Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (556) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (178) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

25 March, 2008

Indahnya Sebuah Doa

Doa seorang Muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah DOA yang akan di kabulkan. Pada kepalanya Ada malaikat yang menjadi wakilnya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata "amin" Dan engkaupun akan mendapatkan apa yang dia dapatkan.

(HR. Muslim).

24 March, 2008

Maulid Nabi Yang Kurang Tepat (Atau Mubazir)



Assalamu’alaikum wr.wb.,

Saya ingin bertanya, yang mana yang lebih utama:

1. Maulid Nabi diadakan di setiap masjid di seluruh Indonesia?

2. Memberikan makanan kepada anak yatim dan fakir miskin yang hampir mati kelaparan?

Di setiap propinsi, di setiap kota, di setiap kabupaten, di setiap kecamatan, di setiap RT dan RW, sedang diadakan Maulid Nabi. Seperti orang muslim yang lain, saya juga sayang sama Nabi SAW dan Insya Allah rasa kasih sayang saya kepada Nabi SAW tidak kalah dengan yang lain (sehingga saya juga senang kalau kita ingat pada Nabi SAW dengan suatu cara.)

Tetapi saya mulai berfikir. Bayangkan kalau Nabi SAW ada di sini bersama dengan kita pada saat ini. Bayangkan kalau dia bisa melihat kita memuliakan dia dengan mengadakan Maulid Nabi di setiap masjid dan musholla, bahkan sampai masuk ke rumah orang.

Pada suatu sisi, Insya Allah dia akan senang sekali bahwa ada sebagian dari ummatnya yang begitu sayang kepadanya walaupun tidak pernah melihat wajahnya ataupun mendengarkan suaranya.

Pada sisi lain, bagiamana kalau dia membaca koran dan tahu bahwa pada saat kita memuliakan dia dengan Maulid di mana-mana, ada sebagian lain dari ummatnya, yang juga sayang kepadanya, yang tidak bisa ikut merayakan Maulid. Alasannya adalah karena mereka terlalu sakit atau lemas untuk keluar dari rumah. Kenapa? Karena mereka tidak bisa makan setiap hari, dan hidup dalam keadaan lemas, rawan penyakit, dan tidak kuat untuk bertahan hidup di dunia (yang kejam) ini.

Mereka juga Muslim. Mereka juga saudara kita dan saudara Nabi Muhammad SAW. Mereka juga hamba Allah, dan Insya Allah mereka juga sayangi Nabi SAW seperti kita. Sayangnya, kita lebih mempedulikan “pesta-pesta” kita daripada mempedulikan mereka.

Kita sangat sayang pada rasa nikmat yang kita dapatkan ketika kita menghabiskan jutaan, puluhan juta, bahkan ratusan juta rupiah untuk mengadakan sebuh “pesta ulang tahun” untuk Nabi kita. Tetapi kita sangat tidak peduli pada “rasa nikmat” yang akan kita dapatkan pada saat kita menghabiskan jutaan, puluhan juta, bahkan ratusan juta rupiah untuk memberikan makanan kepada anak yatim dan fakir miskin.

Kalau seandainya Rasulullah SAW ada di sini bersama dengan kita, apakah dia akan merasa bahagia pada saat dia melihat “pesta” yang kita buat untuk dirinya? Atau apakah dia akan menangis ketika dia keluar dari masjid dan melihat anak yatim yang tidak berdosa yang sudah mati kelaparan di tengah-tengah masyarakat kita. (Apalagi kalau anak yatim atau anak miskin itu membunuh diri karena tidak tahan terhadap rasa lapar yang telah mengganggu diriya setiap hari selama bertahun-tahun.)

Mana yang lebih utama? Pesta ulang tahun untuk Nabi SAW di setiap masjid di seluruh Indonesia? Atau kumpulkan uang “Maulid” dan menggunakannya untuk santuni anak yatim dan fakir miskin ATAS NAMA NABI?

Sampai saat ini saya belum lihat dan belum pernah hadiri sebuah acara Maulid Nabi yang sekaligus memberikan LEBIH BANYAK UANG kepada anak yatim di saat yang sama. (Maksud saya, bila anggaran untuk Maulid adalah 50 juta, kenapa tidak memberikan lebih dari 50 juta kepada anak yatim pada saat yang sama?)

Pengeluaran untuk Maulid bisa cukup besar, karena ada macam-macam tambahan biaya, seperti undangan, spanduk, tenda, sound system sewaan, konsumsi, konsumsi untuk panita saat rapat, dan tentu saja bayaran untuk pembicara (yang bisa mencapai puluhan juta rupiah bila sekaligus mengundang beberapa “ustadz terkenal”).

Apakah Nabi SAW akan senyum atau menangis ketika dia menyaksikan kita dan “pesta ulang tahun” yang kita buat untuk dirinya?

Mohon jangan salah paham! Saya bukan orang anti-Maulid. Saya bukan orang “garis keras” yang menolak maulid. Saya sebatas merasa sedih karena di dalam satu negara, kita bisa menghabiskan banyak sekali uang (ratusan milyar di seluruh nusantara?) untuk merayakan hari kelahiran Nabi SAW, sedangkan ada manfaat yang lebih utama dari uang itu. Bukannya dengan menyantuni anak yatim kita juga “ingat kepada Nabi SAW”? Bukannya dengan memberikan makanan kepada orang miskin kita juga “ingat kepada Nabi SAW”? Kenapa kita utamakan suatu bentuk perayaan dengan niat “ingat kepada Nabi SAW” pada saat banyak sekali orang (yang juga sayangi Nabi SAW) menderita dan tidak bisa makan? Bukannya mereka lebih utama dari “pesta” kita?

Kalau suatu saat negara ini makmur, dan tidak ada lagi anak yatim yang mati kelaparan, bunuh diri karena sering kelaparan sehingga putus asa, putus sekolah dan terpaksa kerja, kena penyakit terus-terusan karena tidak ada biaya pengobatan, maka saya siap menghadiri acara Maulid dengan senang hati dan rasa tenang, karena saya akan merasa puas bahwa usaha kita untuk menyantuni anak yatim ATAS NAMA NABI telah berhasil.

Menurut saya, alangkah baiknya bila kita sebagi ummat Muhammad SAW belajar untuk utamakan yang utama. Kita bisa kumpulkan uang “Maulid”, lalu kita kirim kepada anak yatim dan orang miskin yang membutuhkannya, ATAS NAMA NABI. Dan dalam setiap kecamatan atau kabupaten, hanya 1 masjid besar yang perlu mengadakan acara Maulid (atas kesepakatan semua). Bila masjid lain ingin mengadakan, boleh, tetapi dengan sesederhana mungkin, tanpa mengeluarkan biaya sama sekali. Cukup kita datang dan mendengarkan kisah-kisah tentang Nabi SAW dan baca sholawat baginya. Habis itu, kita bisa pulang tanpa harus diberikan apa-apa oleh pihak masjid.

Kasihan anak yatim yang lapar, ketika mereka menyaksikan ribuan orang berkumpul di masjid dan habiskan puluhan sampai ratusan juta rupiah untuk memuliakan satu anak yatim yang sudah wafat 1.400 tahun yang lalu. Anak yatim itu bernama Muhammad SAW dan dia sendiri menyuruh kita melindungi anak yatim di sekitar dia. Dia tidak hanya menyuruh, dia mencontohkan sendiri.

Kenapa kita mau ingat kepada satu anak yatim bernama Muhammad SAW, tetapi lupa contohnya untuk melindungi anak yatim yang lain?

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene

Bersikap baik pada ilmu dan nasehat dari orang lain


Assalamu’alaikum wr.wb.,

Ada teman di milis yang bertanya tentang hukum patung karena ada info dari teman/saudara bahwa patung tidak boleh dalam Islam. Dia sendiri sudah diberitahu tentang hal ini oleh orang lain, tetapi dia abaikan ilmu/nasehat itu. Saya mengirim komentar kepadanya seperti di bawah ini (namanya dihapus). Mungkin bermanfaat buat yang lain juga.

*****

Saya ingin sedikit komentari kalimat kamu yang ini:

“Terus ada juga beberapa teman yg bilang seperti itu [=patung dilarang] tapi aku gak peduli sambil membantah”

Kalau diberikan nasehat, atau ilmu, dari orang lain, kenapa sikap pertama yang keluar adalah membantah? Kalau kamu tahu bahwa ilmu kamu terbatas, mungkin lebih baik terima dulu sambil mencari klarifikasi dari sumber yang lain. Saya juga sering mengalami hal yang sama, di mana ada orang lain (termasuk juga guru saya Kyai Masyhuri) yang menyampaikan ilmu tentang Islam, tetapi saya tidak merasa yakin pada penjelasannya. Karena itu, dan karena sering terjadi, akhirnya saya membentuk sikap di mana saya terima dulu, dengan banyak bertanya2 kepada orang itu, dan setelah pulang saya mencari informasi lagi di internet. Saya juga suka telfon/sms ustadz yang lain dan bertanya kepada mereka. Setelah mendapatkan informasi yang sama dari 3 ustadz yang saya kenal dan hormati, akhirnya saya terpakasa menerima kenyataan bahwa saya salah, dan bantahan saya hanya berasal dari hati saya dan latar belakang saya, dan bukan sesuatu yang timbul dari ilmu Islam yang dalam.

