Assalamu’alaikum
wr.wb.,Ya
Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kenapa
ada begitu banyak orang Muslim yang punya pandangan yang begitu sempit terhadap
anak yatim? Saya merasa sedikit heran terhadap saudara2 saya di sini yang
Muslim dari lahir, tetapi masih punya pandangan yang sempit terhadap anak
yatim, seolah-olah tidak pernah dapat ajaran agama berkaitan dengan anak yatim
dari Rasulullah SAW. Kenapa bisa begitu?
Ada
pesan yang dikirim kepada saya dari seorang Ibu. Dia menceritakan nasibnya
waktu menjadi anak yatim dulu. Setelah membacanya,
saya hampir tidak bisa percaya bahwa anggota keluarganya sendiri yang hidup
secara makmur masih tidak berfikir untuk memperhatikan nasibnya keponakan2 mereka yang anak yatim. Ibu itu bercerita bahwa dia dan kakaknya
harus mencari nafkah hidup untuk makan dan uang sekolah bagi mereka dan adik-adik mereka karena Ibu tidak sanggup mencari
nafkah hidup, dan tidak ada yang berusaha untuk membantu mereka. Tetangga yang
jauh tidak membantu, tetangga yang dekat tidak membantu, dan bahkah saudara
kandung sendiri tidak membantu.
Kenapa
bisa begitu sebagian dari ummatnya Nabi Muhammad ya
Allah?
Kemarin
saya menulis tentang anak yatim di Facebook saya, dan ada juga beberapa orang
yang berprotes lewat email, message dan sms. Keluarga yang saya bantu itu (yang
sudah menerima saya sebagai saudara angkat) “terlalu
kaya” dan tidak layak dibantu lagi, menurut pendapat penulis2 tersebut. Dan bukan
kali ini saja saya dapatkan pendapat seperti itu dari beberapa orang. Kok mereka
bisa begitu hitung-hitungan sama anak yatim? Bagaimana kalau Allah SWT mulai
menjadi hitung-hitungan kepada kita juga sebagai balasan?
“Kamu
sudah punya pekerjaan, jadi jangan berharap bisa dapat bantuan tambahan dari Allah
pada tahun ini. Jangan berharap ada uang
lebih untuk
beli motor atau mobil. Jangan berharap bisa ada uang lebih untuk beli baju
baru. Jangan berharap bisa ada uang untuk liburan tahun ini. Jangan berharap bisa
dapat uang untuk renovasi rumah yang sering bocor. Soalnya… kamu sudah “terlalu
kaya” untuk dapat bantuan lagi dari Allah!” (Apa mau kita menghadapi keadaan
seperti itu? Kalau tidak, kenapa kita bisa menjadi begitu hitung-hitungan dan
pilih-pilih terhadap anak yatim?)
Apakah ada hadiths satupun yang menyuruh kita memeriksa rekening atau dompetnya
seorang anak yatim sebelum kita kasih santunan kepadanya? Di mana hadiths yang luar biasa itu? Saya belum pernah baca dan setahu saya
tidak ada. ANAK YATIM ADALAH ANAK YATIM. Setahu saya, tidak ada istilah “anak
yatim yang terlalu kaya dan tidak perlu disayangi dan disantuni lagi” di dalam
Al Qur'an maupun di dalam hadiths. Artinya terlalu kaya apa? Dia punya 100ribu,
jadi tidak boleh dikasih lagi? Dia punya kasur,
jadi tidak perlu dikasih baju lagi? Dia bisa makan setiap minggu jadi tidak
perlu dikasih uang belanja lagi? Apa artinya “anak yatim yang terlalu kaya” itu?
Dari mana sebagian orang Muslim bisa dapatkan konsep yang aneh seperti itu? Kenapa
begitu banyak orang bisa berprotes kalau ada anak yatim yang disantuni dengan
pemberian apa saja?
