Assalamu’alaikum wr.wb.,
Saya ingat ayat dan juga hadits yang mengatakan bahwa semua orang Islam adalah saudara. Sayangnya, di bidang politik, justru antara sesama Muslim tidak bisa kompak, walaupun tujuannya adalah untuk membela hak orang Muslim yang lain yang tidak sanggup membela diri, seperti anak yatim, janda, orang miskin, dan seterusnya.
Bila begini terus, saya setuju dengan komentar Prof Fealy bahwa partai Islam akan retak dan mengecil karena tujuannya bukan untuk berjuang demi rakyat dan ummat, tetapi tujuannya adalah merebutkan kekuasaan buat diri sendiri dan teman-temannya. Sangat jauh dari contoh Nabi SAW.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene
Parpol Islam Bakal Melorot di Pemilu 2009
18 Mar 2008
Komentar Oleh: Senior Lecturer in Indonesian Politics Australian National University Prof Dr Greg Fealy
MASA depan partai politik berlabel Islam di Indonesia terancam bakal melorot pada Pemilu 2009. Bahkan, dalam kurun waktu 10 tahun yang akan datang, citra parpol Islam akan makin menurun sehingga banyak yang bubar. Penyebab utamanya adalah kebanyakan partai politik yang berlabel Islam tidak memiliki ideologi yang jelas.Selain itu, parpol Islam tersebut tidak punya kaderisasi yang baik. Di antara sekian banyak parpol Islam di Indonesia hanya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang masih punya masa depan yang cerah, paling tidak hingga Pemilu 2009.
Namun, 10 tahun mendatang, partai Islam yang cukup fenomenal di Indonesia ini pun terancam mengikuti nasib partai Islam lainnya. Inilah hasil pengamatan Prof Dr Greg Fealy. Dia adalah guru besar ilmu politik Australian National University yang banyak mengamati partai politik Islam di Indonesia.
Senin 17 Maret, Fealy menjadi pembicara tunggal dalam seminar nasional bertema, “Update: Hubungan Islam dan Politik di Indonesia” yang diselenggarakan Lembaga Penelitian UIN Alauddin, Makassar. Kepada wartawan Harian Fajar Alief Sappewali, Fealy mengungkap banyak hal tentang partai politik Islam di Indonesia. Berikut petikannya:
Prof Greg, Anda banyak mengamati pergerakan partai politik Islam di Indonesia. Apa yang terjadi dengan parpol-parpol berlabel Islam tersebut?
Partai islam di Indonesia saat ini cukup memprihatinkan. Banyak partai Islam yang pecah. Mereka tidak kompak. Ada pimpinan partai politik yang tidak kharismatik atau ada juga yang strategi politiknya layak dipertanyakan, saya kira. Ada juga yang arahnya kurang jelas sebagai parpol Islam.
Berdasarkan indikasi itu, hampir semua parpol Islam sangat mungkin perolehan suaranya akan turun pada pemilu yang akan datang, kecuali PKS. Berbeda dengan partai Islam lainnya, mungkin perioelahn suara PKS akan naik sampai 10 persen lebih, tentunya kalau mereka punya strategi yang tepat. Tetapi, parpol Islam yang lain saya kira agak susah dengan posisi seperti sekarang ini.
Partai-partai Islam yang lain terus berbenah. Mengapa hanya PKS yang Anda sebut bisa mendongkrak perolehan suaranya pada Pemilu 2009?
PKS adalah partai politik yang berideologi Islam yang paling menarik. Bisa dibilang, PKS adalah fenomena baru dalam politik Islam di Indonesia. Mereka adalah satu-satunya partai kader. Mereka satu-satunya parpol Islam yang memiliki system kaderisasi yang baik.
Seorang kader yang ingin naik ke jenjang yang lebih tinggi harus melewati seleksi yang cukup ketat. Kader yang bersangkutan harus betul-betul membuktikan diri bahwa dia punya komitmen tinggi, punya komitmen intelektual. Status mereka di partai berdasarkan kemampuan dan jasa yang diberikan kepada partai.