Saya anjurkan agar kamu membangun sikap dan sifat yang sama. Kalau ada info baru dari teman, terima saja dulu dan banyak bertanya kepadanya. Kalau dia sekedar ngomong saja padahal tidak tahu, maka pasti akan cepat ketahuan (karena dia tidak bisa menjawab pertanyaan lagi). Tetapi kalau dia bisa menjawab, dan bersikap yakin pada apa yang dia sampaikan, tidak usah menolak, tetapi terima dulu sambil mencari konfirmasi dari orang lain (misalnya dengan bertanya di milis kita).

“Terus pamanku melarang di rumah ada patung2 dengan dalih " nanti malaikat enggan masuk ke rumah kita." katanya.

Aku membantah lagi...(dalam hati) . " masa gara2 benda2 itu, malaikat gk mau masuk ke rumah padahal kan masih ada yg sholat, ngaji, dll di rumah.”

Di sini kelihatan lagi. Paman sudah nasehati dengan baik, tetapi daripada terima saja dulu, kamu cepat menolak, padahal tidak punya ilmu tentang itu.

Di sini kelihatan suatu sikap yang sedikit berbahaya buat kita semua, yaitu sikap “Masa begitu?”

Kata kamu, “masa gara2 benda2 itu, malaikat gk mau masuk ke rumah padahal…” Kalau tidak hati-hati, sikap ini bisa menjadi berbahaya terhadap aqidah kita (seperti yang telah terjadi pada orang JIL).

Contoh:

Masa Allah yang Maha Penyayang mau bakar orang di neraka tanpa ampun? Masa begitu?

Masa ada orang baik-baik (non-Muslim) yang berdoa, terus doanya tidak diterima oleh Allah? Masa begitu?

Masa tidak ada Nabi lagi setelah Muhammad SAW padahal kita sangat membutuhkan seorang nabi baru yang sesuai dengan zaman ini? Masa tidak ada?

Masa Al Qur’an tidak boleh ditulis kembali sehingga sesuai dengan zaman ini? Masa tidak boleh diperbarui?

Dan seterusnya. Sikap “masa begitu?” ini tidak berasal dari ilmu, dan bukan hasil analisa. Ini semata-mata nafsu manusia yang bicara, dan kalau kita terlalu banyak mendengarkannya, maka kita bisa menjadi sesat dengan cepat sekali.

Kalau kita mau berbeda pendapat dengan orang lain tentang ilmu agamanya, maka itu boleh, tetapi lebih baik kalau kita juga menggali ilmu dan berdebat dengannya dengan cara yang mulia untuk sama-sama mencari kebenaran. (Bisa jadi kita lebih paham dan bisa mengajar dia, atau bisa jadi dia yang lebih paham dan bisa mengajar kita.)

Niat yang baik untuk menggali ilmu dengan cara seperti itu tidak akan terwujud selama kita bersikap “masa begitu?” saja.

Di lain waktu, kalau ada teman yang memberikan nasehat kepada kamu, coba terima saja dulu, dan bertanya-tanya kepada teman itu (perkara itu dikaji lebih dalam). Pikirkan. Cari informasi sendiri di internet (misalnya, cari di Eramuslim, atau Syariah Online, dan sebagainya) dan bertanya kepada ustadz atau teman yang lain yang ilmu agamanya lebih tinggi.

Setelah itu, kamu harus merasa yakin terhadap apa yang telah disampaikan oleh teman/saudara itu dari awalnya, kalau memang sesuai dengan apa yang didapatkan dari semua sumber yang lain. Dan setelah itu, kamu berstatus sebagai orang yang punya ilmu (tentang perkara itu). Dan karena itu, kamu juga punya kewajiban untuk menyampaikan ilmu itu kepada orang lain di lain kesempatan. Jangan anggap diri kamu masih “tidak tahu/tidak paham” kalau sudah pernah mengkaji suatu perkara dan sudah puas dengan jawaban/solusi/hukum yang telah dipelajari.

(Jadi, di lain hari, kalau ada teman kamu yang bertanya tentang hukum patung di dalam Islam, Insya Allah kamu berani untuk menjawab karena kamu sudah belajar dan sudah paham.)

Semoga bermanfaat.

{Kalau ada yang mau baca tentang hukum patung, silahkan lihat di sini, antara lain: Larangan Patung -Syariah Online.}

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene


Adab Berbicara

Saya dikirim ini oleh teman, tapi saya tidak tahu sumbernya. Semoga bermanfaat. Wassalam, Gene

Adab Berbicara

Ajaran Islam amat sangat serius memperhatikan soal menjaga lisan sehingga Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:

"Barangsiapa yang memberi jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada antara dua janggutnya (lisan) dan apa yang ada antara dua kakinya (kemaluannya) maka aku menjamin Surga untuknya." (HR. Al-Bukhari).

Menjaga Lisan

Seorang muslim wajib menjaga lisannya, tidak boleh berbicara batil, dusta, menggunjing, mengadu domba dan melontarkan ucapan-ucapan kotor, ringkasnya, dari apa yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya. Sebab kata-kata yang merupakan produk lisan memiliki dampak yang luar biasa.

Perang, pertikaian antarnegara atau perseorangan sering terjadi karena perkataan dan provokasi kata. Sebaliknya, ilmu pengetahuan lahir, tumbuh dan berkembang melalui kata-kata. Perdamaian bahkan persaudaraan bisa terjalin melalui kata-kata. Ironinya, banyak orang yang tidak menyadari dampak luar biasa dari kata-kata. Padahal Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:

"Sungguh seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang membawa keridhaan Allah, dan dia tidak menyadarinya, tetapi Allah mengangkat dengannya beberapa derajat. Dan sungguh seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang membawa kemurkaan Allah, dan dia tidak mempedulikannya, tetapi ia menjerumuskan-nya ke Neraka Jahannam" (HR. Bukhari)

Hadis Hasan riwayat Imam Ahmad menyebutkan, bahwa semua anggota badan tunduk kepada lisan. Jika lisannya lurus maka anggota badan semuanya lurus, demikian pun sebaliknya. Ath-Thayyibi berkata, lisan adalah penerjemah hati dan penggantinya secara lahiriyah. Karena itu, hadits Imam Ahmad di atas tidak bertentangan dengan sabda Nabi yang lain: "Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal darah, jika ia baik maka baiklah seluruh jasad, dan bila rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah, ia adalah hati." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Berkata Baik Atau Diam

Adab Nabawi dalam berbicara adalah berhati-hati dan memikirkan terlebih dahulu sebelum berkata-kata. Setelah direnungkan bahwa kata-kata itu baik, maka hendaknya ia mengatakannya. Sebaliknya, bila kata-kata yang ingin diucapkannya jelek, maka hendaknya ia menahan diri dan lebih baik diam. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam." (HR. Al-Bukhari).

Adab Nabawi di atas tidak lepas dari prinsip kehidupan seorang muslim yang harus produktif menangguk pahala dan kebaikan sepanjang hidupnya. Menjadikan semua gerak diamnya sebagai ibadah dan sedekah. Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: "… Dan kalimat yang baik adalah sedekah. Dan setiap langkah yang ia langkahkan untuk shalat (berjamaah di masjid)adalah sedekah, dan menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah." (HR. Al-Bukhari).

Sedikit Bicara Lebih Utama

Orang yang senang berbicara lama-lama akan sulit mengendalikan diri dari kesalahan. Kata-kata yang me-luncur bak air mengalir akan mengha-nyutkan apa saja yang diterjangnya, dengan tak terasa akan meluncurkan kata-kata yang baik dan yang buruk. Ka-rena itu Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam melarang kita banyak bicara. Beliau Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda artinya, …"Dan (Allah) membenci kalian untuk qiila wa qaala." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Imam Nawawi rahimahullah berkata, qiila wa qaala adalah asyik membicarakan berbagai berita tentang seluk beluk seseorang (ngerumpi). Bahkan dalam hadits hasan gharib riwayat Tirmidzi disebutkan, orang yang banyak bicara diancam oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam sebagai orang yang paling beliau murkai dan paling jauh tempatnya dari Rasulullah pada hari Kiamat. Abu Hurairah Radhiallaahu anhu berkata, 'Tidak ada baiknya orang yang banyak bicara.' Umar bin Khathab Radhiallaahu anhu berkata, 'Barangsiapa yang banyak bicaranya, akan banyak kesalahannya.'

Dilarang Membicarakan Setiap Yang Didengar

Dunia kata di tengah umat manusia adalah dunia yang campur aduk. Seperti manusianya sendiri yang beragam dan campur aduk; shalih, fasik, munafik, musyrik dan kafir. Karena itu, kata-kata umat manusia tentu ada yang benar, yang dusta; ada yang baik dan ada yang buruk. Karena itu, ada kaidah dalam Islam soal kata-kata, 'Siapa yang membicarakan setiap apa yang didengarnya, berarti ia adalah pembicara yang dusta'. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam :

"Cukuplah seseorang itu berdosa, jika ia membicarakan setiap apa yang di-dengarnya." Dalam riwayat lain disebutkan:

"Cukuplah seseorang itu telah berdusta, jika ia membicarakan setiap apa yang didengarnya." (HR. Muslim).