Kalau
belajar tentang sedekah (bukunya sudah banyak), maka ditekankan bahwa
Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk kasih kepada keluarga dulu, jauh sebelum
yang lain. Lalu tetangga yang dekat. Lalu yang jauh. Tetapi banyak orang merasa
bahwa itu bukan tindakan yang baik. (Apa Rasulullah kurang paham kali?) Mereka merasa
bahwa yang terbaik adalah datang kepada anak yatim, dan membuat audit terhadap
semua barang miliknya, cek saldo tabungan, cek isi dompet, tanya apa yang dia
makan setiap hari selama minggu ini, dan setelah lewat proses pemeriksaan, kalau si anak yatim dinilai “cukup miskin” maka baru boleh
dikasih 100 ribu lagi. Apakah begitu maunya kita terhadap anak yatim yang hatinya sedih dan
terpukul?
Dari
mana ummat Islam bisa mendapatkan pemikiran seperti itu? Belum tentu orang yang
kita menilai sebagai “orang mampu” adalah orang yang punya banyak! Rumah ada? Apa
milik sendiri, atau kontrak, atau cicil ke bank? Mobil ada? Apa milik sendiri,
atau cicil, atau apa ada yang pinjamkan (misalnya mertua)? Uang ada? Apa uang
bisa habis untuk belanja, bayar sekolah, bayar cicilan, bayar listrik,
memperbaiki ini dan itu yang rusak di rumah tanpa sepengetahuan siapapun selain Allah? Siapa yang berhak datang kepada anak yatim atau ibunya
(kalau masih ada) dan melakukan audit terhadap diri mereka, SEBELUM bersedia
membantunya? Saya sungguh tidak paham kenapa
orang Muslim bisa mendapatkan pemikiran seperti itu.
Saya
lebih tidak paham lagi kalau ada anak yatim yang masih menjadi anggota keluarga
sendiri dan tidak ada yang mau memperhatikan mereka duluan di atas
segala-galanya. Saya tidak paham dan tidak bisa setuju. Saya hanya bisa berharap bahwa mungkin lewat tulisan saya atau lewat
kisah nyata yang saya sebarkan, ummat Islam yang merasa beriman kepada Allah SWT
dan merasa mencintai Nabi Muhammad SAW bisa merenung dan melihat anak yatim di
depan mata mereka, dan berfikir di dalam hatinya, “Kalau seandainya anak yatim
ini di depan saya adalah Rasulullah SAW pada saat dia masih seorang anak yatim, apa yang akan saya berikan dan
lakukan UNTUK DIA?”
Lalu
setelah berfikir seperti itu, baru mereka
bertindak
dengan penuh kasih sayang dan sikap yang lembut dan mulia, seolah-olah sedang
bicara dengan seorang anak yatim bernama Muhammad bin Abdullah, yang akan
menjadi Nabi kesayangan Allah di masa depan. Lihat anak yatim di depan mata,
terutama yang anggota keluarga, dan jangan berfikir tentang isi tabungan
mereka, dan jangan berasumsi bahwa mereka dalam keadaan “oke-oke saja”.
Yang tahu keadaan mereka
sebenarnya
hanya mereka yang Allah, sedangkan kita hanya berasumsi saja. Bisa jadi
asumsi kita salah 100% tetapi kita sudah buang muka duluan dengan sikap tidak
peduli karena berasumsi mereka tidak perlu dibantu lagi. Kalau mereka memang
benar orang kaya, biarkan mereka sendiri yang MENOLAK pemberian kita, dan insya
Allah mereka akan melakukannya kalau merasa tidak berhak menerimanya dan masih
bisa hidup secara makmur. Sungguh sombong dan sempit pemikiran kita kalau kita
mau ambil keputusan itu atas nama mereka, padahal kita tidak tahu apa-apa
tentang mereka selain persepsi dan asumsi kita saja!