Tetapi, di partai lain, seperti PKB, PPP atau yang lainnya faktor paternasi atau faktor duit sangat menonjol. Di PKS, hal ini tidak terlihat. Mudah-mudahan PKS tetap seperti itu. Ada juga beberapa aspek lain di PKS yang sangat menarik.
Mereka cukup serius dengan kebijaksanaan dan juga tentang ideologi. Saya pikir PKS memberi alternatif kepada pemilih beragama Islam yang sudah tidak suka atau tidak percaya dengan partai Islam lainnya. Keberadaan PKS dalam sistem politik Indonesia perlu dihargai.
Menurut Anda, apa yang salah pada partai politik Islam di luar PKS?
Kalau melihat hasil survei LSI dan lembaga survei lainnya, dalam dua tahun terakhir ini, popularitas kebanyakan partai Islam menurun. PPP dan PAN paling jelas dan malah paling gawat posisinya. Kalau PKB sedikit lebih stabil. Tetapi, kesan saya semuanya mengalami kesulitan.
Kalau PKB, PPP, dan PBB, kelemahan mereka adalah karena mereka tidak punya sistem intern partai, sistem kaderisasi, atau sistem kegiatan cabang yang kuat. Mereka bisa dikatakan partai lima tahunan. Baru ada kegiatan kalau ada pemilu atau pilkada. Lalu, semestinya parpol punya sistem kaderisasi yang kuat dan juga arah kebijaksanaan yang kuat serta pemikir tentang ideologinya, nilai-nilai, dan sebagainya.
Ini yang belum terlihat dalam sistem politik Islam di Indonesia, kecuali PKS. Tetapi, PKS juga mulai berubah. Mereka sudah mulai menjadi partai terbuka, seperti partai politik Islam lainnya. Jadi belum tentu dalam 10 tahun yang akan datang, PKS masih bisa menjaga sifat khasnya, saya kira.
Anda mengatakan PKB cenderung agak stabil dibandingkan partai politik Islam lainnya. Bisa Anda jelaskan?
Masalah utama PKB saat ini adalah faktor kepemimpinannya. Orientasinya sebenarnya cukup jelas. Warga Nahdliyin cukup loyal. Masalahnya, PKB terus-menerus dilanda kemelut. Di bawah kepemimpinan Gus Dur tidak ada aksesibilitas dalam mengambil keputusan. Kalau Gus Dur menganggap ada orang yang kurang menghormati dia, mereka langsung dicopot.
Sekarang anaknya Yenni Wahid, sangat mungkin akan mengganti Muhaimin Iskandar sebagai ketua umum PKB. Walaupun Yenni orang pintar, tetapi dia tidak punya pengalaman memimpin organisasi massa. Bagaimana cara, misalnya, memecahkan konflik atau mengarahkan massa dan sebagainya. Yenni belum teruji. Dan saya kira ini juga risiko besar bagi PKB.
Terus, proses di internal PKB kurang demokratis. Seringkali DPP menggulingkan keputusan dari tingkat yang lebih bawah, termasuk pencalonan di pilkada. Tanpa loyalitas kaum Nahdliyin terhadap figur Gus Dur dan juga simbol PKB, saya kira suaranya akan turun drastis.
Satu hal yang juga terus mengganggu eksistensi partai politik Islam di Indonesia saat ini adalah konflik iternal. Tanggapan Anda?
Itu jelas sekali terlihat di PPP, dulu di PBB, meski sekarang terlihat relatif stabil. Saya kira kita perlu lihat kasus per kasus. Kalau PKB saya sudah bahas tadi, yakni karena figur Gus Dur. Kalau PPP memang ada perbedaan, ada masalah pribadi antara KH Zainuddin MZ dengan Hamzah Haz dan tokoh PPP lainnya sehingga lahirlah PBR (Partai Bintang Reformasi).
Nasib PBR saya kira tidak begitu cerah. Seringkali ada yang bersifat sangat personal yang menjadi sumber konflik, antara lain perebutan kursi di partai. Tidak banyak konflik yang berdasarkan ideology. Kalau PAN, ini juga mungkin ada elemen ideologis. Karena Pak Amein (Rais) mendukung Sutrisno Bachir untuk menjadi ketua umum.
Dia sangat tidak mau Fuad Bawazier. Sedangkan Hatta Rajasa dianggap kurang kuat. Masalahnya, pengetahuan Sutrisno Bachir terhadap politik praktis minim sekali. Dia pengusaha yang sukses. Tetapi, sebagai pemimpin politik, dia sering salah kaprah.
Salah satu faktor yang membuat PAN cukup kuat adalah hubungannya dengan Muhammadiyah. Tetapi, adanya ketegangan yang muncul membuat banyak kader Muhammadiyah yang lari ke partai lain. Ini memperlemah PAN.
Menghadapi Pemilu 2009, apa yang harus dilakukan partai politik Islam itu untuk memperbaiki citranya?
Yang paling penting adalah sistem kaderisasi yang baik. Partai politik Islam juga harus konsisten dengan ideologi mereka. Jangan lupa, pelayanan kepada masyarakat juga sangat menentukan. Dengan cara itu, maka sebagai organisasi, mereka akan lebih kuat. Ini mungkin salah satu warisan dari Orde Baru bahwa banyak partai politik, kecuali Partai Golkar dan PKS yang agak unik, banyak parpol yang tidak punya sistem kaderisasi.
Mereka belum bisa membangun semacam budaya partai yang kuat dan kesamaan visi dan sebagainya. Saat ini, kebanyakan parpol Islam terlalu elite-sentris. Mereka perlu lebih banyak turun mendekatkan diri ke tengah-tengah masyarakat dan melibatkan masyarakat dalam berbagai kegiatannya. (sappewali@fajar. co.id)
DATA DIRI
Nama Lengkap: Prof Dr Greg Fealy
Pekerjaan: Senior Lecturer in Indonesian Politics Australian National University Prof Dr Greg Fealy
Lahir: Melbourne, 1957
Istri: Kerryn Roder
Anak: Claire, Lewis
Pendidikan:
-S3 Bidang Politik Islam Monash University
Catatan dari Mochtar M
Saya kenal baik dengan Prof. Fealy ketika beliau berkunjung ke Flinders Univesity sekitar tahun 2004. Waktu itu perhimpunan mahasiwa Indonesia di Australia (PPIA) mengadakan kegiatan rutin Konferensi Indonesian Next. Kegiatan tersbut melibatkan mahasiawa Research (Masters dan PhD) dari seluruh universitas di Australia yang mengambil topik tentang isu-isu yang lagi menarik di wilayah Indonesia dan Asia Pacifik. Ketika itu Prof Fealy sempat numpang di mobil saya bersama beberapa orang mahasiswa PhD yang sedang ikut conference di Flinders Uni. Kami sempat berdisuksi serius dengan beliau.
Menurut saya Prof. Fealy adalah Indonesianis seperti juga beberapa orang kolega dan seniornya, Prof. Harold Croch, Prof. Collin Brown dan Prof. Anton Lucas. Prof. Fealy sangat paham dengan politik Islam khususnya konteks Indonesia.
Kegiatan konference di Flinders University pada saat itu diikuti pula oleh teman-teman mahasiswa PhD dari Indonesia yang sekarang sudah selesai studinya dan karir serta pamornya lagi naik seperti Dr. Deny Indrayana (Dosen UGM), Dr. Yudi Latif (Detuti Rektor UGM) dan Dr. Nadirsya (dosen senior UIN) dan sekarang diangkat jadi dosen dan research fellow di beberapa universitas terkenal di Australia dalam bidang Ilmu Hukum.
Saya sarankan agar pemerintah Australia meninjau kembali kebijakan travel warningnya. Saya ingin lebih banyak lagi peneliti dan dosen dari Universitas di Australia datang berkunjung ke Indonesia sehingga hubungan kerjasama dalam bidang pendidikan, penelitian dan promosi budaya antara Indoensia dan Australia terus maju dan tetap terpelihara.
Universitas kami di Palu telah bekerjasama dengan baik dengan dua Universitas terkemeuka di Jerman. Ada puluhan dosen dan peneliti dari Jerman sekaran lagi mengadakan penelitian di Sulawesi tengah. Universitas kami berkeraja sama dengan IPB dan UGM memfasilitasi program kerjasama tersebut sejak beberapa tahun lalu.
Salam
Mochtar M