Jangan Mengutuk dan Berbicara Kotor

Mengutuk dan sumpah serapah dalam kehidupan modern yang serba materialistis sekarang ini seperti menjadi hal yang dianggap biasa. Seorang yang sempurna akhlaknya adalah orang yang paling jauh dari kata-kata kotor, kutukan, sumpah serapah dan kata-kata keji lainnya. Ibnu Mas'ud Radhiallaahu anhu meriwayatkan, Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:

"Seorang mukmin itu bukanlah seorang yang tha'an, pelaknat, (juga bukan) yang berkata keji dan kotor." (HR. Bukhari).

Tha'an adalah orang yang suka-merendahkan kehormatan manusia, dengan mencaci, menggunjing dan sebagainya.

Melaknat atau mengutuk adalah do’a agar seseorang dijauhkan dari rahmat Allah. Imam Nawawi rahima-hullah berkata, 'Mendo’akan agar seseorang dijauhkan dari rahmat Allah bukanlah akhlak orang-orang beriman. Sebab Allah menyifati mereka dengan rahmat (kasih sayang) di antara mereka dan saling tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa. Mereka dijadikan Allah sebagai orang-orang yang seperti bangunan, satu sama lain saling menguatkan, juga diumpamakan sebagaimana satu tubuh. Seorang mukmin adalah orang yang mencintai saudara mukminnya yang lain sebagai-mana ia mencintai dirinya sendiri. Maka, jika ada orang yang mendo’akan saudara muslimnya dengan laknat (dijauhkan dari rahmat Allah), itu berarti pemutusan hubungan secara total. Padahal laknat adalah puncak doa seorang mukmin terhadap orang kafir. Karena itu disebutkan dalam hadits shahih:

"Melaknat seorang mukmin adalah sama dengan membunuhnya." (HR. Bukhari). Sebab seorang pembunuh memutus-kan orang yang dibunuhnya dari berbagai manfaat duniawi. Sedangkan orang yang melaknat memutuskan orang yang dilaknatnya dari rahmat Allah dan kenikmatan akhirat."

Jangan Senang Berdebat Meski Benar

Saat ini, di alam yang katanya demokrasi, perdebatan menjadi hal yang lumrah bahkan malah digalakkan. Ada debat calon presiden, debat calon gubernur dan seterusnya. Pada kasus-kasus tertentu, menjelaskan argumen-tasi untuk menerangkan kebenaran yang berdasarkan ilmu dan keyakinan memang diperlukan dan berguna. Tetapi, berdebat yang didasari ketidak-tahuan, ramalan, masalah ghaib atau dalam hal yang tidak berguna seperti tentang jumlah Ashhabul Kahfi atau yang sejenisnya maka hal itu hanya membuang-buang waktu dan berpe-ngaruh pada retaknya persaudaraan. (Lihat Tafsir Sa'di, 5/24, surat Kahfi: 22)

Maka, jangan sampai seorang mukmin hobi berdebat. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:

"Saya adalah penjamin di rumah yang ada di sekeliling Surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan, meski dia benar. Dan di tengah-tengah Surga bagi orang yang meninggalkan dusta, meskipun dia bergurau. Juga di Surga yang tertinggi bagi orang yang baik akh-laknya." (HR. Abu Daud, dihasankan oleh Al-Albani).

Dilarang Berdusta Untuk Membuat Orang Tertawa

Dunia hiburan (entertainment) menjadi dunia yang digandrungi oleh sebagian besar umat manusia.

Salah satu jenis hiburan yang digandrungi orang untuk menghilangkan stress dan beban hidup yang berat adalah lawak. Dengan suguhan lawak ini orang menjadi tertawa terbahak-bahak, padahal di dalamnya campur baur antara kebenaran dan kedustaan, seperti memaksa diri dengan mengarang cerita bohong agar orang tertawa. Mereka inilah yang mendapat ancaman melalui lisan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam dengan sabda beliau:

"Celakalah orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang-orang tertawa. Celakalah dia, dan celakalah dia!" (HR. Abu Daud, dihasankan oleh Al-Albani).

Merendahkan Suara Ketika Berbicara

Meninggikan suaranya, berteriak dan membentak. Dalam pergaulan sosial, tentu orang yang semacam ini sangat dibenci. Bila sebagai pemimpin, maka dia adalah pemimpin yang ditakuti oleh bawahannya. Bukan karena kewibawaan dan keteladanannya, tapi karena suaranya yang menakutkan. Bila sebagai bawahan, maka dia adalah orang yang tak tahu diri. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menegaskan, 'Orang yang meninggikan suaranya terhadap orang lain, maka tentu semua orang yang berakal menge-tahui, bahwa orang tersebut bukanlah orang yang terhormat.' Ibnu Zaid berkata, 'Seandainya mengeraskan suara (dalam berbicara), adalah hal yang baik, tentu Allah tidak menjadikannya sebagai suara keledai.' Abdurrahman As-Sa'di berkata, 'Tidak diragukan lagi, bahwa (orang yang) meninggikan suara kepada orang lain adalah orang yang tidak beradab dan tidak menghormati orang lain.'

Karena itulah termasuk adab berbicara dalam Islam adalah merendahkan suara ketika berbicara. Allah berfirman, artinya:

"Dan rendahkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai." (QS. Luqman: 19).

(Ainul Haris)

Menyampaikan Kebenaran adalah kewajiban setiap Muslim. Kesempatan kita saat ini untuk berdakwah adalah dengan menyampaikan buletin ini kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahuinya.

Semoga Allah Ta'ala Membalas 'Amal Ibadah Kita.

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.

19 March, 2008

Parpol Islam Bakal Melorot di Pemilu 2009


Assalamu’alaikum wr.wb.,

Saya ingat ayat dan juga hadits yang mengatakan bahwa semua orang Islam adalah saudara. Sayangnya, di bidang politik, justru antara sesama Muslim tidak bisa kompak, walaupun tujuannya adalah untuk membela hak orang Muslim yang lain yang tidak sanggup membela diri, seperti anak yatim, janda, orang miskin, dan seterusnya.

Bila begini terus, saya setuju dengan komentar Prof Fealy bahwa partai Islam akan retak dan mengecil karena tujuannya bukan untuk berjuang demi rakyat dan ummat, tetapi tujuannya adalah merebutkan kekuasaan buat diri sendiri dan teman-temannya. Sangat jauh dari contoh Nabi SAW.

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene

Parpol Islam Bakal Melorot di Pemilu 2009

18 Mar 2008

Komentar Oleh: Senior Lecturer in Indonesian Politics Australian National University Prof Dr Greg Fealy

MASA depan partai politik berlabel Islam di Indonesia terancam bakal melorot pada Pemilu 2009. Bahkan, dalam kurun waktu 10 tahun yang akan datang, citra parpol Islam akan makin menurun sehingga banyak yang bubar. Penyebab utamanya adalah kebanyakan partai politik yang berlabel Islam tidak memiliki ideologi yang jelas.Selain itu, parpol Islam tersebut tidak punya kaderisasi yang baik. Di antara sekian banyak parpol Islam di Indonesia hanya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang masih punya masa depan yang cerah, paling tidak hingga Pemilu 2009.

Namun, 10 tahun mendatang, partai Islam yang cukup fenomenal di Indonesia ini pun terancam mengikuti nasib partai Islam lainnya. Inilah hasil pengamatan Prof Dr Greg Fealy. Dia adalah guru besar ilmu politik Australian National University yang banyak mengamati partai politik Islam di Indonesia.

Senin 17 Maret, Fealy menjadi pembicara tunggal dalam seminar nasional bertema, “Update: Hubungan Islam dan Politik di Indonesia” yang diselenggarakan Lembaga Penelitian UIN Alauddin, Makassar. Kepada wartawan Harian Fajar Alief Sappewali, Fealy mengungkap banyak hal tentang partai politik Islam di Indonesia. Berikut petikannya:

Prof Greg, Anda banyak mengamati pergerakan partai politik Islam di Indonesia. Apa yang terjadi dengan parpol-parpol berlabel Islam tersebut?

Partai islam di Indonesia saat ini cukup memprihatinkan. Banyak partai Islam yang pecah. Mereka tidak kompak. Ada pimpinan partai politik yang tidak kharismatik atau ada juga yang strategi politiknya layak dipertanyakan, saya kira. Ada juga yang arahnya kurang jelas sebagai parpol Islam.

Berdasarkan indikasi itu, hampir semua parpol Islam sangat mungkin perolehan suaranya akan turun pada pemilu yang akan datang, kecuali PKS. Berbeda dengan partai Islam lainnya, mungkin perioelahn suara PKS akan naik sampai 10 persen lebih, tentunya kalau mereka punya strategi yang tepat. Tetapi, parpol Islam yang lain saya kira agak susah dengan posisi seperti sekarang ini.

Partai-partai Islam yang lain terus berbenah. Mengapa hanya PKS yang Anda sebut bisa mendongkrak perolehan suaranya pada Pemilu 2009?

PKS adalah partai politik yang berideologi Islam yang paling menarik. Bisa dibilang, PKS adalah fenomena baru dalam politik Islam di Indonesia. Mereka adalah satu-satunya partai kader. Mereka satu-satunya parpol Islam yang memiliki system kaderisasi yang baik.

Seorang kader yang ingin naik ke jenjang yang lebih tinggi harus melewati seleksi yang cukup ketat. Kader yang bersangkutan harus betul-betul membuktikan diri bahwa dia punya komitmen tinggi, punya komitmen intelektual. Status mereka di partai berdasarkan kemampuan dan jasa yang diberikan kepada partai.