Janganlah begitu, tetapi mari kita membuka hati kita dan lakukan yang terbaik
bagi mereka, tanpa rasa takut uang itu akan hilang karena Allah yang menjamin akan bayar kembali uang
itu kepada kita. Dan kalau hatinya anak yatim itu sudah mantap, dan mereka
sudah kuat dan independen, dan kita sudah tidak meragukan itu (apalagi mereka
sendiri yang menyatakannya) maka silahkan cari anak yatim yang lebih jauh, dan
bantu mereka juga. Tetapi jangan sampai anak yatim
yang paling dekat dengan kita diabaikan begitu saja karena kita berasumsi bahwa
mereka tidak perlu dapat bantuan dari kita.
Allah
SWT tidak pernah menciptakan istilah “anak yatim yang kaya” tetapi mungkin saja
itu berasal dari Setan, dan manusia yang
beriman kepada Allah SWT sedang menyebarkannya
dengan sikap yang sombong dan pemikiran yang sempit, berdasarkan asumsi dan
persepsi saja!
Berikut ini adalah kisah
nyata yang dikirim kepada saya oleh seorang Ibu. Saya, Gene Netto, yang
menjamin bahwa insya Allah ini adalah kisah nyata, dan nama Ibu yang
bersangkutan dirahasiakan. Silahkan membaca, dan silahkan berfikir sendiri, apa
ada orang dekat kita yang belum kita bantu?
********
Gene,
Assalammu'alaikum....
Saya terharu membaca cerita Gene membahagiakan seorang anak yatim &
keluarganya. Bermacam macam komentar saya baca. Ada yang mendukung, tapi ada
pula yang menyindir. Tidak masalah apa yang dikatakan orang lain.
Saya pernah di posisi seperti anak yang Gene santuni. Saat SMP ditinggal ayah
satu2nya pencari nafkah dalam keluarga. Sementara ibu adalah sosok ibu rumah
tangga murni yang tidak mengerti dan tidak punya keberanian untuk mencari uang.
Tidak punya modal juga. Saya dan kakak saya harus putar otak supaya dapat uang
untuk makan dan sekolah. Dua adik saya masih kecil2.
Kami berdua [saya dan kakak] bahu membahu mencari
nafkah sambil sekolah. Kakak mengamen, mencuci mobil orang, menjadi tukang
parkir. Saya sekali2 ikut mengamen, menawarkan diri bekerja mencuci piring di
warteg2, menjadi buruh tukang jahit dsb. Sering saya dan kakak saya selesai
mengamen, tidur di jalan berselimut langit, beralas meja warung tenda atau
lantai trotoar. Semua kami lakukan supaya kami berdua, ibu dan 2 adik saya bisa
makan dan sekolah.
Tidak ada TV dirumah apalagi kulkas. Sering saat tidak punya uang sama sekali,
saya berjalan kaki ke sekolah yang jaraknya kira2 sama dengan jarak Blok M ke
Bunderan HI. Untuk makan saya terpaksa pergi ke pasar untuk memunguti sayuran
yang dianggap tidak layak jual dan biasanya digunakan untuk pakan ikan lele.
Atau memaksakan diri memohon belas kasihan penjual beras. Biasanya saya diberi
segenggam atau dua genggam beras. Setiap kali mendapat makanan, saya selalu
berbisik dalam hati mengucapkan terimakasih kpd Tuhan.
Sering saya sengaja puasa karena jatah makan saya, tidak saya makan tapi saya
simpan untuk adik2 dan ibu. Karena belum tentu besok punya makanan.
Tidak ada sanak family yang membantu. Adik2 ayah saya yang kebanyakan orang
sukses (dokter, direktur perkebunan, anggota dewan, dosen, ahli apoteker,
peneliti) justru meributkan rumah yang kami tempati. Mereka menuntut rumah kami
dijual dan uangnya di bagi2. Tapi untungnya ibu tetap bertahan. Kalau tidak,
mungkin kami sekeluarga tinggal di kolong jembatan.
Gene, Tuhan memang maha pengasih. Di tengah2 penderitaan hidup, Tuhan memberi
kelebihan lain untuk saya. Saat sekolah dulu, saya tidak pernah tidak jadi
juara kelas. Padahal boleh dibilang saya tidak pernah punya buku paket. Karena
memang tidak punya uang untuk beli buku. Beruntung, buku paket sesuatu yang
tidak begitu diwajibkan harus dibeli pada waktu itu. Tidak seperti sekarang.
