Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (557) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (179) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

11 March, 2018

“Kitalah Yang Mengangkat Ibu!”

Marissa Schimmoeller adalah seorang guru Bahasa Inggris yang perempuan di sebuah SMA di Amerika, dan pakai kursi roda. Setelah terjadi penembakan di sebuah sekolah minggu kemarin di Florida, Ibu Marissa diskusi sama siswa tentang apa yang akan terjadi kl suatu hari ada penembakan di sekolah mereka juga. Ketika siswa bertanya, Ibu Marissa menjawab dengan berat hati bahwa tentu saja dia sayangi semua siswa, dan akan berusaha sekuat mungkin untuk melindungi mereka kalau terjadi penembakan. Tapi perlu dipahami, sebagai guru yg pakai kursi roda, dia tidak akan sanggup melindungi mereka seperti halnya seorang guru dengan badan yang normal.
Para siswa menjawab bahwa mereka sudah diskusi sendiri ttg reaksi mereka kl terjadi penembakan. Lalu mereka jelaskan, “Kitalah yang mengangkat dan membawa Ibu Marissa ke tempat selamat!”
Ibu Marissa tidak tahan menangis. Seorang guru yang sayangi dan hormati siswanya, akan dapat balasan kasih sayang dan hormat juga!

'We are going to carry you': Students bring teacher to tears after the Florida shooting.



Oknum Guru Diduga Kerap Main Pukul, Siswa Kelas 2 Akhirnya Meninggal

Tidak ada ratusan ribu guru yang bangkit dan bersatu, teriak untuk minta perlindungan bagi siswa. Tidak ada yang kumpulkan 200 juta untuk keluarga korban. Tidak ada perhatian dari Presiden, Menteri dan Bupati. Hanya satu lagi anak Indonesia yang mati dengan sia-sia. Jawaban standar dari para guru ketika membahas kesalahan satu guru adalah ucapan, “Oknum guru” saja. Beda halnya kalau korban adalah seorang GURU (seperti Pak Budi yang kemarin wafat setelah dipukul siswanya).
Rakyat Indonesia dikasih contoh yang jelas dari banyak guru: Yang penting adalah golongan sendiri. Lalu anak sekolah menjadi dewasa, menjadi polisi, TNI, dokter, pengacara, dsb. dan mereka ikuti petunjuk dari guru sekolahnya: Yang penting adalah golongan sendiri. Keadilan tidak penting, kecuali untuk golongan sendiri!
Kalau masyarakat kita penuh kekerasan, para ahli pendidikan tidak mau tanggapi. Menunggu satu anggota golongan mereka yang menjadi korban, baru peduli sekali. Ketika korbannya seorang anak kecil yang tidak berdosa, reaksinya para guru hanya ucapan “oknum guru” saja.
Kasihan anak Indonesia yang dapat orang dewasa seperti kita!
-Gene Netto

Oknum Guru Diduga Kerap Main Pukul, Siswa Kelas 2 Akhirnya Meninggal
DM1.CO.ID, BOALEMO: Diduga lantaran kerap dipukul oleh gurunya, Ratni Tanani, siswa kelas 2 SD Negeri 05 Botumoito, Kabupaten Boalemo, akhirnya meninggal dunia.
Menurut informasi yang berhasil dihimpun, dugaan penganiayaan yang kerap dilakukan oleh oknum guru tersebut terakhir kembali terjadi pada Kamis (25/1/2018).
Kala itu, oknum guru kontrak ini mengumpulkan 7 siswa untuk diberi sanksi lantaran tidak mengerjakan tugas PR (Pekerjaan Rumah), dan Ratni Tanani yang berusia 8 tahun itu adalah salah satunya. Menurut keterangan dari berbagai sumber, oknum ibu guru itu setiap memberi hukuman kepada siswanya selalu menggunakan sebilah kayu.