Tetapi, di partai lain, seperti PKB, PPP atau yang lainnya faktor paternasi atau faktor duit sangat menonjol. Di PKS, hal ini tidak terlihat. Mudah-mudahan PKS tetap seperti itu. Ada juga beberapa aspek lain di PKS yang sangat menarik.

Mereka cukup serius dengan kebijaksanaan dan juga tentang ideologi. Saya pikir PKS memberi alternatif kepada pemilih beragama Islam yang sudah tidak suka atau tidak percaya dengan partai Islam lainnya. Keberadaan PKS dalam sistem politik Indonesia perlu dihargai.

Menurut Anda, apa yang salah pada partai politik Islam di luar PKS?

Kalau melihat hasil survei LSI dan lembaga survei lainnya, dalam dua tahun terakhir ini, popularitas kebanyakan partai Islam menurun. PPP dan PAN paling jelas dan malah paling gawat posisinya. Kalau PKB sedikit lebih stabil. Tetapi, kesan saya semuanya mengalami kesulitan.

Kalau PKB, PPP, dan PBB, kelemahan mereka adalah karena mereka tidak punya sistem intern partai, sistem kaderisasi, atau sistem kegiatan cabang yang kuat. Mereka bisa dikatakan partai lima tahunan. Baru ada kegiatan kalau ada pemilu atau pilkada. Lalu, semestinya parpol punya sistem kaderisasi yang kuat dan juga arah kebijaksanaan yang kuat serta pemikir tentang ideologinya, nilai-nilai, dan sebagainya.

Ini yang belum terlihat dalam sistem politik Islam di Indonesia, kecuali PKS. Tetapi, PKS juga mulai berubah. Mereka sudah mulai menjadi partai terbuka, seperti partai politik Islam lainnya. Jadi belum tentu dalam 10 tahun yang akan datang, PKS masih bisa menjaga sifat khasnya, saya kira.

Anda mengatakan PKB cenderung agak stabil dibandingkan partai politik Islam lainnya. Bisa Anda jelaskan?

Masalah utama PKB saat ini adalah faktor kepemimpinannya. Orientasinya sebenarnya cukup jelas. Warga Nahdliyin cukup loyal. Masalahnya, PKB terus-menerus dilanda kemelut. Di bawah kepemimpinan Gus Dur tidak ada aksesibilitas dalam mengambil keputusan. Kalau Gus Dur menganggap ada orang yang kurang menghormati dia, mereka langsung dicopot.

Sekarang anaknya Yenni Wahid, sangat mungkin akan mengganti Muhaimin Iskandar sebagai ketua umum PKB. Walaupun Yenni orang pintar, tetapi dia tidak punya pengalaman memimpin organisasi massa. Bagaimana cara, misalnya, memecahkan konflik atau mengarahkan massa dan sebagainya. Yenni belum teruji. Dan saya kira ini juga risiko besar bagi PKB.

Terus, proses di internal PKB kurang demokratis. Seringkali DPP menggulingkan keputusan dari tingkat yang lebih bawah, termasuk pencalonan di pilkada. Tanpa loyalitas kaum Nahdliyin terhadap figur Gus Dur dan juga simbol PKB, saya kira suaranya akan turun drastis.

Satu hal yang juga terus mengganggu eksistensi partai politik Islam di Indonesia saat ini adalah konflik iternal. Tanggapan Anda?

Itu jelas sekali terlihat di PPP, dulu di PBB, meski sekarang terlihat relatif stabil. Saya kira kita perlu lihat kasus per kasus. Kalau PKB saya sudah bahas tadi, yakni karena figur Gus Dur. Kalau PPP memang ada perbedaan, ada masalah pribadi antara KH Zainuddin MZ dengan Hamzah Haz dan tokoh PPP lainnya sehingga lahirlah PBR (Partai Bintang Reformasi).

Nasib PBR saya kira tidak begitu cerah. Seringkali ada yang bersifat sangat personal yang menjadi sumber konflik, antara lain perebutan kursi di partai. Tidak banyak konflik yang berdasarkan ideology. Kalau PAN, ini juga mungkin ada elemen ideologis. Karena Pak Amein (Rais) mendukung Sutrisno Bachir untuk menjadi ketua umum.

Dia sangat tidak mau Fuad Bawazier. Sedangkan Hatta Rajasa dianggap kurang kuat. Masalahnya, pengetahuan Sutrisno Bachir terhadap politik praktis minim sekali. Dia pengusaha yang sukses. Tetapi, sebagai pemimpin politik, dia sering salah kaprah.

Salah satu faktor yang membuat PAN cukup kuat adalah hubungannya dengan Muhammadiyah. Tetapi, adanya ketegangan yang muncul membuat banyak kader Muhammadiyah yang lari ke partai lain. Ini memperlemah PAN.

Menghadapi Pemilu 2009, apa yang harus dilakukan partai politik Islam itu untuk memperbaiki citranya?

Yang paling penting adalah sistem kaderisasi yang baik. Partai politik Islam juga harus konsisten dengan ideologi mereka. Jangan lupa, pelayanan kepada masyarakat juga sangat menentukan. Dengan cara itu, maka sebagai organisasi, mereka akan lebih kuat. Ini mungkin salah satu warisan dari Orde Baru bahwa banyak partai politik, kecuali Partai Golkar dan PKS yang agak unik, banyak parpol yang tidak punya sistem kaderisasi.

Mereka belum bisa membangun semacam budaya partai yang kuat dan kesamaan visi dan sebagainya. Saat ini, kebanyakan parpol Islam terlalu elite-sentris. Mereka perlu lebih banyak turun mendekatkan diri ke tengah-tengah masyarakat dan melibatkan masyarakat dalam berbagai kegiatannya. (sappewali@fajar. co.id)

DATA DIRI

Nama Lengkap: Prof Dr Greg Fealy

Pekerjaan: Senior Lecturer in Indonesian Politics Australian National University Prof Dr Greg Fealy

Lahir: Melbourne, 1957

Istri: Kerryn Roder

Anak: Claire, Lewis

Pendidikan:

-S3 Bidang Politik Islam Monash University

Catatan dari Mochtar M

Saya kenal baik dengan Prof. Fealy ketika beliau berkunjung ke Flinders Univesity sekitar tahun 2004. Waktu itu perhimpunan mahasiwa Indonesia di Australia (PPIA) mengadakan kegiatan rutin Konferensi Indonesian Next. Kegiatan tersbut melibatkan mahasiawa Research (Masters dan PhD) dari seluruh universitas di Australia yang mengambil topik tentang isu-isu yang lagi menarik di wilayah Indonesia dan Asia Pacifik. Ketika itu Prof Fealy sempat numpang di mobil saya bersama beberapa orang mahasiswa PhD yang sedang ikut conference di Flinders Uni. Kami sempat berdisuksi serius dengan beliau.

Menurut saya Prof. Fealy adalah Indonesianis seperti juga beberapa orang kolega dan seniornya, Prof. Harold Croch, Prof. Collin Brown dan Prof. Anton Lucas. Prof. Fealy sangat paham dengan politik Islam khususnya konteks Indonesia.

Kegiatan konference di Flinders University pada saat itu diikuti pula oleh teman-teman mahasiswa PhD dari Indonesia yang sekarang sudah selesai studinya dan karir serta pamornya lagi naik seperti Dr. Deny Indrayana (Dosen UGM), Dr. Yudi Latif (Detuti Rektor UGM) dan Dr. Nadirsya (dosen senior UIN) dan sekarang diangkat jadi dosen dan research fellow di beberapa universitas terkenal di Australia dalam bidang Ilmu Hukum.

Saya sarankan agar pemerintah Australia meninjau kembali kebijakan travel warningnya. Saya ingin lebih banyak lagi peneliti dan dosen dari Universitas di Australia datang berkunjung ke Indonesia sehingga hubungan kerjasama dalam bidang pendidikan, penelitian dan promosi budaya antara Indoensia dan Australia terus maju dan tetap terpelihara.

Universitas kami di Palu telah bekerjasama dengan baik dengan dua Universitas terkemeuka di Jerman. Ada puluhan dosen dan peneliti dari Jerman sekaran lagi mengadakan penelitian di Sulawesi tengah. Universitas kami berkeraja sama dengan IPB dan UGM memfasilitasi program kerjasama tersebut sejak beberapa tahun lalu.

Salam

Mochtar M

16 March, 2008

Gaza Under Siege


By Ralph Nader

The world’s largest prison—Gaza prison with 1.5 million inmates, many of them starving, sick and penniless—is receiving more sympathy and protest by Israeli citizens, of widely impressive backgrounds, than is reported in the U.S. press.

In contrast, the humanitarian crisis brought about by Israeli government blockades that prevent food, medicine, fuel and other necessities from coming into this tiny enclave through international relief organizations is received with predictable silence or callousness by members of Congress, including John McCain, Hillary Clinton and Barack Obama.

The contrast invites more public attention and discussion.

Israel has militarily occupied Gaza for forty years. It pulled out its colonials in 2005 but maintained an iron grip on the area—controlling all access, including its airspace and territorial waters. Its F-16s and helicopter gunships regularly shred more and more of the areas’ public works, its neighborhoods and inflict collective punishment on civilians in violation of Article 55 of the Fourth Geneva Convention.

As the International Red Cross declares, citing treaties establishing international humanitarian law, “Neither the civilian population as a whole nor individual civilians may be attacked.”

