Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (557) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (179) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

18 September, 2018

Foto Pekerja Anak Di Amerika 100 Tahun Yang Lalu

Seratus tahun yang lalu di Amerika, dan banyak negara “maju” yang lain, tidak ada aturan apapun ttg pekerja anak. Belum ada kewajiban belajar 12 tahun, yang dibiayai oleh negara. Jadi anak kecil dari keluarga miskin terpaksa kerja. Mulai usia 6-8 tahun, banyak anak sudah kerja fulltime, 7 hari per minggu, tidak ada libur, jaminan kesehatan, gaji yang tinggi, atau jaminan apapun yg lain. Kalau alami kecelakaan di pabrik, jari tangan terpotong, dipecat saja, dan diganti oleh anak yang baru.
Banyak sekali perusahaan menjadi maju, dan pemiliknya jadi sangat kaya, disebabkan pekerja anak ini. Mereka terima kondisi kerja apa saja, demi uang saku yang kecil, untuk makan satu hari lagi. Untungnya, ada ribuan foto dari zaman itu, dari investigasi pemerintah dan lembaga, yang ingin pahami kehidupan pekerja anak itu. Ini beberapa contoh saja.
Sistem pendidikan di manca negara memang ada banyak masalah yang perlu diperbaiki, termasuk di Indonesia. Tapi wajib belajar 12 tahun, walaupun ada kekurangannya, jauh lebih baik daripada kondisi hidup seperti ini bagi anak yang paling miskin.
-Gene Netto

These 40+ Photos Show How Children Were Exploited For Profit In The 1900s

17 September, 2018

Siswa SD Sisihkan Uang Jajan untuk Guru Berhonor Kecil?


Kondisi ini sudah tidak boleh kita abaikan terus. Parah benar! Coba bayangkan kalau hal yang setara terjadi di ranah yang lain:
- TNI di perbatasan dibantu oleh anak SD. Dibagikan uang jajan agar prajurit TNI bisa beli peluru.
- Polisi dibantu oleh anak SD. Dibagikan uang jajan agar Polisi bisa beli seragam, pistol dan borgol.
- Paspampres dibantu oleh anak SD. Dibagikan uang jajan agar anggota Paspampres bisa menginap di hotel saat temani presiden di luar negeri.
- Atlet Asian Games dibantu oleh anak SD. Dibagikan uang jajan agar para atlet yang wakili negara bisa beli peralatan olahraga.
- Dubes Indonesia di Eropa dibantu oleh anak SD. Dibagikan uang jajan agar para dubes bisa beli baju batik saat hadiri acara internasional atas nama Indonesia.

Apakah MUNGKIN hal-hal seperti itu dibiarkan terjadi? TIDAK MUNGKIN!! Negara mana yang bisa tahan kalau kemajuan negaranya harus dibeli dengan uang saku anak kecil? Padahal, di saat yang sama, para pejabat dan pemimpin terlihat kaya raya, di dalam salah satu negara paling makmur di dunia (dari sisi kekayaan alam). Kenapa guru honorer tidak bisa dibantu oleh pemerintah, dan harus mengemis kepada siswanya sendiri? Jawabannya sederhana: Para pemimpin tidak pernah peduli pada kemajuan dunia pendidikan. Semua yang lain dijadikan prioritas di atas kondisi hidup dan kondisi kerja bagi 3 juta guru yang mengabdi terhadap kemajuan negara LEBIH dari para pejabat (yang berkuasa terhadapnya). Seorang guru bisa mengabdi 30-40 tahun. Seorang pejabat mungkin cuma 5 tahun saja, atau sampai dipenjarakan KPK. Kenapa bukan GURU dan sistem pendidikan yang menjadi prioritas?

Saran saya: Dalam pemilu dan pileg yang akan datang, 3 juta guru dan keluarganya dan temannya dan rakyat yang peduli pada kemajuan negara harus BERSATU. Dan kita semua menyatakan, kepada semua calon, “Kalau pendidikan bukan prioritas anda, kita akan memilih orang lain!” Dan biarkan para calon saling bersaing untuk dapatkan suara rakyat dengan program pendidikan terbaik. Tuntutan nomor satu: Semua guru honorer harus menjadi PNS sekarang juga!

Siap bersatu? Atau mau biarkan Indonesia rusak terus utk 70 tahun lagi?
-Gene Netto

Siswa SD Sisihkan Uang Jajan untuk Guru Berhonor Kecil, Kita Bisa Belajar Apa?

Habis Pesta Miras, Dua Cewek Kembar Diperkosa 17 Remaja


Banyak bapak dan ibu yang menjadi PNS dan pejabat melakukan “korupsi berjemaah”, tanpa rasa malu. Banyak anak remaja juga ingin bergabung dalam melanggar hukum, jadi melakukan “pemerkosaan berjemaah”. Semuanya serba berjemaah di sini. Welcome to Indonesia, di mana “hati nurani”, “empati” dan “belas kasihan” adalah kata-kata semata yang bisa ditemukan di kamus saja, tapi sulit ditemukan di dalam hatinya banyak anak Indonesia sekarang. Inikah “budaya timur” yang banyak dibanggakan oleh orang Indonesia ketika membahas negaranya? Budaya timur = tidak mau jadi pemerkosa sendiri, dan harus ajak teman? Kenapa Indonesia menjadi begini? Siapa yang salah? Dan siapa yang mau cari solusi, sebelum anak kita diperkosa juga?
-Gene Netto



Habis Pesta Miras, Dua Cewek Kembar Diperkosa 17 Remaja

By Redaksi M1, Posted on September 16, 2018, FAJAR.CO.ID, KUALA KURUN – Peristiwa memilukan kembali menggemparkan warga Kelurahan Tewah, Kecamatan Tewah. Dua gadis kembar yang tercatat sebagai pelajar di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kecamatan Tewah yakni RA (16) dan RI (16) diperkosa belasan remaja. Aksi bejat ini dilakukan di sebuah barak yang terletak di Jalan Pertanian, Kelurahan Tewah, pada Minggu (9/9) pukul 15.00 WIB.

Berdasarkan hasil rekonstruksi yang dilakukan, pelaku pemerkosaan diperkirakan kurang lebih 17 orang. Saat ini, 12 pelaku sudah diamankan. Sejauh ini, identitas pelaku yang sudah diketahui diantaranya, PL (15), RF (15), RR (18), NPS (14), LB (15), dan SR (16). Pihaknya pun sudah memeriksa sejumlah saksi yang merupakan teman kedua korban, yakni, TN (18), PS (16), AT (17), dan NH (16).


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...