Assalamu’alaikum wr.wb.,
Associated Press dan BBC melaporkan bahwa korban topan Nargis masih dalam keadaan sangat mengerikan. Bantuan makanan yang masuk dari luar negeri (temasuk Indonesia) masih berada di bandara karena tidak ada petugas yang membagikannya. Biasanya ini akan menjadi tugas dari para pekerja LSM (termasuk petugas PBB) yang masuk ke daerah bencana bersama dengan bantuannya, dan merekalah yang langsung menjadi koordinator untuk membagikannya. Karena mereka dilarang masuk ke Myanmar oleh para jenderal, bantuan yang telah dikirim itu bertumpuk-tumpuk di bandara dan hanya sedikit yang telah dikirim kepada para korban.
Para petugas yang memang sudah berada di lokasi melaporkan bahwa pemerintah sedang membagikan makanan yang sudah busuk atau berkualitas rendah, daripada biskuit bertenaga tinggi yang telah dikirim oleh manca negara. Katanya, biskuit itu langsung dikirim ke gudang militer setelah masuk ke bandara. Kesimpulannya, pemerintah telah simpan kiriman makanan mahal itu untuk kepentingan diri sendiri dan makanan yang sudah busuk yang dibagikan kepada para korban. Juru bicara pemerintah menolak memberi komentar.
Beras yang dibagikan pemerintah juga dalam keadaan sangat buruk. Dijelaskan bahwa para korban diberi beras yang sudah busuk, berwarna abu-abu, dan sudah kelihatan tua.
Warga Myanmar lapor kepada BBC bahwa ada orang biasa yang datang ke daerah bencana naik mobil pribadi dan berusaha untuk membagikan air bersih dan makanan. Tetapi semuanya langsung disita oleh tentara. Seorang wartawan BBC yang sedang berada di sana, mengatakan bahwa di dalam sebuah desa yang dia kunjungi, di mana ¾ dari 400 rumahnya telah hancur, bantuan dari pemerintah telah sampai kepada para korban: bantuannya berupa 1 (satu) karung beras!
PBB telah mengeluarkan peringatan bahwa 2 juta orang sedang menghadapi keadaan rawan penyakit karena tidak punya akses terhadap air bersih, obat-obatan, makanan, ataupun tenda. Daripada membantu, tentara telah memasang tempat pemeriksaan di semua jalan masuk ke daerah bencana. Wartawan dan pekerja LSM ditolak untuk masuk, dan nama serta nomor paspornya dicatat.
Menurut pemerintah Myanmar, jumlah korban hanya 34.000 yang wafat. PBB perkirakan 100.000 orang. Tetapi bencana ini belum selesai. Joint Typhoon Warning Center dari AS sudah menyatakan ada kemungkinan sebuah topan baru akan menghantam Myanmar dalam waktu 24 jam dan lewat daerah bencana yang sama.
Dr. Thawat Sutharacha dari Depkes Thailand mengatakan dia telah dapat izin dari pemerintah Myanmar untuk mengirim 1 tim medis. Kalau izin tersebut memang keluar (masih ditunggu), berarti tim medis ini akan menjadi tim yang pertama yang diizinkan masuk ke daerah bencana. (Lumayan: 1 tim medis untuk 2 juta korban!)
Dan masalah bertambah lagi. PBB mengatakan bahwa para petani harus menanam padi dalam waktu 90 hari mendatang, sebelum musim hujan mulai. Kalau tidak, Myanmar akan segera mengalami kekurangan stok beras.
Anehnya, walaupun ada bahaya akan segera kehabisan stok beras, pada minggu ini pemerintah (yang punya monopoli untuk jual-beli beras) sedang mengekspornya! Di pelabuhan Thilawa, kapal container sedang diisi dengan karung beras untuk dieskpor ke negara lain (mungkin karena harga beras dunia sedang tinggi sekali).
Seorang warga Myanmar mengatakan, “Kemarin waktu ada demonstrasi, tentara kelihatan di mana-mana. Sekarang di mana mereka?”
Di dalam kondisi ini, apakah tepat bila Indonesia kirim bantuan berupa makanan, obat-obatan, dan juga 1 juta dolar AS ke Myanmar?
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto
Dari berbagai sumber:
Burma Police Block Aid Workers, Food Piles Up
The Associated Press
Tuesday 13 May 2008
New Storm Heads Toward Myanmar,
The Associated Press
Wednesday 14 May 2008
'No access' to Burma cyclone zone
Story from BBC NEWS:
Published: 2008/05/14 15:09:34 GMT
Burma Exports Rice as Cyclone Victims Starve
By Ian MacKinnon
The Observer
Sunday 11 May 2008
No comments:
Post a Comment