According to The Nation magazine, the great Israeli human rights organization B’Tselem, reports that the primitive rockets from Gaza, have taken thirteen Israeli lives in the past four years, while Israeli forces have killed more than 1000 Palestinians in the occupied territories in the past two years alone. Almost half of them were civilians, including some 200 children.

The Israeli government is barring most of the trucks from entering Gaza to feed the nearly one million Palestinians depending on international relief, from groups such as the United Nations Relief and Works Agency (UNRWA). The loss of life from crumbling health care facilities, disastrous electricity cutoffs, gross malnutrition and contaminated drinking water from broken public water systems does not get totaled. These are the children and their civilian adult relatives who expire in a silent violence of suffering that 98 percent of Congress avoids mentioning while extending billions of taxpayer dollars to Israel annually.

UNRWA says “we are seeing evidence of the stunting of children, their growth is slowing…” Cancer patients are deprived of their chemotherapy, kidney patients are cut off from dialysis treatments and premature babies cannot receive blood-clotting medications, reports Professor Saree Makdisi in the February 2, 2008 issue of The Nation.

The misery, mortality and morbidity worsens day by day. Here is how the commissioner-general of UNRWA sums it up—“Gaza is on the threshold of becoming the first territory to be intentionally reduced to a state of abject destitution, with the knowledge, acquiescence and-some would say-encouragement of the international community.”

Amidst the swirl of hard-liners on both sides and in both Democratic and Republican parties, consider the latest poll (February 27, 2008) of Israelis in the highly respected newspaper—Haaretz: “Sixty-four percent of Israelis say the government must hold direct talks with the Hamas government in Gaza toward a cease-fire and the release of captive soldier Gilad Shalit. Less that one-third (28 percent) still opposes such talks. An increasing number of public figures, including senior officers in the Israeli Defense Forces’ reserves have expressed similar positions on talks with Hamas.”

Hamas, which was created with the support of Israel and the U.S. government years ago to counter the Palestine Liberation Organization (PLO), has repeatedly offered cease-fire proposals.

---------------------------------------------------------------------

Tell your friends to visit Nader.Org and sign up for E-Alerts.

14 March, 2008

Petisi Tinjau Kembali Tayangan "Idola Cilik"

Dear all,

Tolong isi dan forward petisi ini.

Terima kasih.

http://www.petitiononline.com/wrmindo/

Tinjau Kembali Tayangan "Idola Cilik"

dan Tayangan-tayangan yang Tidak Sesuai dengan Usia Anak di Televisi Nasional

Saat ini Stasiun Televisi RCTI menayangkan program "Idola Cilik" setiap hari dalam seminggu. Sesuai dengan nama program, acara kontes menyanyi ini ditujukan bagi anak-anak. Tayangan yang secara esensi sebetulnya bagus untuk anak-anak mendapatkan hiburan, sekaligus pengetahuan, nilai-nilai dan perjuangan hidup. Namun sangat disayangkan acara ini kerap dikemas dalam format yang tidak sesuai untuk anak-anak. Para calon idola cilik justru menyanyikan lagu-lagu dewasa. Begitu juga dengan penampilan kontestan yang tidak ada bedanya dengan artis dewasa, terkesan imitasi dan polesan. Bintang tamu yang ditampilkan, hampir semua adalah artis dewasa yang menyanyikan lagu-lagu dewasa dan sangat tidak cocok menjadi suguhan tontonan bagi anak-anak.

Hal di atas menimbulkan keprihatinan banyak pihak khususnya orang tua. Saat "Idola Cilik" tersedia sebagai program acara yang sebenarnya baik bagi anak-anak -di antara banyaknya tayangan bagi usia dewasa - program tersebut ternyata tetap saja tidak mendukung perkembangan anak sesuai dengan usianya. Pemilihan lagu dewasa dengan lirik yang belum tentu mereka paham maksudnya, seolah menjadi sah saja di acara ini. Seperti tidak ada persyaratan dalam pemilihan materi lagu. Pada akhirnya dapat dikatakan bahwa ini adalah sebuah bentuk eksploitasi terhadap anak-anak, untuk mencari keuntungan dari acara yang diminati banyak orang.

Untuk itu kami, orangtua yang peduli, mengajak para orang tua dan semua pihak yang peduli pada pendidikan dan tumbuh kembang anak Indonesia, untuk menandatangani petisi:

1. Mendesak RCTI untuk meninjau kembali program acara "Idola Cilik" menjadi program hiburan yang layak tonton sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan jiwa kanak-kanak.

2. Mendesak produser acara Idola Cilik di RCTI meninjau kembali konsep acara, terutama dalam pemilihan materi lagu, sehingga melalui lagu dan keseluruhan acara, penonton cilik dapat memperoleh pengetahuan dan pengayaan jiwa sesuai dengan usia mereka.

3. Mendesak Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan lembaga-lembaga terkait pada perlindungan hak asasi anak, untuk lebih responsif pada penayangan atau penyiaran acara-acara yang ditujukan untuk anak-anak.

4. Menghimbau semua stasiun televisi di Indonesia untuk tidak semata-mata mengutamakan keuntungan, tetapi memperhatikan hak asasi anak mendapatkan tontonan yang sesuai dengan usia dan perkembangan jiwa kanak-kanak.

5. Menghimbau seluruh media massa di Indonesia untuk lebih mengeksplorasi lagu-lagu kanak-kanak klasik dan lagu-lagu daerah di tanah air, sebagai usaha melestarikan budaya Indonesia.

6. Menghimbau kepada para orang tua untuk lebih selektif dalam mengikutsertakan putra-putrinya dalam sebuah program acara di media massa. Orangtua dihimbau untuk memilih program acara, mengikuti perlombaan atau audisi yang memiliki aturan jelas dan sesuai dengan perkembangan usia kanak-kanak.

Semoga petisi ini menjadi satu awal bangkitnya kesadaran media massa, lembaga-lembaga terkait dan orangtua, bahwa selayaknya anak-anak menjadi pelaku hiburan dan penikmat hiburan dari tayangan yang memang pantas untuk usia mereka.

Sincerely,

The Undersigned

http://www.petitiononline.com/wrmindo/

13 March, 2008

Ayat-ayat Cinta (mencintai atau memperalat?)


Assalamu’alaikum wr.wb.,

Sekarang lagi beredar beberapa email yang membicarakan pro dan kontranya film Ayat-Ayat Cinta (AAC).

Saya baru nonton filmnya, tetapi belum membaca bukunya. Jadi mohon diingat bahwa komentar saya berkaitan dengan isi film dan bukan isi buku. Kata teman yang baca bukunya, ada cukup banyak perbedaan di antara film dan buku, jadi saya belum tahu kalau komentar saya berlaku terhadap buku juga. (Mungkin kisahnya berbeda).

Salah satu masalah utama buat saya adalah “niat” untuk berpoligami yang dilakukan oleh tokoh utama, Fahri.

Di dalam film, ada tokoh Fahri yang menikah dengan Aisyah. Dan karena suatu kejadian, akhirnya Fahri juga menikah dengan Maria, seorang Kristen yang mencintai Fahri dan telah sakit hati karena Fahri menikah dengan Aisyah. Saat pernikahannya, Maria juga belum kembali sadar dari keadaan koma setelah ditabrak mobil.

Si Fahri dituduh sebagi pemerkosa oleh Noura (anak tetangga). Saksi yang satu-satunya yang bisa membuktikan bahwa Fahri tidak bersalah hanya Maria (yang dalam koma). Kata dokter, Maria tidak mau kembali sadar karena sakit hati terhadap Fahri. Mungkin dia merasa “ditinggal” oleh Fahri yang nikah dengan Aisyah.

Jadi Fahri ditahan polisi dengan tuduhan pemerkosaan, dan pada saat yang sama Aisyah menjadi sadar bahwa dia sudah hamil. Karena dia ingin suaminya dibebaskan dari penjara, dia butuh Maria sebagai saksi. Tetapi Maria masih di dalam koma. Tanpa coba macam-macam cara untuk menyadarkan Maria (yang dicoba hanya rekaman suara Fahri), maka dengan sangat berat hati, Aisyah menyuruh Fahri untuk menikah dengan Maria dengan harapan bahwa dengan itu Maria akan kembali sadar. (Akad nikah = pengobatan alternatif, atau ilmu sihir).

Masih di dalam keadaan koma, Maria dinikahkan Fahri. Beberapa saat kemudian, Maria kembali sadar (dan siap menjadi saksi, tentu saja).

Yang saya anggap kurang bagus dari cerita ini cukup banyak (maksudnya, dari pandangan Islam, karena kata semua orang ini film yang islamiah). Misalnya, apakah seorang perempuan (yang Kristen) bisa dinikahkan di dalam keadaan koma, tanpa memberi izin?

Tetapi dari semua hal yang saya anggap cukup ganjil dan aneh, salah satu yang paling buruk adalah alasan Fahri disuruh menikah dengan Maria. Aisyah, isterinya Fahri, yang suruh.

Kenapa?

Apa manfaatnya bagi dia bila suaminya menikah dengan Maria? Ternyata, dia MEMBUTUHKAN persaksian Maria di pengadilan untuk membebaskan suaminya.

Aisyah itu tidak mau ditinggal suaminya. Dia tidak mau membesarkan anak sendiri dengan seorang suami di penjara (walaupun tidak bersalah). Dia butuh suaminya. (Dan barangkali juga mencintai suaminya). Tujuan utama dari pernikahan itu adalah untuk membebaskan Fahri dari penjara lewat persaksian Maria. Apakah karena Aisyah mencintai Fahri atau karena Aisyan butuh bapak untuk anaknya adalah hal yang sangat subyektif. (Kita tidak bisa tahu yang mana yang paling mendorong pikiran Aisyah).

Intinya, Maria itu “diperalat” (padahal masih di dalam keadaan koma).

Pernikahan (poligami) dengan Maria sama sekali tidak dilakukan karena semuanya kuatir terhadap masa depan Maria. Tidak dilakukan karena semuanya begitu sayang kepada Maria dan ingin membantunya. Tetapi dilakukan semata-mata untuk membebaskan Fahri dari penjara.

Di dalam kejadian ini, saya lihat sikap dan perilaku yang cukup buruk. Berpoligami bukan karena sayang dan ingin membantu, tetapi karena membutuhkan persaksian. Ini nilai Islam apaan?

Saya berfikir lebih lanjut. Bagaimana kalau Maria tidak di dalam koma, dan sebatas depresi saja. Apakah Fahri masih disuruh berpoligami? Bagaimana kalau Maria seorang laki-laki (dan dalam koma)? Bagaimana kalau Maria telah menikah buru-buru dengan seorang pria yang lain sebelum ditabrak mobil? Solusinya apa? Kesan di dalam film ini, solusinya hanya berpoligami saja, dan itu tetap untuk kepentingan Fahri, bukan Maria.

Jadi, ada sekian banyak hal yang membuat saya gelisah waktu nonton, dan inilah hanya salah satu perkara yang kurang bagus dan tidak berkaitan dengan ajaran Islam. Di dalam kisah “cinta” ini, hak berpoligami dan seorang perempuan yang kena musibah diperalat untuk kepentingan Fahri. Saya tidak melihat “ayat-ayat cinta” tetap “ayat-ayat kepentingan diri sendiri” yang diperalat oleh sebuah pihak. (Kenapa Aisyah tidak menyuruh Fahri menikah dengan Noura dan Nurul juga, padahal mereka juga mencintai Fahri seperti Maria? Mungkin karena Aisyah tidak “membutuhkan” sesuatu dari mereka).

Kalau saya mulai menulis tentang semua hal lain yang saya anggap buruk di dalam film ini, maka kayanya tidak jadi tidur malam ini karena ada begitu banyak perkara.

Sekian saja dulu. Semoga bermanfaat sebagai renungan. Dan semoga bapak-bapak yang berniat poligami, melakukannya dengan niat yang lebih mulia daripada si Fahri dan Aisyah.

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene

Bush 'Menyukai' Water Boarding


Nurvita Indarini - detikcom

09/03/2008 11:14 WIB

Washington - Tahanan diikat di sebilah papan, tangan dan kakinya pun diikat tali. Kepalanya ditutup dengan karung atau kain. Lalu air disiramkan secara terus menerus ke wajah si tahanan. Itulah teknik water boarding yang digunakan CIA untuk mengorek informasi dari tahanan di beberapa penjara AS di luar neg

Disiram dengan air sampai megap-megap tentu bukan hal yang menyenangkan. Bahkan tak jarang water boarding berakhir dengan kematian. Sebagian kalangan mengutuk penganiayaan semacam itu. Perdebatan keras di Kongres AS pun muncul. Namun Presiden AS George W Bush ternyata 'menyukai' cara ini.

Kongres AS yang dipimpin Partai Demokrat menarik kesimpulan untuk menghentikan cara tersebut. Tetapi Bush memveto usulan tersebut. Baginya, bila usulan tersebut diterima maka sama artinya dengan menjauhkan perangkat paling berharga dalam perang melawan teror.

Menurut Bush, CIA membutuhkan prosedur interogasi yang terspesialisasi. Demikian dilansir dari BBC, Sabtu (8/3/2008).

Dalam sebuah acara radio, Bush tidak menyebut secara spesifik soal water boarding. "Usul yang disampaikan Kongres kepada saya kan menghilangkan satu dari berbagai cara untuk berperang melawan teror," ujar Bush.

"Bukan saatnya Kongres untuk menghilangkan cara yang ampuh menjaga keamanan Amerika," imbuhnya.

Usulan Kongres menyatakan membatasi petugas CIA untuk menggunakan 19 teknik interogasi yang digarisbesarkan oleh tentara AS. Artinya, peraturan itu melarang CIA menggunakan tidak hanya papan air, namun juga metode pemaksaan atau kasar lainnya kepada para tahanan.

CIA baru-baru ini di depan umum mengakui menggunakan papan air pada 3 orang, termasuk tahanan yang merupakan anggota Al Qaeda yakni Khalid Sheikh Mohammed.

Data ABC News berdasar keterangan agen CIA yang namanya dirahasiakan, selain water boarding ada beberapa cara lain untuk meminta informasi dari para tahanan. Cara itu antara lain sel dingin, di mana tahanan disuruh berdiri telanjang di sel dengan suhu udara dingin.

Cara lainnya adalah dengan berdiri selama 40 jam dan bahkan lebih, hingga terkapar di lantai. Tamparan perut juga dilakukan, yakni tamparan keras di bagian perut dengan menggunakan tangan terbuka. Cara ini akan menimbulkan rasa sakit namun tidak menyebabkan luka-luka.

( nvt / iy )

Sumber : Detik.com

12 March, 2008

Satu Dari Empat Remaja Perempuan Di AS Punya Penyakit Seks

Sebuah studi baru dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC, pusat penelitian penyakit di AS), menunjukkan bahwa 1 dari 4 remaja perempuan telah kena penyakit seks (STD –sexually transmitted disease). Data dikumpulkan dari survey 838 anak berumur 14 tahun sampai 19 tahun.

Virus HPV yang menyebabkan kanker serviks (cervical cancer) adalah infeksi yang paling umum, lalu chlamydia, trichomoniasis dan herpes. Di kalangan perempuan Afrika-Amerika hampir 50% yang telah kena penyakit seks, sedangkan untuk perempuan berkulit putih dan keturunan Meksiko, hanya 20%.

Kata John Douglas, ketua CDC untuk pencegahan STD, anak remaja tidak ingin diperiksa karena mereka merasa tidak ada risko bagi mereka (mereka merasa tidak mungkin bisa kena penyakit seks.) Ada sebagian dokter yang tidak ingin membahas pemeriksaan secara rutin dengan pasien remaja karena orang tua anak itu juga harus diberitahu (yang kemudian bisa menimbulkan konflik bila ketahuan ada penyakit).

STDs rife among US teenage girls

One in four teenage girls in the United States has a sexually-transmitted disease, a study has indicated.

Story from BBC NEWS:

******************

Assalamu’alaikum wr.wb.,

Ini yang terjadi di AS, yang merupakan negara maju, di mana kondom bisa dibeli dengan mudah di mana-mana, dan juga ada sebagian sekolah yang menyediakan di dalam sekolah. Di sekolah juga ada kelas tentang kesehatan yang termasuk pelajaran tentang seks, dan penyakit seks.

Kalau hasilnya semua itu adalah 1 dari 4 perempuan tetap kena penyakit seks, berapa lama sampai hasil yang sama kelihatan di Indonesia? Di sini anak remaja makin bebas, makin tidak dijaga atau dipantau oleh orang dewasa, program televisi “menjual” budaya yang serba bebas, film bioskop makin menjual nilai-nilai yang jauh dari budaya dan agama, dan berapa banyak orang dewasa yang memberikan contoh yang buruk. (Hampir tidak ada minggu yang lewat tanpa berita seputar selingkuh, hamil di luar nikah, dsb.)

Bagaimana masa depan bangsa bila agama dan budaya sudah dibuang demi mengejar kebebasan versi barat, dengan hasil penyakit seks menyebar ke mana-mana?

Apa bisa dibayangkan kalau di masa depan, sebelum akad nikah juga harus periksa darah untuk mengecek kalau calon suami/isteri punya penyakit seks?

Alangkah buruknya masa depan itu.

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene

10 March, 2008

Kompor Lab Meledak, Siswa Terbakar

Assalamu’alaikum wr.wb.,

Kualitas guru memang sangat prihatin di sini, tetapi ini tidak saja berkaitan dengan kualitas guru, tetapi kualitas pikiran orang dewasa. Terlalu sering kita melihat orang dewasa melakukan tindakan yang tidak logis, tidak aman, tidak manusiawi, tidak bermoral, dll. Kepedulian terhadap orang lain sangat minim. (Sebagai contoh, orang siap jual makanan yang terkontaminasi dengan borax, formalin, dll.) Daripada hati-hati terhadap orang lain dengan sikap “tidak mau ambil risiko”, atau “tidak mau merugikan orang lain”, terlalu banyak orang langsung terjun saja dengan sikap “Ahh, nggak apa-apa. Nggak usah banyak pikir dong!”

Kalau hanya mengyangkut diri sendiri, bisa menjadi malapetaka untuk keluarga ketika orang itu mengalami kecelakaan dan harus dirawat oleh keluarga, dan tentu saja itu makan banyak waktu dan biaya. Tetapi yang lebih parah lagi adalah ketika sikap “cuek” itu ditujukan kepada anak dari orang lain.

Dalam kasus ini, gurunya sangat luar biasa. Katanya: "Sebelumnya, tidak menjadi masalah." Ternyata itu alasan yang dia anggap sah untuk main dengan api dan spiritus di dalam sekolah. Kalau murid tidak nurut dengan guru untuk pakai jaket lab kenapa kelas dilajutkan oleh sang guru? (Apa manfaatnya jaket itu? Emang tahan api?)

Cukup membuat peraturan yang jelas: semua murid pakai jaket dulu, baru kelas dimulai. Apa susahnya? Gurunya merasa cukup mengatakan "Saya sudah suruh" dan dengan sedemikian gampang, dia lepaskan tanggungjawab. (SBY juga bisa begitu: “Saya sudah menyuruh semua pejabat ‘Jangan korupsi’ maka saya tidak bertanggung-jawab lagi kalau mereka tidak nurut.”)

Terus, kenapa polisi tidak turun tangan? Bukannya ini kasus kelalaian guru terhadap siswa? Dan, kenapa bapak dari anak tersebut bisa maafkan sekolah dengan begitu mudah dan cepat? Apakah karena dibayar supaya tidak menuntut di pengadilan? Wallahu a’lam.

Kok sekolah hanya sebatas membiayai perawatan di rumah sakit dan tidak lebih? Apakah nanti di masa depan ada orang yang mau memberikan pekerjaan kepada si korban yang punya luka bakar di muka? Kalau ternyata dia kesulitan dapat pekerjaan nanti, siapa yang mau bertanggung-jawab? Ternyata sekolah sudah lepaskan tanggung-jawab dari sekarang (secepat mungkin, dengan biaya hanya beberapa juta saja). Juga tidak ada penjelasan tentang sangsi bagi sang guru. Atau mungkin tidak perlu karena anak itu bersalah. Kalau orang dewasa yang menjaga anak tidak ambil tindakan untuk menjaga anak, maka apakah sang anak yang salah bila kena musibah?

(Bayangkan kalau babysitter anda juga begitu: “Saya sudah suruh abang untuk tidak main petasan. Jadi dia salah sendiri kalau minta saya beli petasan di warung depan rumah, lalu saya belikan, dan dia nyalakan, dan kemudian kena luka bakar. Emang saya yang bertanggung-jawab? Saya sudah suruh jangan!”)

Berapa banyak kasus seperti kompor meledak ini yang tidak sampai masuk berita nasional?

Kapan anak bangsa ini akan mulai dilindungi oleh pemerintah?

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene

***********

Kompor Lab Meledak, Siswa SMAN 3 Karawang Terbakar

Rabu, 05 Maret 2008

KARAWANG -- Seorang siswa SMAN 3 Karawang, Asep Saipul Anwar (17), mengalami luka bakar cukup serius di wajah, leher, dan tangannya. Asep terbakar, karena kompor spirtus milik sekolahnya meledak, saat digunakan dalam praktik laboratorium biologi, sepekan yang lalu. Saat ini, Asep yang merupakan warga Kampung Baros, RT16/08 Desa Tanjungjaya, Kec Tempuran, masih mendapatkan perawatan intensif di ruang Marwah, Rumah Sakit Islam Karawang (RSIK).

Ketikan ditemui Republika, Asep menuturkan, kejadian bermula saat dirinya melakukan praktik biologi bersama gurunya Sunaryo. Saat itu, Asep diminta memegang corong minyak kompor. Sedangkan gurunya yang menuangkan spirtus ke dalam kompor itu. Karena api kompor dalam keadaan menyala, kata Asep, tiba-tiba spirtus yang dituang tersebut menyemburkan api dan langsung menyambarnya.

''Api yang menyambar badan dan wajah saya begitu besar. Dan dalam waktu yang cepat, sekujur tubuh saya sudah terbakar,'' ujarnya. Saat terbakar, lanjut Asep, guru praktiknya tersebut langsung menolongnya, dengan menyobek seragam yang dipakainya. Setelah itu, bersama para guru lainnya, dia langsung di bawa ke IGD RSIK. Setelah dirawat, luka bakar yang dideritanya ternyata parah, dan membakar 20 persen bagian wajah sebelah kiri, leher dan tangan kanannya.

Asep mengaku, menurut prosedur tetap (protap) dalam melakukan penelitian, khususnya dalam melakukan pengisian bahan bakar kepada kompor spirtus, api seharusnya tidak menyala. Namun, saat itu, api di kompor masih menyala, dan gurunya tetap menuangkan spirtus kedalam kompor tersebut. Sehingga, dengan mudahnya, api yang menyala tersebut ketika tersiram spirtus langsung menyambar dirinya.

Ayah Asep, Ana Suryana (38), mengaku, pihaknya sudah memaafkan pihak sekolah. Sebab, apa yang terjadi ini dianggapnya sebagai kecelakaan. Selain itu, seluruh biaya perawatan anaknya tersebut sudah ditanggung pihak sekolah. Namun, dirinya sangat menyayangkan kejadian tersebut. Dia menilai, kejadian nahas yang menimpa anaknya itu merupakan kelalaian guru di sekolah.

''Kami tidak akan permasalahkan kejadian ini. Hanya saja kedepannya pihak sekolah harus lebih hati-hati lagi, dalam melaksanakan praktek,'' katanya. Sementara itu, saat dimintai konfirmasi, Sunaryo bersama Sekretaris Komite Sekolah SMAN 3 Karawang, Iwan Kartiwan, membenarkan seluruh biaya korban ditanggung pihak sekolah. Namun, Sunaryo mengaku, sebetulnya dia sudah memberikan arahan bagi 41 siswa yang ada di laboratorium tersebut. Namun, dia menyayangkan, masih banyak siswa yang tidak mengikuti arahannya.

''Seperti contoh, korban dan siswa lainnya pada saat itu tidak menggunakan jas laboratorium. Padahal saya sudah memerintahkannya,'' ujarnya menandaskan. Terkait protap saat mengisi kompor spirtus, Sunaryo mengaku, sebetulnya pada saat mengisi kompor tersebut, api harus dalam keadaan mati. Namun, karena kebiasaannya tidak mematikan api dan tidak pernah terjadi apapun. Sehingga, pada sebelum kejadian pun, api dalam kompor itu tetap dinyalakan.

Namun, dia tidak menyangka, pada saat kejadian, kompor tersebut meledak dan menyemburkan api, sehingga memakan korban siswanya. Ditegaskan dia, seharusnya dia juga ikut terbakar. Alasannya, yang dekat dengan kompor itu dia dan Asep. ''Saya sudah minta maaf kepada keluarga korban dan sekolah sudah tanggung semua biaya,'' katanya. win

Sumber: Republika Online

06 March, 2008

Sertifikasi Guru = Berburu Sertifikat

(Tulisan dari teman di milis SD-Islam)

Sertifikasi Guru = Berburu Sertifikat

assalamu alaikum

Kemaren sore beberapa guru SD datang ke kantor kami. Dia akan mengikuti sertifikasi guru bulan maret ini. Nah, kebutuhannya adalah mengumpulkan poin agar dapat lulus sertifikasi. Poinnya dengan ikut pelatihan, seminar dan sebagainya. Kami punya agenda bulanan, dia pun memilih mana yang akan diikuti.

Guru sebelahnya dari Cianjur juga bercerita. Kemaren ada seminar tentang sertifikasi yang bubar tidak jadi dilakukan karena peserta membludak, tidak terkendali. Lalu panitia tidak menutup pendaftaran. Akhirnya peserta yang tidak kebagian tempat dan kesal maju ke depan mengambil mikropon. Jadilah kacau dan bubar acaranya. Peserta mengejar panitia agar uangnya dikembalikan. Dan akhirnya biar tidak ricuh polisi pun turun tangan.

Guru lain juga tak mau kalah. Kemaren ada seminar di Cimahi, peserta juga sangat banyak. Lebih seru lagi karena peserta yang tidak datang pun asalkan daftar dan bayar akan dapat sertifikat. Malah yang terjadi karena sangat banyak, peserta yang datang tidak dapat sertifikat, yang nitip kolektif uang dan pendaftaran malah sudah dapat sertifikat.

Dan memang hari itu juga sempat ada yang daftar ke kami, atas nama temannya, dan dia bilang hanya daftar dan bayar saja tapi pada saat acara tidak bisa datang. Yang dia butuhkan sertifikatnya. Tentu saja kami tolak dan kami katakan kami tidak jualan sertifikat.

Ini fenomena apa ya ? Kok guru-guru sampai demikian 'memberhalakan' sertifikat sehingga mencari cara 'kreatif' untuk mendapatkannya. Kalau perlu melabrak nilai-nilai kejujuran. Apakah hanya karena sertifikasi yang nantinya mendapatkan gaji tambahan sebesar satu kali gaji pokok, segala cara pun ditempuh. Bagaimana bisa sertifikasi menjadi 'ampuh' untuk menaikkan kualitas pendidikan jika seperti ini yang terjadi?

Sampai seorang dosen saya di UPI pun bercerita saat menjadi assessor portofolio guru. Ada assessor yang menemukan amplop berisi uang ratusan ribu. Mungkin gurunya ingin menyogok assessor agar dapat lulus. Lalu ada juga laporan penelitian dari guru yang judul depannya lokasi di Sumedang dan tingkat SD. Saat dibaca di dalamnya kok lokasi di Tasikmalaya dan tingkat SMA. Oh.. ternyata itu penelitian orang yang diganti covernya, tapi lupa ganti isinya.

wassalam

syamril

Mahmud, Kepala Sekolah Ya Pemulung

Hidup, tak selamanya bisa memilih. Itulah yang dirasakan Mahmud, seorang guru, bahkan kini menjadi kepala sekolah salah satu sekolah agama di Cengkareng, Jakarta Barat. Ia seperti hidup di antara dua dunia yang sangat berbeda, menjadi guru di satu saat, dan karena alasan ekonomi menjadi pemulung sampah di saat lain. Inilah potret nyata kehidupan guru di tanah air.

***

Matahari perlahan mulai menampakan sinarnya, dan pagi kembali datang. Akupun kembali membuka lembaran hidup dari gubukku yang sederhana ini. Namaku Mahmud. seperti hari-hari sebelumnya, di pagi buta, aku sudah melangkahkan kaki pergi mengajar di sekolah Madrasah Sanawiyah Safinatul Husnah, tak jauh dari tempatku tinggalku di Jalan Bambu Larangan RT 03 RW 05 Cengkareng Barat, Jakarta Barat, jadi aku cukup berjalan kaki untuk ke sana.

Sudah 32 tahun aku menekuni profesi ini, persisnya sejak aku berusia 14 tahun. Ya, sejak muda, aku memang bercita-cita menjadi guru, profesi yang pekerjaannya sangat mulia menurutku. Apalagi kini aku dipercaya menjadi kepala sekolah. Aku senang, pengabdianku telah berbuah manis.

Menjadi guru, bukanlah pekerjaan mudah, apalagi menjadi kepala sekolah. Tanggungjawabnya sangat besar, tak hanya harus mampu menjadi teladan tapi juga harus menyiapkan bekal mutu dan moral bagi murid-murid kami, generasi penerus bangsa ini. Karena itu hampir setiap upacara sekolah, saat menjadi inspektur upacara, aku coba tanamkan nilai-nilai luhur itu.

Meski menjadi kepala sekolah, aku tetap mengajar, matematika dan ppkn, pendidikan pancasila dan kewarganegaraan. jujur, Ada dua alasan mengapa aku tetap melakukannya. Pertama karena aku memang senang mengajar. Aku juga tak ingin ilmu matematika yang kudapat dari Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta menjadi tak terpakai. Dan kedua, karena alasan ekonomi. Aku masih membutuhkannya sebagai sumber tambahan.

Menjadi guru, sekali lagi, memang sangat berat, setidaknya sampai saat ini. Penghasilan yang didapatkan, sangat tak sebanding dengan karya kami untuk bangsa ini. Tapi aku, dan juga mereka yang telah memilih pekerjaan ini tak boleh mundur. Ada tanggung jawab besar di pundak kami.

Berkumpul dengan keluarga adalah saat terindah dalam hidupku. Bersama mereka aku bisa melupakan semua persoalan yang membebaniku, terutama setiap kali melihat senyum di wajah Jumiati, isteriku. Maklum, sudah dua tahun terakhir ini dia sakit-sakitan, dan aku terus memikirkannya.

Sebagai kepala rumah tangga, beban di pundakku sebenarnya sangat berat. Ibarat bangunan, aku tak ubahnya seperti tiang yang harus berdiri kokoh, jika tak ingin seluruh bangunan roboh. Bukan maksudku berkeluh kesah, tapi penghasilanku sebagai guru, meski kini telah menjadi kepala sekolah, sangatlah kecil. Aku buka saja, penghasilanku dari sekolah sekitar 500 ribu rupiah. Bisa apa dengan uang itu dengan harga kebutuhan yang terus naik sekarang ini. Belum lagi aku harus membiayai sekolah anak-anakku.

Itulah sebabnya, di luar profesi guru, diam-diam aku menjadi pemulung, mengais rezeki di antara tumpukan sampah di belakang rumahku. Saat menjadi pemulung, yang terbayang hanya wajah anak isteriku. Mereka membutuhkan kehidupan dariku. Rasa lelah, lapar, coba aku singkirkan. Tak ada gunanya pula aku mengeluh, karena inilah jalan hidupku. Hasilnya juga lumayan buat memenuhi kebutuhan hidup kami sekeluarga.

Aku sadar, keputusanku ini tidak semua menyukainya, terutama dari mereka yang merasa pekerjaan ini tak pantas dilakukan seorang guru sepertiku. Bahkan tak jarang aku menerima cibiran. Mereka seperti tak mau mengerti, isteriku sudah dua tahun menderita sakit kanker otak, dan aku belum juga mampu membiayai operasi untuknya.

Jumiati, isteri, adalah segalanya bagiku. Tak mampu kugambarkan bagaimana besar artinya dia buatku. 22 tahun ia dengan setia mendampingiku, tak ada bandingan, walau kini ia sedang tak berdaya karena sakit yang ia derita.

Sejak isteri divonis menderita kanker otak dua tahun lalu, fikiranku memang tak tenang. Permintaan beberapa murid untuk diajar les tambahan, terpaksa tak bisa dipenuhi, aku tak bisa konsentrasi, Jumiati begitu berarti buat kami. Selagi sempat aku selalu ingin berada dekatnya, menikmati kebersamaan dengannya. Aku tak sanggup membayangkan kehilangan dia.

Begitupun dengan ketiga anakku, mereka bak matahariku, sumber kekuatanku, karena mereka pula aku ikhlas menjalani kerasnya hidup ini. Si sulung, Hidayatul Aulia, telah lulus SMA, aku terharu ketika ia memutuskan tak kuliah, memberi jalan buat kedua adiknya meneruskan sekolahnya.

Yang kedua Ridwan Abimanyu, saat ini sedang kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jurusan perbandingan agama, aku sangat bangga melihat semangat belajarnya. Lalu si bungsu Mirma Yunita, baru masuk pesantren dekat rumahku. Aku ingin kehidupan mereka kelak, lebih baik dari kami orang tuanya.

Lingkungan tempat tinggal kami, sebenarnya tidak mendukung. Kotor dan tak baik buat kesehatan, paling tidak itulah yang kami sekeluarga rasakan. Tak hanya isteriku yang sakit, ketiga anakkupun sebenarnya mengalami gangguan kesehatan. Tapi kami memang tak punya pilihan.

Hidup ini memang sebuah perjalanan, penuh liku dan terjal. Andai saja aku punya pilihan, ingin rasanya aku pindah ke lingkungan yang lebih baik. Kadang aku seperti berkhayal, membayangkan kehidupan yang lebih baik. Tinggal di lingkungan yang bersih, memiliki rumah yang memadai. Dan, ah..sudahlah, aku sudah melupakan impianku diangkat menjadi pegawai negeri, walau kadang obsesi itu masih saja kerap melintas di benakku.

Kini semua kupasrahkan kepada Tuhan. Bagiku, Tuhan telah berbuat yang terbaik untukku. Walau begitu, aku kerap mengadukan semua keluh kesahku kepadanya, aku menemukan kedamaian saat merasa dekat dengannya.(Ijs)

Reporter : Budi Sampurno

Cameraman : Iwan Agung

Ditulis ulang : Firdaus Masrun

Tayang : Jumat, 7 Desember 2007, Pukul 12:30 WIB

Sumber: Indosiar

Gambar Wanita Sebagai Iklan


Kamis, 26 Apr 07 07:04 WIB

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Pak Ustazd, bagaimana kaidahnya dalam Islam mengenai penampilan atau menampilkan wantia dalam Iklan di TV atau media cetak.

Yang hampir semua orang (laki/wanita) yang melihat hal tersebut.

Terima Kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Abdullah

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Kaidahnya sangat mudah dan jelas, yaitu semua wanita muslimah diharamkan memperlihatkan apapun dari tubuhnya, kecuali wajah dan kedua tapak tangannya. Baik secara langsung (live) atau pun lewat media televisi. Termasuk juga pada media lainnya seperti gambar padamajalah, koran, brosur, pamplet, baliho, spanduk dan seterusnya.

Para ulama sejak lama telah bersepakat bahwa batas aurat wanita itu adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan kedua tapak tangan. Memang ada sebagian ulama yang tidak mencantumkan pengecualian, sehingga seluruh tubuh termasuk wajah dan tapak tangan pun dianggap aurat juga. Dan ada juga yang mengecualikan selaion wajah dan tapak tangan, yaitu kaki hingga kedua mata kaki.

Namun yang menjadi kesepakatan jumhur ulama adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua tapak tangan. Jadi selama seorang wanita tidak menampakkan auratnya, maka halal baginya untuk tampil di muka publik. Sebagaimana para wanita shahabiyah dan bahkan para isteri rasul sekalipun, juga tampil di muka publik.

Sedangkan tampil di muka publik dengan terlihat lengan, leher, pundak, dada, betis, paha dan lainnya, jelas haram hukumnya. Meski tanpa niat tampil sensual. Batasannya bukan pada sensualitasnya, atau juga bukan pada niatnya. Tetapi batasnya secara pisik saja, yaitu aurat.

Jadi kaidahnya sederhana dan mudah: Kalau aurat terlihat, haram tampil. Kalau aurat tidak terlihat, boleh tampil.

Adapun masalah kosmetik, bedak, lipstik, gincu, corak warna pakaian, model, potongan, dan lainnya, adalah wilayah yang oleh masing-masing ulama jadi bahan perbedaan pendapat. Mulai dari yang paling longgar hingga yang paling ketat. Tetapi urusan batas aurat, semua sepakat.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

Sumber: Eramuslim

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...