Buku paket jadi bisnis sekolah. Saya hanya rajin mencatat dan membuat ringkasan
pelajaran saat jam istirahat di sekolah. Teman2 pada jajan, saya mencatat.
Percuma juga kalau jajan. Tidak punya uang.
Sampai sekarang, kalau lagi reunian dengan teman2 SMA, saya yang pendiam tapi
pemikir, dikenal sebagai orang yang berotak encer.
Gene, Dengan modal otak yang kata orang encer, setamat SMA saya berhasil lulus test
masuk kerja di sebuah Bank Pemerintah. Begitu pula kakak saya. Saat test
tertulis, pengetahuan umum dan matematika (karena saya dari SMA IPA) nilai saya
sempurna.
Meski di Bank saya cuma jadi typist, tapi gaji saya cukup membuat kehidupan
keluarga saya membaik. Typist adalah pekerjaan yg tingkatannya paling rendah
bagi seorang yg berpangkat Clerk. Karena dianggap pekerjaan yg mudah. Tapi
meski demikian, saya berusaha menjadi typist yg baik. Boss2 di kantor menjadi
suka jika surat2 atau notulen rapat saya yang mengetik.
Dari sini saya belajar bahwa hal yang dianggap sepele, yang sering tidak
dilirik orang, jika dilakukan dengan baik, benar dan sungguh2 serta ikhlas maka
akan bagus hasilnya.
Prinsip ini saya gunakan dalam menghadapi pekerjaan2 di kantor selanjutnya.
Meski saya hanya tamatan SMA, dipandang tidak berpendidikan, tapi Tuhan memberi
saya berkah lain. Selama hidup saya bekerja di 5 company yang berbeda. Kecuali
yang pertama ( di Bank Pemerintah) 4 perusahaan lain menerima saya bekerja
tanpa test yang rumit. Paling2 hanya sekali wawancara. Saya sendiri tidak
mengerti Gene...., padahal ada test macam2 termasuk psiko test. Tapi tidak
pernah diberlakukan untuk saya.
Gene, kini saya memilih pensiun. Suami juga menghendaki saya istirahat di
rumah. Ibu saya sehat walaafiat dan memilih tinggal berpindah2 sambil
mengunjungi sanak family. Yang penting ibu happy. Kakak dan adik2 saya juga
memiliki kehidupan yang baik meski sederhana. Semuanya berkah dari Tuhan. Jika
sedang berkumpul, masa lalu yang penuh derita dan perjuangan menjadi cerita
yang indah bagi kami. InsyaAllah kami seperti Gene, membantu anak yatim yang
terdekat dulu. Meski hanya satu dua orang. Tapi jika suatu saat dia menjadi
orang yang sukses dan tahu bersyukur, saya yakin ketika dewasa dia juga akan
seperti Gene. Membantu anak yatim lain pula. Kebaikan Gene berlanjut.
Berkesinambungan. Seperti rantai yang selalu terhubung, meski Tuhan sudah
memanggil Gene kembali pulang.
Tetaplah seperti ini yha .... Gene....!! Apapun yang dikatakan orang lain,
positif atau negatif tidak usah diambil pusing. Karena kegembiraan seorang anak
yatim ketika bisa memiliki barang yang diidam-idamkan
sejak lama...... rasanya sungguh luar biasa. Saya pernah merasakan. Dan ini
akan selalu diingat sepanjang hidup.
Wassalam, Gene....
Semoga Allah melimpahkan kasih sayang dan rahmatNya untukmu yha....Gene !!
********
Sekian saja. Semoga
bermanfaat bagi para pembaca. Semoga bisa berfikir kembali tentang anak yatim
yang di dekat kita, dan membantu mereka dan memperkuat hati mereka sebelum yang
lain.
Wabillahi taufik walhidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto