Rabu, 19 Agustus 2009 | 09:27 WIB
TANGERANG, KOMPAS.com — Warga Jalan Garuda Pintu Air RT 03 RW 02, Kelurahan Juru Mudi Baru, Kecamatan Benda, Kota Tangerang, dua pekan lalu sempat dihebohkan seputar pembongkaran makam KH Abdullah Mukmin. Pasalnya, saat dibongkar, jasad kiai tersebut masih dalam kondisi utuh kendati telah meninggal 26 tahun silam.
Alhasil, kini makam kiai yang juga mantan Wakil Ketua Pengadilan Agama Tangerang itu menjadi pusat perhatian warga. “Ada saja yang datang ke sini. Ada yang ziarah, ada juga yang sekadar melihat-lihat,” kata Ahmad Pathi, anak keempat dari tujuh bersaudara mendiang KH Abdullah Mukmin saat ditemui pada Selasa (18/8) petang.
Dalam kesempatan itu, Ahmad ditemani kakak sulungnya, Mukhtar Ali. Mukhtar mengatakan, pihaknya mengizinkan warga yang ingin berziarah ataupun hanya untuk melihat makam mendiang ayah mereka yang meninggal pada 22 Oktober 1983. Ayah mereka meninggal karena gagal ginjal dan sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Terkait pembongkaran makam tersebut, menurut Ahmad, karena terkait proyek Pemerintah Kota Tangerang untuk pelebaran Jalan Benda. Proyek pelebaran jalan ini untuk membuka akses lebih lebar menuju Bandara Soekarno-Hatta yang memang tidak jauh dari lokasi pemakaman tersebut.
Ahmad mengatakan, lokasi kuburan awal ayahnya berada di areal Musala An-Najat. Lokasinya di bibir Kali Ciajane dan tidak jauh dari Pondok Pesantren As-Ashidiqiyah II milik KH Iskandar Mohammad SQ.
Ahmad yang ketika itu ikut dalam pembongkaran makam mengaku perasaannya antara percaya dan tidak ketika melihat jasad ayahnya masih dalam kondisi utuh. Selain kondisi jasad, papan penutup jenazah pun dalam kondisi utuh, sama sekali tidak lapuk.
“Kain kafan masih utuh, waktu mau dipindahin, kain cuma kotor terkena lumpur. Jadi, cuma saya siram-siram air sedikit sudah bersih lagi. Papan penutup yang sampai ke dasar juga utuh,” kata Ahmad seraya memperlihatkan papan tersebut yang katanya dari kayu kamper. “Saya sempat menyimpan dua papan buat kenang-kenangan,” katanya.
Bahkan, imbuh Ahmad, papan bekas penutup makam tersebut sempat ada yang memintanya, tapi ia menolaknya. Untuk apa? “Saya enggak tahu buat apa,” katanya.
Mukhtar menambahkan, waktu makam dibongkar, kain kafan yang melilit tubuh jasad ayahnya masih utuh dan berwarna putih bersih. “Saya sempat lihat wajahnya, masih seperti 26 tahun waktu dulu dikubur, enggak berubah. Badannya juga masih seperti dulu, cuma rambutnya agak memutih. Baunya wangi sekali,” imbuhnya.
Disinggung seperti apa sosok mendiang, menurut Mukhtar, ayahnya dikenal sebagai guru dan juga tokoh masyakarat yang disegani. Abdullah Mukmin datang ke Kelurahan Juru Mudi pada 1950-an setelah belajar di Darul Ulum, Mekkah, selama 25 tahun.
Abdullah memiliki tiga istri. Istri pertama, Rohani, meninggal dan dikarunia dua anak. Abdullah menikah untuk kedua kalinya dengan Maswani dan dikarunia lima anak, tetapi Maswani lebih dulu dipanggil Sang Khalik. Terakhir, Abdullah menikahi Hajah Romlah asal Kramat Pulo, tetapi tidak dikarunia anak.
Semasa hidupnya, di lingkungan itu Abdullah mendirikan madrasah ibtidaiyah (MI) yang diberi nama MI Islahuddiniyah, yang berada di depan rumahnya. Kini MI ini dikelola putranya, Abdul Zibaqi. Gedung MI ini pun sebagian tergusur.
Adapun makam mendiang yang sebelumnya berada di samping Musala An-Najat, menurut Ahmad, merupakan permintaan mendiang sebelum meninggal. “Waktu itu pesannya kalau meninggal minta dimakamkan di samping Musala An-Najat,” kata Ahmad.
Kini, makam baru KH Abullah Mukmin terletak persis di depan rumah Ahmad atau digeser beberapa meter dari lokasi semula. Di areal pemakaman baru itu terdapat tiga makam, yakni makam KH Abudllah Mukmin, makam putra keduanya bernama M Subur, dan makam Maswani, istri kedua mendiang yang juga ibu kandung Ahmad.
Terkait kondisi jasad ayahnya yang masih utuh, Ahmad mengaku tak mendapatkan tanda-tanda tertentu sebelumnya. “Cuma saya pernah mendengar kalau jasad seorang kiai itu katanya utuh, tidak seperti yang lain. Saya bukan bermaksud mau menyombongkan diri, mudah-mudah apa kata orang itu benar terkait ayah saya,” tandas Ahmad.
Sumber: kompas.com
Search This Blog
Labels
alam
(8)
amal
(100)
anak
(299)
anak yatim
(118)
bilingual
(22)
bisnis dan pelayanan
(6)
budaya
(8)
dakwah
(87)
dhuafa
(18)
for fun
(12)
Gene
(222)
guru
(61)
hadiths
(9)
halal-haram
(24)
Hoax dan Rekayasa
(34)
hukum
(68)
hukum islam
(52)
indonesia
(570)
islam
(556)
jakarta
(34)
kekerasan terhadap anak
(357)
kesehatan
(97)
Kisah Dakwah
(10)
Kisah Sedekah
(11)
konsultasi
(11)
kontroversi
(5)
korupsi
(27)
KPK
(16)
Kristen
(14)
lingkungan
(19)
mohon bantuan
(40)
muallaf
(52)
my books
(2)
orang tua
(8)
palestina
(34)
pemerintah
(136)
Pemilu 2009
(63)
pendidikan
(503)
pengumuman
(27)
perang
(10)
perbandingan agama
(11)
pernikahan
(11)
pesantren
(34)
politik
(127)
Politik Indonesia
(53)
Progam Sosial
(60)
puasa
(38)
renungan
(178)
Sejarah
(5)
sekolah
(79)
shalat
(9)
sosial
(321)
tanya-jawab
(15)
taubat
(6)
umum
(13)
Virus Corona
(24)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
subhanolloh..itu baru jasad seorang ulama.., pikiran saya sampai ke nabawi, jasad sang nabi...,
ReplyDeleteSungguh luar biasa ya. Saya belum wafat tetapi sudah merasakan kerusakan tubuh, dari lutut, sampai ke hati, darah, gigi dan lain-lain. Sungguh luar biasa kalau bisa dikuburkan dan tidak ada kehancuran pada tubuh secara fisik. Hehe. Masya Allah. Subhanallah.
ReplyDeleteAssalamu’alaikum Wr Wb
ReplyDeletePada dasar segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti mengikuti Sunnatullah / peraturan Allah, kalaupun ada yang berbeda semata-mata Allah ingin menunjukan kekuasaanNya pada manusia agar manusia mampu mengambil hikmah dari setiap kejadian yang Allah kehendaki, begitu juga dengan kematian, sunnatullahnya jasad akan lapuk diurai oleh cacing tanah, tapi kalau Allah berkehendak apapun bisa terjadi, memang Allah menjadikan segala sesuatu itu dengan bersebab, tetapi hakikatnya bukanlah sebab-sebab itu yang membawa akibat. Yang menjadikan sebab-sebab itu membawa akibat adalah karena Allah SWT menghendaki demikian.
