seperti itu muncul, orang yang mendukung sikap golput akan berani katakan apa? Kalau saya lihat, hanya ada 2 jawaban yang wajar dari mereka (para pendukung golput). 

Yang pertama, mungkin mereka akan mengatakan, "Kami bertanggung jawab. Kami salah menyuruh golput. Anak yatim dan orang miskin sudah banyak yang mati kelaparan sekarang karena kami menyuruh golput, dan oleh karena itu, partai koruptor menjadi berkuasa. Ini semua kesalahan kami yang menyuruh golput. Kami mohon maaf. Seharusnya kami izinkan kalian semua (orang yang beriman) memilih partai yg paling baik dan bersih dari pilihan yang ada." 

Atau sebaliknya, mungkin yang menyuruh golput akan mengatakan, "Ini bukan kesalahan kami. Memang benar kami suruh golput, dan oleh karena itu 100 juta orang yang beriman menjadi golput semua. Sekarang, para koruptor kembali berkuasa. KPK sudah dibubarkan. Para penguasa yang dzalim kembali merampas hak masyarakat, dan banyak anak yatim serta orang miskin hidup dalam kesulitan dan bahkan ada banyak yang mati kelaparan. TETAPI JANGAN SURUH KAMI BERTANGGUNG JAWAB. Ini bukan kesalahan kami. Kami pengen punya khalifa saja. Kok belum ada ya?”

Artinya, setelah partai para koruptor berhasil mendapatkan kekuasaan (dengan cara apapun) dan negara menjadi lebih buruk, orang yang sebelumnya menyuruh golput mau katakan apa? Apakah mereka akan merasa BERTANGGUNG JAWAB atas kematian setiap anak miskin yang tidak bisa dapat nafkah hidup dari pemerintah karena uang rakyat dikorupsi terus? Atau apakah pendukung golput akan merasa TIDAK BERTANGGUNG JAWAB, dan tidak peduli pada keadaan masyarakat yang terwujud setelah 100 juta orang beriman menjadi golput, yang secara langsung memberikan kekuasaan pada partai koruptor?

Menurut saya, ini sebuah argumentasi logis di mana kita punya 2 pilihan yang jelas di depan mata. Kita bisa mendukung partai yang bersih, atau kita bisa abaikan hak memilih kita dan biarkan orang lain merampas kekuasaan. Kalau ada orang yang mau menyuruh kita semua golput, seharusnya mereka siap bertanggung jawab terhadap hasilnya nanti pada saat anak miskin tidak bisa hidup dan uang rakyat dihabiskan untuk kepentingan penguasa yang korup.

Kalau ada yang mau beragumentasi bahwa kita mesti mendukung khalifa saja, dan tidak boleh atau tidak usah mendukung partai politik, silahkan. Tetapi menurut saya, sebaiknya membersihkan sistem pemerintahan yang sudah ada terlebih dahulu. Sistem pemerintahan sudah ada di sini, sudah berjalan dengan struktur yang jelas, dan ada uang rakyat yang dikumpulkan dalam bentuk pajak. Jadi, pilihan yang tepat untuk sementara ini bukannya memilih antara demokrasi atau khalifa. Tetapi lebih baik bertanya “Uang rakyat, sebanyak RATUSAN TRILYUN Rupiah, sebaiknya ditaruh di tangan SIAPA?” dan setelah itu memilih partai A atau B.

Pertanyaan dan pilihan selain itu tidak penting pada saat ini. 

Tugas orang yang beriman sekarang bukan berdebat panjang-lebar tentang perlunya menghancurkan sistem demokrasi (sekarang juga) dan menggantikannya dengan khalifa (sekarang juga). Tetapi tugas yang tepat adalah memilih SIAPA yang paling baik untuk mendapatkan kekuasaan terhadap uang negara tersebut, demi kepentingan masyarakat, terutama orang miskin dan anak yatim. Kalau dalam keadaan kita sekarang ini, ada orang yang mau menyuruh golput dengan alasan apa saja, itu sama dengan dia mengatakan “Saya tidak peduli kalau uang negara diserahkan kepada koruptor! Saya tidak mau memilih yang lebih baik, padahal saya sanggup (dengan ikut dalam pemilu). Biarkan saja koruptor menang. Bukan urusan saya. Dan kalau anak yatim tidak bisa dapat nafkah hidup dari pemerintah yang korup, juga bukan urusan saya.”

Anjuran saya adalah jangan menyuruh golput, tetapi menyuruh semua orang baik yang kita kenal untuk memilih partai yang paling bersih, paling penuh dengan orang yang beragama dengan baik, orang yang paling jujur, adil, bijaksana, mulia, baik hati, sabar, dan seterusnya. Mau mendukung partai mana saja silahkan, tetapi pastikan dulu lewat analisa sendiri bahwa partai tersebut lebih baik dari yang pernah berkuasa selama ini. Caranya bisa dengan banyak membaca koran, baca isi situs partai, bertanya kepada teman-teman dan orang tua, dan seterusnya. Setelah sudah pilih, jelaskan kepada orang lain alasan anda memilih partai tersebut, dan ajak mereka memperbaiki bangsa ini dengan menempatkan uang negara di tangan orang yang (menurut anda) paling baik untuk masa depan.

Setelah pemilu sudah selesai, dan pemerintahan Indonesia sudah ada di tangan orang yang lebih baik, dan uang negara sudah mulai disalurkan kepada pihak yang paling membutuhkannya, silahkan para pendukung khalifa mengadakan seminar yang membahas sistem kekhalifaan dan bagaimana bisa diimplimentasikan secara bertahap di Indonesia untuk menggantikan sistem demokrasi yang ada sekarang. Kalau masyarakat tertarik pada ide tersebut, mereka akan mendukungnya. Kalau tidak, mereka akan menolak dan setelah itu menjadi hak bagi para pendukung sistem khalifa untuk berjuang terus mengubah pikiran masyarakat lewat dialog.

Tetapi yang terpenting adalah jangan melakukan hal tersebut sebelum negara ini sudah ditangani oleh orang baik dan sudah menjadi negara maju. Kalau Indonesia sudah mirip Malaysia, Singapura, atau Australia, saya tidak akan menolak kalau ada yang mau golput dengan alasan lebih senang pada sistem kekhalifaan. Yang penting, negara sudah dalam kondisi yang baik, dengan pemerintah yang baik, dan tidak ada anak yang mati kelaparan lagi. 

Kalau para pendukung khalifa (yang sekarang menyuruh golput) mau bicara, silahkan, tetapi tolong pastikan dulu bahwa pada saat berbicara tentang ide-ide dan filosofi politik yang tinggi, anak yatim dan orang miskin sudah dapat jaminan dari negara dan bisa makan, bersekolah dan berobat dengan baik. Tetapi kalau ada orang yang seenaknya menyuruh semua orang yang beriman golput, sehingga ada risko orang yang korup bisa berkuasa, maka nyawa anak yatim dan orang miskin adalah taruhannya. Apakah pendukung golput mau bertanggung jawab terhadap nyawa mereka bila koruptor menang dalam pemilu dan langsung mulai merampas harta negara?
 
Yang jelas, pendukung golput tidak bisa membiayai semua anak yatim dan orang miskin di seluruh nusantara, tetapi kalau uang negara sudah ditempatkan pada tangan orang baik, mungkin bisa. Jadi tanggung jawab kita sebagai orang yang beriman adalah untuk memastikan bahwa uang negara ditempatkan di tangan orang yang baik. Setelah itu, dan kalau target itu SUDAH tercapai, orang yang inginkan khalifa dipersilahkan membahas baik buruknya demokrasi dan sistem lain, dan sebarkan ide-ide itu kepada masyarakat. Tetapi JANGAN melakukannya sekarang, karena pada saat ini, masih ada anak miskin yang mati kelaparan. Kemarin saya baca di berita ada 3 kasus baru anak yang mati karena kurang gizi di Sulawesi. Dan hal itu bisa terjadi karena uang rakyat belum berada di tangan yang tepat.

Jadi, sekarang ada 2 PILIHAN yang jelas: taruh uang negara di tangan orang yang beriman dan bersih (siapapun itu), atau memilih golput alias TIDAK MAU TAHU uang negara ada di tangan siapa. Kita mau memilih yang mana?

Ada yang berprotes karena saya selalu mengatakan hal yang baik tentang suatu partai Islam. Tetapi hal itu hanya saya lakukan karena sudah dianalisa (seperti dijelaskan di atas). Kalau ada sebuah partai Islam yang anggotanya tidak dicari oleh KPK, dan tidak masuk penjara karena korupsi, dan tidak masuk penjara atas tindak pidana manapun (sepertinya penipuan, narkoba, pelanggaran HAM, pembunuhan, dan lain-lain.), dan di antara anggotanya ada 300 orang bergelar PhD (dan sebagian dari mereka adalah caleg sekarang), maka saya rasa sangat, sangat wajar bila semua orang yang beriman dan ingin memperbaiki negara ini mendukung partai tersebut.
Tetapi kalau ada orang yang mau mendukung partai yang lain, silahkan, asal sudah diperiksa dan diyakini sebagai partai yang anggotanya paling baik dan bersih dari semua pilihan yang ada. 

Kalau ada orang yang ingin membuktikan adanya partai yang lebih baik dan lebih bersih daripada yang biasannya saya bahas, silahkan menjelaskan. Tidak mungkin ada sebuah partai yang sempurna, yang penuh dengan manusia yang sempurna. Tetapi tugas kita hanya sebatas mencari yang terbaik dari yang ada. 

Kalau anda masih mau golput (dengan alasan apapun), silahkan. Tetapi sebelumnya, tolong siapkan puluhan trilyun rupiah untuk membiayai kehidupan anak yatim dan orang miskin karena mungkin anda perlu membiayai kehidupan mereka dengan uang pribadi anda. Atau apakah anda tidak mau bertanggung jawab terhadap mereka kalau para koruptor menang dalam pemilu disebabkan anda mengajak semua orang memilih golput?

Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene Netto


9 comments:

  1. Demokrasi Haram !!!

    Hizbut Tahrir menegaskan sikapnya tentang demokrasi dalam sebuah kitab
    karya Syaikh Abdul Qadim Zallum yang menyerukan, "Demokrasi adalah sistem
    kufur, haram mengambil, menerapkan, dan mempropagandakannya." (Zallum, 1990).

    Mengapa demokrasi kufur? Dalam kitab Mafahim Siyasiyah li Hizb al-Tahrir
    (2005) dijelaskan, demokrasi itu kufur bukan karena konsepnya bahwa rakyat
    menjadi sumber kekuasaan, melainkan karena konsepnya bahwa manusia berhak
    membuat hukum (kedaulatan di tangan rakyat).

    Kekufuran demokrasi dari segi konsep kedaulatan tersebut sangat jelas, sebab
    menurut Aqidah Islam, yang berhak membuat hukum hanya Allah SWT, bukan
    manusia. Firman Allah SWT (artinya) :
    "Menetapkan hukum hanyalah hak Allah." (QS Al-An’am : 57)

    Itulah titik kritis dalam demokrasi yang sungguh bertentangan secara
    frontal dengan Islam. Pada titik itulah, demokrasi disebut sebagai
    sistem kufur. Sebab sudah jelas, memberi hak kepada manusia untuk
    membuat hukum adalah suatu kekufuran.
    Firman Allah SWT (artinya) :
    "Barangsiapa yang tidak menetapkan hukum dengan apa yang diturunkan Allah,
    maka mereka itu adalah orang-orang kafir." (QS Al-Maa`idah : 44)

    Abdul Qadim Zallum (1990) menjelaskan adanya kontradiksi-kontradiksi lain
    antara demokrasi dan Islam. Antara lain :

    a. Dari segi sumber : demokrasi berasal dari manusia dan merupakan produk akal
    manusia. Sedang Islam, berasal dari Allah SWT melalui wahyu yang diturunkan-
    Nya kepada Rasul-Nya Muhammad SAW.

    b. Dari segi asas : demokrasi asasnya adalah sekularisme (pemisahan agama
    dari kehidupan). Sedang Islam asasnya Aqidah Islamiyah yang mewajibkan
    menerapkan Syariah Islam dalam segala bidang kehidupan (QS 2:208).

    c. Dari segi standar pengambilan pendapat : demokrasi menggunakan
    standar mayoritas. Sedangkan Islam, standar yang dipakai tergantung materi
    yang dibahas. Rinciannya : (1) jika materinya menyangkut status hukum
    syariah, standarnya adalah dalil syariah terkuat, bukan suara mayoritas; (2) jika materinya menyangkut aspek-aspek teknis dari suatu aktivitas, standarnya suara
    mayoritas; (3) jika materinya menyangkut aspek-aspek yang memerlukan
    keahlian, standarnya adalah pendapat yang paling tepat, bukan suara
    mayoritas.