Bawa 5 Anak yang Diadopsi, CW Berpindah Hotel Selama 10 Tahun

Saya tidak paham. Kok bisa seorang ibu menginap di hotel dengan 5 anak, yang bukan anak kandungnya, selama bertahun-tahun, dan tidak ada yang curiga terhadapnya?? Pihak hotel cuek saja kl ada 5 anak dalam sebuah kamar, tidak perlu terlihat berangkat sekolah, ada di kamar terus, dan tidak ada yang lapor ke polisi? Yang penting bayar kamar hotel saja?
Anak itu pasti terlihat oleh orang dewasa. Secara logis, ada cleaning service yang masuk kamar setiap hari. Ada room service yang antar makanan. Ada satpam yang pantau CCTV dan melihat siapa yang masuk dan keluar. Kalau selama 1 bulan saja, ada 5 anak di sebuah kamar, tidak pernah pergi sekolah, tidak kelihatan keluar dari kamar, seharusnya ada orang dewasa yg merasa “curiga”.
Sepertinya faktor utama dalam berita ini adalah tidak ada kepedulian terhadap keselamatan anak dari pihak hotel2 itu. Belum lama ini, ada berita dari Bandung ttg film porno yg dibuat oleh perempuan dewasa dengan dua anak. Dan sebelumnya ada banyak berita ttg trafficking anak untuk industri seks. Seharusnya pihak keamanan dan managemen hotel sadar ttg itu, dan memantau anak kecil di dalam hotel. Apalagi menginap terus sampai 1 tahun, dan tidak terlihat berangkat sekolah. Minimal bisa ditanyakan ttg sekolah dan kenapa anak itu berada di kamar terus. Ternyata tidak. Menyedihkan sekali.
-Gene Netto 

Bawa 5 Anak yang Diadopsi, CW Berpindah Hotel Selama 10 Tahun
Kontributor Jakarta, David Oliver Purba Kompas.com - 03/03/2018, JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolres Jakarta Pusat Kombes Roma Hutajulu mengatakan, dari pemeriksaan terhadap CW (60), perempuan kelahiran Malang itu kerap berpindah hotel tempat tinggal sambil membawa lima anak yang diadopsinya. Roma mengatakan, CW pernah tinggal di dua hotel yang berbeda di kawasan Jakarta Barat selama sembilan tahun. Yang terakhir CW membawa lima anak yang diadopsinya dan tinggal selama 1,5 tahun di salah satu hotel berbintang di Jakarta Pusat. Roma mengatakan, dari keterangan CW, dia sebenarnya memiliki rumah. Namun, rumah tersebut enggan ditinggali karena CW merasa trauma pernah dirampok di rumah tersebut. Hal itu membuat CW memutuskan untuk tinggal berpindah-pindah dari satu hotel ke hotel lain.



https://megapolitan.kompas.com

Di Negara Maju Moralitas Rusak, Jadi Sistem Pendidikannya Tidak Bermanfaat?

[Komentar]: Negara maju yang makin sekuler, makin jauh dari Tuhan, makin merosot etika dan moralitasnya.

[Gene]: Indonesia berbeda dengan negara maju? Di sana etika dan moralitas merosot? Di sini tidak? Kalau rakyat Indonesia “dekat dengan Tuhan”, kita tidak akan menemukan fenomena2 di bawah ini. Kenapa ada? Tolong bapak sebutkan yang mana dari daftar ini, yang TIDAK ADA di Indonesia, disebabkan rakyat Indonesia dekat dengan Tuhan:

- seks bebas
- hamil di luar nikah
- aborsi
- LGBT
- melahirkan anak di sekolah (atau sekitarnya)
- pembuangan bayi baru lahir
- penggunaan bayi utk mengemis
- pembuatan film porno oleh anak remaja
- narkoba
- penggunaan narkoba dan miras sebelum sekolah
- penjualan miras kepada anak
- anak merokok
- penjualan rokok kepada anak
- tawuran memakai seragam sekolah, langsung setelah keluar sekolah
- pembunuhan terhadap anak
- korupsi dana pendidikan
- korupsi pembangunan sekolah
- korupsi terhadap gaji guru

Mau saya teruskan?

Dan kebanyakan dari hal ini dilakukan oleh orang yang mengaku Muslim, yang juga shalat dan ngaji (atau tahu cara shalat dan ngaji). Apakah rakyat Indonesia memang “dekat dengan Tuhan”? Dan negara maju rusak semua? Atau semua negara alami kerusakan moral sekarang? Kerusakan moral di sana juga ada di sini. Tapi ada pencapaian yang JELAS dari sistem pendidikan di sana, yang bisa terukur dari kemampuan berpikir, menciptakan, dan membawa perubahan positif. Kenapa begitu takut ambil yang baik dari sana, dan manfaatkan di sini? Tidak ada yang takut ambil konsep listrik, atau komputer, atau HP, atau TV, atau pengobatan, atau yang lain dari barat. Diambil (dibeli) terus, dan dimanfaatkan di sini, karena terbukti ada manfaatnya. Kenapa begitu takut dan sensi terhadap perbaikan sistem pendidikan?
-Gene Netto

08 March, 2018

Kalau Tidak Peduli Pada Semua Anak Indonesia, Apa Perang Kemerdekaan Sia-Sia?

Saya sudah post info berita di bawah ini di group guru, dan bertanya, "Mau fokus pada berita yang mana? Semuanya? Atau hanya pedulikan berita ‘guru dipukul’ saja?" Soalnya, selama ini, kalau ada guru yang dipukul, atau wafat, banyak guru langsung bangkit, bersatu dan teriak tentang kebutuhan perlindungan bagi guru. Ketika siswa menjadi korban, guru2 yang sama hanya ucapkan kata "oknum guru" saja, dan setelah itu tidak mau diskusi lagi ttg topik kekerasan. Menunggu guru menjadi korban, baru peduli.
Ada tingkat kekerasan yang sangat tinggi di tengah masyarakat Indonesia. Tapi tidak mau disadari kebanyakan orang. Menunggu saudara atau teman mereka yang menjadi korban, baru peduli. Dan para orang tua dan guru yang mengajarkan cara berpikir seperti itu. Tidak ada empati terhadap penderitaan orang lain. Sibuk memikirkan diri sendiri, utamakan diri sendiri, dan kl tidak menimpa keluarga sendiri, boleh diabaikan. Bukan anak saya, jadi bukan urusan saya. Sikap ini perlu berubah menjadi, “Semua anak bangsa Indonesia adalah urusan saya!”
Untuk apa Sukarno dan para pejuang kemerdekaan rela mati dalam perang, agar anak Indonesia bisa hidup dalam kondisi selamat dan sejahtera, kalau orang dewasa yang hidup sekarang tidak mau repot peduli pada generasi mendatang?
-Gene Netto

28 February, 2018

Guru Dapat Kenaikan Gaji, Karena Mogok, Dan Pengaruh Anak SD

Hampir 300 ribu guru di negara bagian West Virginia di Amerika mogok kerja utk 4 hari, untuk menuntut kenaikan gaji. Gubenur akhirnya jadi setuju, dan mogok selesai. Awalnya gubenur menolak, karena tidak ada dana. Tapi setelah dia diskusi dengan seorang anak SD kelas 6, dia mengaku pikirannya berubah. Ketika ada acara tanya jawab dengan anak2 sekolah, gubenur jelaskan bahwa pemda perlu khususkan dananya untuk investasi turisme dsb., agar bisa tingkatkan penghasilan pemda. Lalu anak kecil itu bertanya kepada sang gubenur, apakah tidak lebih baik kl gurunya digaji dengan baik, agar bisa fokus dan mendidik dengan baik, agar anak itu menjadi pintar, dan dia bisa menciptakan penghasilan dan kemajuan yang baik di kemudian hari?

Gubenur mengaku bahwa komentar anak itu mengubah pikirannya, dan dia perlu menganggap kenaikan gaji guru sebagai suatu investasi bagi masa depan anak. Peningkatan kecerdasan anak akan membawa hasil baik bagi propinsinya nanti. Jadi dia setujui kenaikan gaji bagi semua guru. 

Tidak Tega Ceraikan Suami yang Berzina?

[Pertanyaan]: Assalamu’alaikum wr.wb., Saya dapat bukti suami saya berzina berkali-kali dengan pelacur. Tapi saya tidak tega menceraikan dia karena memikirkan anak saya. Saya tidak mau mereka menjadi korban perceraian orang tua. Apa yang perlu saya lakukan? Mohon pendapat bapak. Wassalam.

[Jawaban]: Wa alaikum salam wr.wb., Pertama, Ibu harus melakukan shalat istiqharah karena ini yang paling dibutuhkan dalam memutuskan perkara yang berat. Mohon petunjuk dari Allah, lebih baik cerai secepatnya, atau bertahan. Shalat berkali2 minggu ini, lalu berpikir sendiri, diskusi dengan keluarga, dan ambil keputusan setelah yakin terhadap keputusan itu. Dari pengalaman saya melakukan shalat istiqharah, dalam 1-2 hari sudah menjadi sangat yakin atas suatu keputusan.

Kedua, menurut pendapat saya, ibu sebaiknya segera bercerai. Dalam hukum Islam, seorang suami yang berzina dihukum mati dan ini dilaksanakan di zaman Rasulullah SAW. Jadi ini bukan perkara ringan spt bohongi tetangga dalam bisnis. Ini perkara besar, dosa besar, sampai dalam Islam dikenakan hukum mati.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...