Kami datangkan bagi setiap sesuatu dengan adanya sebab. (Al Kahfi: 84)
Akan tetapi Allah juga berkuasa melakukan sesuatu kejadian tanpa sebab-sebab. Dengan Allah menjadikan sesuatu itu sekali-sekali tanpa melalui sebab-sebab, membuktikan bahwa sebab-sebab itu sendiri tidak dapat memberi akibat. Yang memberi akibat ialah kuasa Allah SWT.
Tidak semua orang sholeh jasadnya akan terpelihara seperti kisah tentang Kyai tsb, kebanyakan ya mengikuti sunnatullah, saya belum pernah dengar dan baca ada jasad Nabi atau Rosul yang terpelihara spt itu karena kemungkinan untuk dijadikan sesembahan baru oleh manusia yang lemah iman besar sekali kalau ada jasad Nabi atau Rosul yang notabene dijamin kesholehannya, selain itu bayangkan kalau jasad Nabi2 dan orang2 sholeh dari zaman Nabi Adam sampai sekarang tidak hancur apa yang akan terjadi dengan bumi ini.
Kalau jasad Kyai tsb dipelihara oleh Allah karena kesholehan semasa hidupnya hal itu mungkin saja terjadi agar manusia lain bisa mengambil ibroh dan meneladani perilaku sang Kyai semasa hidup, sebaliknya Allah juga memelihara mayat Fir’aun sebagai bukti bahwa kejadian semasa Fir’aun hidup yang diabadikan dalam Al Qur’an bukanlah dongengan.Wallahua’lam bisshawab
Kata Tara “Saya belum pernah dengar dan baca ada jasad Nabi atau Rosul yang terpelihara spt itu…”
ReplyDelete"Sesungguhnya Allah swt mengharamkan bumi untuk memakan jasad para nabi." (HR Abu Daud, Nasa'I, Ibnu Khuzaimah dan dinilai shahih oleh Ibnu Khuzaimah).
Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan Abi Daud dan oleh Ibnu Majah dalam Sunnan Ibnu Majah dari Aus bin Aus bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya hari terbaik kalian ialah hari jum’at. Pada hari Jum’at Adam diciptakan. Pada hari Jum’at nyawanya ditiupkan. Pada hari Jum’at nyawanya dicabut. Dan, pada hari Jum’at pula kematiannya. Perbanyaklah memperbanyak shalawat kepadaku pada hari Jum’at, karena bacaan shalawat kalian akan diperlihatkan kepadaku.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana bisa bacaan shalawat kami diperlihatkan kepada Anda, yang telah menjadi mayat yang rusak?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah yang Maha Mulia lagi Maha Agung mengharamkan tanah memakan jasad para nabi.”
Hadits serupa juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari jalur sanad yang lain, yakni dari Amr bin Sawad al-Mishri, dari Abdullah bin Wahab, dari Amr ibnul-Harits, dari Sa’id bin Abu Hilal, dari Zaid bin Aiman, dari Ubad bin Nasi’, dari Abud Darda’ bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Perbanyaklah membacakan shalawat kepadaku pada hari Jum’at, karena hal itu akan disaksikan oleh malaikat. Siapa pun yang membacakan shalawat kepadaku, niscaya bacaan shalawatnya akan diperlihatkan kepadaku sampai selesai. Sesungguhnya Allah mengharamkan tanah memakan jasad para nabi. Nabi Allah pun akan hidup dengan mendapatkan rezeki.”
Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani bahwa Nabi SAW bersabda, “Seorang muadzin yang ikhlas mencari keridhaan Allah itu seperti orang yang terbunuh berlumuran darah. Jika ia mati, tidak ada cacing dikuburnya.” Dengan kata lain, jasad seorang mukmin yang ikhlas itu juga tidak akan di makan oleh tanah.
Thanx Pak Gene referensinya, berarti saya yang kurang banyak baca hadits, kalaupun baca mungkin hanya sekilas, masalahnya memang jarang ada makam yang dibongkar secara sengaja untuk membuktikan hal itu, pembongkaran makam biasanya hanya karena ada hal-hal yang diperlukan, tapi sebagai muslim minimal kita yakin dan mengimani kabar yang disampaikan dari hadits tsb.
ReplyDelete