    d. Dari segi ide kebebasan : demokrasi menyerukan 4 jenis kebebasan (al-hurriyat), di mana arti kebebasan adalah tidak adanya keterikatan dengan sesuatu apa pun pada saat melakukan aktivitas (‘adam al-taqayyud bi syai`in’inda al-qiyaam bi al’amal) (Zallum, Kaifa Hudimat al-Khilafah, 1986).
    Sedang Islam, tidak mengakui kebebasan dalam pengertian Barat. Sebaliknya,
    Islam mewajibkan keterikatan dengan syariah Islam, sebab pada asalnya,
    perbuatan manusia adalah terikat dengan hukum-hukum Syariah Islam (al-ashlu fi
    al-afaal al-taqayyud bi al-hukm al-syari).

    Dengan adanya kontradiksi yang dalam antara demokrasi dan Syariah Islam
    itulah, Abdul Qadim Zallum dalam kitabnya al-Dimuqrathiyyah Nizham Kufr
    (1990) menegaskan tanpa ragu-ragu :
    "Demokrasi yang telah dijajakan Barat yang kafir ke negeri-negeri Islam,
    sesungguhnya merupakan sistem kufur, tidak ada hubungannya dengan Islam sama
    sekali, baik secara langsung maupun tidak langsung. Demokrasi sangat
    bertentangan dengan hukum-hukum Islam, baik secara garis besar maupun secara
    rinci;Oleh karena itu, kaum muslimin diharamkan secara mutlak untuk
    mengambil, menerapkan, dan menyebarluaskan demokrasi."

    ReplyDelete
  2. HT berpendapat demokrasi haram, haram juga memasukinya. Tetapi HT mengakui kesetiaan pada NKRI yg berdasarkan Pancasila dan UUD45. Mengapa? Krn HT Indonesia mendaftarkan diri sbg ormas legal dg mengikuti syarat UU ttg keormasan yg syaratnya setia pada NKRI, Pancasila dan UUD45 utk mendapatkan legalitas dari pemerintahan negara yg menurutnya kufur.

    ReplyDelete
  3. Ehm bisa ga ya...,kita netral2 aja disini,tanpa berkubu dan membawa nama2 Ormas, sharingan pendapat dan argumen boleh2 aja sih....cuma..yaaaaa???

    ReplyDelete
  4. Assalamualaikum

    Rahma (inot) namamu ternyata secantik wajahmu he..he.

    Rahma, apa yang punya blog juga ngga boleh membawa nama partai juga? sebaiknya gitu ya? biar damai....

    ReplyDelete
  5. Assalamualaikum Wr Wb,

    Memang susah utk berdebat dengan orang yang berseberangan visi & misi nya.

    Semakin diperdebatkan, semakin lebar jurang perbedaannya.

    Rif kalau memang kamu tidak bisa menerima sistem demokrasi yang ada, ya sudah, tidak perlu kamu menyebarkan ideologi kamu secara berlebihan, yang sptnya utk sekarang ini mustahil utk diterapkan. Buka mata & lihat realita yang ada.

    Semua gagasan kamu itu butuh proses, tidak seperti membalikan tangan.

    Lebih baik mulai sekarang kita memperbaiki diri & bangsa agar menjadi lebih baik, daripada berdebat yang tidak menemukan ujung akhirnya.


    Wassallam,
    Faza

    ReplyDelete
  6. sekarang saya tulis gini aja deh:
    Kalau ada pemimpin di indonesia yg benar2 pro rakyat, yang bisa bikin hukuman mati atau seumur hidup kepada para pengkhinat bangsa(koruptor dan saudara2nya)
    Yang bisa lebih mementingkan kkepentingan dalam negeri-semua kekayaan negeri tercinta ini bisa diurusin sama orang yang amanah,ga
    ada lagi cerita antri mengantri BBM dsb.
    kontrak kerja sama perusahaan2 asing lebih menguntungkan dalam negeri.
    Yang bisa menggratiskan semua biaya pendidikan dan pengobatan.
    Yang bisa menstop illegal logging, dan menghukum mafia2 illegal loging dengan tegas.
    Membenahi sistem transportasi yg buruk di indonesia, bisa menjaga kedaultan tanah air dari rong2an asing.
    Punya sikap yang tegas dan tidak mau diintervensi negara lain terutama negara adidaya.
    Bisa membereskan masalah pelanggran2 HAM yang besar di indonesia.
    Mengurus sistem pendidikan yg lebih baik dan lebih mengedepankan moral.
    Memberikan aturan2 tegas untuk setiap tayangan media yg menyesatkan.

    Punya negara dikasih kaya raya, cuma masih aja banyak yg melarat hidup ditanah ini, punya tanah air merdeka..., bandingkan sama palestina, afghanistan, irak,zimbabwe etc..yg ga merdeka ditanahnya sendiri..

    saya mau pilih pemimpin yg mampu melakukan itu semua....
    pemimpin yang ga hanya bia tebar pesona, hobby belanja, suka sindir sana sindir sini, kebanyakan bicara tanpa keliatan hasil kerja..
    sibuk debat ideologi tanpa realisasi..
    mau sistemnya gimana atau seperti apa..yang penting
    saya mau pemimpin seperti itu yang bisa amanah!
    siapa.., tolong sebutkan, pasti saya pilih.

    ReplyDelete
  7. Assalamualaikum Wr Wb.

    Disela-sela kesibukan aku sempatkan sedikit menjawab dengan sepatah 2 patah kata.

    Ada yang bertanya bagaimana caranya menerapkan sistem Islam? pakai cara apa?

    Sudah saya jawab bahwa Demokrasi adalah haram, maka cara menegakkan sistem Islam lewat jalaur demokrasi adalah haram dan hanya impian belaka yg tidak pernah dan belum pernah ada buktinya.

    Ada 2 cara pengambilalihan kekuasaan.

    Pertama:

    Dengan jalan kudeta politik, yakni dengan cara merebut kekuasaan dari para penguasa yang menerapkan sistem kufur untuk kemudian diganti oleh sistem Islam. Cara ini oleh sebagian orang dinilai adalah cara yang paling mungkin untuk merebut kekuasaan selain cara demokrasi melalui parlemen. Tetapi akan timbul pertanyaan, apakah cara tersebut tidak menimbulkan perang dan korban jiwa? jawabannya adalah jelas YA, pasti akan menimbulkan perang dan korban jiwa diantara kedua belah pihak yg notabene adalah saudara yg masih seaqidah. Pertanyaan yg paling penting dan mendasar adalah apakah cara kudeta politik merupakan cara yang shahih dan sesuai dengan apa yg dicontohkan Rasulullah? Jawabannya adalah TIDAK. Terus kalau bukan cara kudeta cara apalagi yg bisa dilakukan dan sesuai dengan metode Rasulullah? Jawabannya adalah Cara kedua ......

    Kedua:
    Selalu saya katakan bahwa saya berjuang untuk memahamkan masyarakat bahwa sistem yg diterapkan sekarang adalah sistem kufur, maka sudah sepantasnya kita memahami kewajiban untuk hidup dibawah naungan sistem Islam yang sudah jelas Rahmatan Lil alamin.
    Masyarakat itu ada 2 kelompok, yakni masyarakat umum dan masyarakat yg memiliki pengaruh.
    Msayarakat umum itu terdiri dari petani, pedagang, ibu rumahtangga dll, sedangkan Masyarakat yg memiliki pengaruh (ahlul quwah)terdiri dari ulama, pejabat, militer, pemerintah, PNS, dll.
    Cara yang ditempuh nabi adalah dengan cara mendakwahi semua masyarakat dari mulai kalangan bawah sampai para pimpinan suku pada masa itu. Akhirnya Rasulullah pun berhasil menegakkan Islam tanpa ada pertumpahan darah pada saat pengalihan kekuasaan di kota Madinah. Para pemimpin suku dengan rela dan tunduk menyerahkan harta dan jiwanya untuk berjuang bersama-sama Rasulullah untuk meneguhkan Islam tanpa mereka dipaksa untuk tunduk. Setelah Rasul berhasil membentuk pemerintahan yang berdaulat maka Rasul membentuk angkatan perag dan membuat aturan2 kenegaraan serta mengirimkan surat keberbagai penjuru wilayah untuk mengabarkan Islam. Setelah negara Islam benar-benar kuat maka ayat2 seruan untuk berjihad dan berperang mulai turun sehingga Rasul pun mempersiapkan diri untuk memerangi kaum kafir untuk melakukan penyerbuan terdahap kaum kafir yg memerangi Islam.

    Cara Rasul tersebut diatas adalah cara yg saya dan teman2 saya tempuh untuk menegakkan sistem Islam. walaupun sulit tetapi saya dan teman2 yakin bahwa pertolongan Allah pasti akan datang. Tidak ada cara lain yg saya yakini sesuai dan seefektif dgn apa yg dilakukan Rasulullah. Saya dan teman2 berjuang memberikan pemahaman kepada umat baik yg tidak memiliki kekuasaan maupun yg berkuasa atau ahul quwah. Saat ini perjuangan saya dan teman2 saya diseluruh antero dunia memiliki satu metode yg sama yakni mengembalikan sistem Islam dengan jalan damai dengan membenturkan pemikiran kufur dgn pemikiran Islam merujuk pada metode yg telah dipraktekkan Rasulullah.


    Banyak sekali temen2 saya diseluruh dunia yg berjuang tanpa harus berlumuran dengan demokrasi, Insyaallah disetiap negara pasti ada yg berjuang dengan metode yg seperti Rasul contohkan. Perjuangan saya dan temen2 diseantero dunia bukanlah perjuang lokal melainkan perjuangan Internasional dimana Islam tidak memiliki sekat negara yg diaristeki oleh kaum penjajah Barat. Melain Islam harus tegak kembali dibumi Allah tercinta ini.


    Banyak slah dan kata mungkin saya ucapakan, untuk itu saya mohon maaf jika ada salah kata. Sekian semoga bermanfaat.


    Wassalamulaikum Wr wb.

    Arif/ ardobinardi

    ReplyDelete
  8. heeemm..kayaknya sejauh ini emang ada sebagian orang yang salah persepsi nih sama definisi "Demokrasi" ya?
    orang sekarang kok cenderung memberi pengertian "Demokrasi" itu sama dengan "Amerika", "Kafir", "Yunani"..itu semua salah! kalopun ada yang salah itu bukan dengan kata "Demokrasi"-nya tapi perkembangan pemahamannya.

    btw, terlepas mau pake istilah apapun-mau demokrasi kek mau apa kek terserah, yang penting patokan buat saya mah cuman Rasulullah saw. kalo dijaman Nabi aja udah ada partai2 untuk mendukung si A jadi pejabat ini dan si B jadi pejabat itu, aneh banget kalo orang sekarang malah ga boleh bikin??? cuman emang sih waktu itu bentuknya ga formal kayak sekarang (tapi lebih banyak berbentuk pendukung klan2 gitu)dan yang jelas ga sekorup orang2 Indonesia.

    sistem "demokrasi" ala Rasulullah justru kacau waktu bentuk pemerintahan Monarki didirikan kembali oleh anak cucu Abu Sofyan. sejak itu pengertian tentang Khalifah berubah jadi Raja! sadar ga sadar sistem Khalifah yang dianut sama org Islam kolot jaman sekarang ini justru diambil dari budaya Yunani dan Romawi kuno...

    heeemmm...kalo belum paham coba baca seputar Sejarah Pembunuhan Khalifah Utsman dan Keluarga Ali Bin Abi Thalib baik2 biar ngerti deh apa itu sebenarnya "demokrasi" dan kenapa "demokrasi" justru dimatikan oleh Bani Umayah!!

    NAKULA

    ReplyDelete
  9. Assalamualaikum wr wb

    kepada nakula, tolong tunjukkan kesalahan era Khalifah Bani Umayah?

    Yang wajib itu MENGANGKAT khalifah/pemimpin atau MEMILIH pemimpin dlm Islam?

    Ingat memilih pemimpin itu tidak wajib, tetapi mengangkat pemimpin itu yang wajib. Sehingga cara pemilihan khalifah itu boleh dilakukan berbagai macam cara sepanjang tidak bertentangan dgn hukum Syar'i. Pemimpin yang dipilih lewat majelis ummah, lewat pemilu, lewat absolute monarki, atau lewat mekanisme yang lain itu belum sah jika belum dibaiat/disumpah. Sehingga semua khalifah pada zaman Bani Umayah, kemudian Abasiyah, dan Usmaniyah itu sah menurut hukum Islam karena mereka semua dibaiat/diambil sumpahnya untuk menjalankan syariat islam. Jadi salahnya dimana?

    bedakan pemilu Legislatig dengan pemilu Presiden!

    Wassalamualaikum wr wb

    ardobinardi.blogspot.com

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...