Assalamu'alaikum wr.wb.,
Berita politik makin seru. Mega ketemu Prabowo. Jusuf Kalla ketemu Wiranto. SBY kirim orang untuk bertemu dengan Mega. Siapa yang mau jadi Capres? Mega mau maju. Prabowo mau maju. Jusuf Kalla gabung dengan Wiranto dan mau maju. JK menyindir SBY. SBY balas. PAN ribut: bergabung dengan Mega atau SBY? SBY pilih Boediono. PKS, PAN dan PPP ancam akan keluar. Dan seterusnya.
Setiap hari berita tentang parpol dan politikus senior bertambah hangat dan seru. Semuanya begitu sibuk mengurus koalisi dan siapa yang bisa maju sebagai capres. Semuanya lagi siap bersaing dan yang dijanjikan hari ini pada jam 2 siang bisa berubah total pada jam 3 siang. Dan di tengah-tengah rapat, pertemuan dan dikusi yang makin seru, ada satu hal yang sudah jelas: anak yatim dan orang miskin sudah tidak “bermanfaat” lagi.
Saya jadi berfikir, “Kapan terakhir kali ada berita tentang tokoh X dari partai X yang membuat santunan anak yatim atau membagi sembako untuk rakyat miskin?” Sepertinya anak yatim dan orang miskin sudah benar-benar dilupakan sekarang dan dinilai tidak bermafaat lagi. Baru satu bulan yang lalu, ada sembako murah di mana-mana, dan uang tunai bagi orang miskin dan anak yatim sepertinya jatuh dari langit karena ada begitu banyak caleg yang mengejar pekerjaan di dalam pemerintah. Kalau sekarang?
Mungkin kalau partai politik sudah masuk tahap “koalisi” untuk Pilpres, anak yatim dan fakir miskin sudah dinilai “tidak perlu makan lagi”. Mungkin partai politik merasa bahwa anak yatim dan orang miskin sudah dibuat sangat kenyang dari semua sembako yang telah dibagikan bulan kemarin sehingga mereka tidak membutuhkan sembako murah, santunan dan uang tunai lagi.
Sekarang, kebutuhan anak yatim dan orang miskin dilupakan 100% dan tidak ada lagi berita tentang tokoh politik yang sisakan waktunya (walaupun hanya satu jam) untuk membuat santunan anak yatim atau bertemu dengan orang miskin dan peduli pada mereka dengan membagikan sembako. Termasuk semua partai Islam kayanya. Sibuk rapat, sibuk membuat deal, sibuk bernegosiasi, sibuk membuat koalisi. Sibuk mencari kekuasaan.
Tidak apa-apa. Anak yatim dan orang miskin di Indonesia sudah tahu bahwa setelah masa kampanye mereka akan dilupakan. Sudah ada pengalaman.
Sayangnya, para elit partai bisa tidur dalam keadaan kenyang setelah makan banyak dalam setiap pertemuan di hotel berbintang, sedangkan tentangga mereka yang yatim dan miskin tidak bisa berharap diajak makan bersama pada bulan-bulan ini.
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene
Search This Blog
Labels
alam
(8)
amal
(100)
anak
(299)
anak yatim
(118)
bilingual
(22)
bisnis dan pelayanan
(6)
budaya
(8)
dakwah
(87)
dhuafa
(18)
for fun
(12)
Gene
(222)
guru
(61)
hadiths
(9)
halal-haram
(24)
Hoax dan Rekayasa
(34)
hukum
(68)
hukum islam
(52)
indonesia
(570)
islam
(557)
jakarta
(34)
kekerasan terhadap anak
(357)
kesehatan
(97)
Kisah Dakwah
(10)
Kisah Sedekah
(11)
konsultasi
(11)
kontroversi
(5)
korupsi
(27)
KPK
(16)
Kristen
(14)
lingkungan
(19)
mohon bantuan
(40)
muallaf
(52)
my books
(2)
orang tua
(8)
palestina
(34)
pemerintah
(136)
Pemilu 2009
(63)
pendidikan
(503)
pengumuman
(27)
perang
(10)
perbandingan agama
(11)
pernikahan
(11)
pesantren
(34)
politik
(127)
Politik Indonesia
(53)
Progam Sosial
(60)
puasa
(38)
renungan
(179)
Sejarah
(5)
sekolah
(79)
shalat
(9)
sosial
(321)
tanya-jawab
(15)
taubat
(6)
umum
(13)
Virus Corona
(24)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Assalamualaikum warohmatullahiwabarokatuh
ReplyDeleteGene, membaca postingan kali ini aku benar-benar terenyuh.
Masalah seperti ini udah ada sejak zaman dulu kala bersamaan dengan adanya pemilu.
<<<"Semuanya lagi siap bersaing dan yang dijanjikan hari ini pada jam 2 siang bisa berubah total pada jam 3 siang".>>>>
Inilah politik, lebih sadis lagi adalah, hari ini kawan (koalisi) besok jadi lawan.
Sebenarnya hal seperti ini lah yang membuat aku tidak tertarik sedikitpun ikut serta dalam pesta politik, dan hal ini akan terus terjadi sepanjang aturan permainan politik tidak menggunkan azas Alquran dan Hadist.
<<<<"Saya jadi berfikir, “Kapan terakhir kali ada berita tentang tokoh X dari partai X yang membuat santunan anak yatim atau membagi sembako untuk rakyat miskin?”>>>>>
Ini ada cerita dari teman, dia meyarankan kepada sahabatnya seorang aktivis partai islam agar menjual sembako murah di daerah yang sangat miskin (pada saat kampanye lalu), apa jawabnya? nggak ah didaerah itu memang banyak orang yang sangat miskin tapi mereka tidak punya KTP jadi dia ga bakal memilih partai saya.
Astagfirullohal'adhim. Kalau aktivis yang suka berdakwah saja seperti itu niatan dalam membantu fakir miskin, terus bagaiamana dengan para aktivis yang notabene partai mereka adalah partai nasionalis???????????????.
Aku semakin yakin bahwa Allah yang maha kuasa tidak akan menolong hambanya yang tidak ikhlas dalam beramal dan berjuang.
Dan satu hal yang harus diingat dalam berpolitik adalah segala cara akan dipakai untuk bisa memenangkan tujuan partai dan yang tidak memakai cara ini akan tersingkir. Pertanyaanku adalah sudahkah kita perlu berpolitik untuk saat ini? disaat kondisi umat islam belum siap untuk berpolitik karena pemahaman agama yang sangat dasar yang harusnya dipahami oleh seluruh umat Islam secara individual belum terpenuhi.
Menurutku tugas ulama dan orang yang pandai dalam agama saat ini adalah berdakwah dengan sungguh-sungguh agar umat islam memahami agamanya dengan baik sehingga anak yatim dan fakir miskin tidak terlantar lagi di negeri ini.
jangan berharap kepada pemimpin negeri ini untuk urusan anak yatim dan fakir miskin yang 90% adalah umat Islam, tapi mari kita sesama muslim bergandengan tangan menegakkan nilai-nilai islam yang telah tercampakkan dalam tingkatan yang paling rendah.
Ayo tetap semangat dalam mencari ilmu agama, dapat ilmu langsung amalkan Insya Allah negeri yang berkah akan segala lahir, Indonesiaku tercinta.
Afwan ini hanya pandanganku sebagai seorang yang awam dalam politik.
Kalau ada pihak yang tidak berkenan semoga bisa mengkritisi dengan cara yang santun.
Wasalam
nit
Asslmkm..
ReplyDeletesemalam, tidak sengaja, karena akhir2 ini saya juga malas mengikuti perkembangan berita yang isinya koalisi lagi koalisi lagi, seperti adegan opera sabun...
Tapi mungkin saya juga sedikit agak kecewa dengan salah satu petinggi partai yang 'jualan' sebagai partainya berbasis islam,
kenapa sebegitu emosionalnya ketika di interview Media..manuver2nya, tutur katanya..jadi serasa ga santun lagi;)padahal jualannya berpolitik santun.
benar kalau dunia politik itu selalu abu-abu, teman bisa jadi lawan dan lawan bisa jadi kawan....
Rakyat miskin juga masih dijadikan ajang komoditi..kampanye..
padahal ketika negara ini dibentuk dengan UUD 45, sudah jelas ada pasalnya fakir miskin dsb adalah tanggung jawab negara.
Amanat yang begitu besar yang menjadi bagian pondasi negara ini ada.
nyatanya hampir 60tahuan lebih merdeka, kemiskinan masih terus menjerat..,
Tapi kenyataan di depan mata..para elite politik itu masih disibukkan dengan bagi2 kuasa..ehmm
ga memandang mau nasionalis atau basis agama..semuanya sama.
Assalamualaikum Wr Wb,
ReplyDeleteApa yang terjadi di tingkat elite politik membuat rakyat muak, belum lagi peran media yang mengadu statement satu dgn yang lainnya, yang menjadikan suasana politik makin memanas dari yang mulai bergaya santun sampai ala preman.
Duh kemana rakyat akan berpijak, siapa yang bisa dipercaya untuk meminpin negeri ini.
Setap hari rakyat hanya disuguhkan dagelan politik dengan maneuver koalisi yang unbelievable, setiap saat selalu berubah. Ada partai yang mendapat perolehan suara terbesar tapi dengan pedenya membuat keputusan sendiri tanpa menimbang koalisi partai lain yang notabene suaranya lebih rendah.
Rakyat sudah muak dengan janji para elite politik, rakyat tidak perlu janji tapi realisasi karena kebutuhan perut tidak bisa menunggu.
Apa yang ditonton & dibaca oleh masyarakat Indonesia mengenai perkembangan politik belakangan ini sudah tidak baik dan tidak patut di contoh, tontonan yang penuh adu mengadu,, tontonan yang penuh intrik.
Jangankan memikirkan anak yatim dan orang miskin, mungkin kepentingan negara juga tersingkir dengan menomer satukan kemenangan partainya.
Daripada lihat perdebatan antar elite politik lebih baik nonton lawakan, bisa tertawa dan tidak perlu mengerutkan dahi. Waulahuallam
Wassallam,
faza
sedikit malu ati...
ReplyDeletemaaf gene, ga ngomentarin Anak yatimnya...soalnya udah bener tuh yang dibilang ama gene...hikshiks
saya malah mo ngomentarin, petinggi partai sekaligus partainya juga sih...
saya bener2 malu...saya ga ngerti politik..saya cuma tau, kayanya partai ini lumayan..
tapi pas deket2 pilpres ini, trus lagi santer2nya berita koalisi dsb..saya malu ati...
saya ga tau yang diperjuangkan apa...tapi dengan suara yang sedikit, tapi sangat pede cenderung sok:( menekan partai besar...hehehe saya kok merasa malu...
ga tau, bener atau ga saya malu..tapi ada sedikit rasa kecewa menyelusup di hati...
semakin bingung siapa yang harus dipilih????
......
kerlip-kerlip.blogspot.com
Assalamu’alaikum wr wb
ReplyDeleteLalu solusinya bagaimana seharusnya ya ? Apakah kita akan menyerahkan kepemimpinan bangsa ini terserah pada PD dan SBY saja, sedang partai-partai Islam ‘turun gunung’ mengurus panti sosial dan yatim piatu saja tanpa terlibat di pemerintahan dan kepemimpinan ? Bayangkan kalau semua ummat Islam hanya mengambil posisi ini ??
Mungkin sekarang saatnya kita memperkaya referensi berpikir kita dengan banyak informasi, terutama dari media-media yang pro Islam, semacam Sabili, Hidayatulloh dll, bukan hanya dari televisi dan dan media-media sekuler saja, jadi kita punya pandangan yang lebih luas dan lebih fair, sehingga tidak memandang politik an sich, hanya bagian dari kekusaan dan kepentingan pribadi saja, paling tidak ada orang-orang aktivis Islam yang tidak berpikir demikian.
Di luar sana ada forum lintas organisasi Islam non partai bernama FUI (Forum Ummat Islam) yang mendorong aktivis partai Islam yang memiliki kualitas keIslaman baik untuk bisa jadi pemimpin bangsa ini, kalau bisa jadi presiden, atau paling minimal ya wakil presiden, bahkan mereka sudah merancang siapa yang harusnya jadi presiden dan wakilnya dari tokoh-tokoh Islam tersebut.Tapi partai-partai Islam realistislah dengan perolehan hail suara yang minim, tapi harus tetap pegang peran dalam kepemimpinan nasional.FUI indipenden, berdiri diatas semua partai Islam, tidak memihak, tapi mereka peduli dengan kepemimpinan bangsa ini dan berharap banyak aktivis partai Islam bisa mengambil peran itu.
Kalau partai-partai Islam saat ini tidak menerima wacana cawapres terutama PKS wajar saja, bukan kepentingan pribadi, tapi berharap Pak SBY didampingi oleh orang yang mengerti politik, kualitas keIslamanya baik, capable, dan punya track record yang bagus dan lurus, bukan orang yang disinyalir terlibat dalam persoalan dana BLBI yang masih jadi masalah.Kira-kira untuk apa partai-partai Islam selama ini berjuang lewat partai kalau harus tunduk dengan orang-orang sekuler yang juga tidak ahli dalam perpolitikan ditambah kebijakan ekonomi beliau tidak berpihak pada ekonomi kerakyatan.Dan selama ini PKS lah yang paling berani dan tegas menolak keputusan sepihak Pak SBY, walaupun mungkin dampaknya jadi terlihat buruk dan tidak baik di tingkat grass root yang menganggap PKS haus kekuasaan,tapi gertakan PKS selalu ada efek positipnya kok.Tapi biasanya kalau sudah jadi dampak positip PKS sudah tidak disebut lagi, jadi kebagian negatipnya saja, ditambah oleh gaya dan karakter komunikasi Fahri Hamzah yang meledak-ledak, tapi beliau sudah sering diperingatkan, kalau yang lain masih bisa berbicara lembut, berarti memang gaya dan pembawaannya Fahri Hamzah saja yang sedikit agak emosional saat berbicara, maklum orang Sulawesi yang blak-blakan, apa itu sudah tidak manusiawi ? Toh masih banyak aktivis PKS lain yang santun.
Saya bukanlah orang yang ahli dalam perpolitikan, tapi inilah yang saya tangkap dari sekian informasi yang saya dapat dan saya baca dan walau masih sangat minim, jadi mohon maaf kalau ada kesalahan .Wallahua'lam
tara
Waalaikumsalam warohmatullahiwabarokatuh
ReplyDeleteTo Ibu Tara
Maaf sebelumnya bu Tara, kita mengomentari postingannya Gene.
Dan apa-apa yang ada di postingan itu benar adanya, trus kita mau bilang apa?
Contohnya adalah saat ini, pada pagi hari Tifatul sembiring teriak-teriak tentang Boediono, tapi malamnya menghadiri deklarasi pencalonan SBY berbudi. Bukankah ini sangat opportunist dan pragmatist? kondisi seperti inilah yg kita kritisi.
Mengenai bagaimana kita bersikap dalam politik? ini ada cuplikan tulisan dari Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani tentang SIAPA YANG BERHAK BERPOLITIK ? DAN KAPAN ?
Menyibukkan diri dengan politik pada saat ini adalah membuang-buang waktu ! Meskipun kami tidak mengingkari adanya politik dalam Islam, hanya saja dalam waktu yang sama kami meyakini adanya tahapan-tahapan syar'i yang logis yang harus dilalui satu per satu.
Kami memulai dengan aqidah, yang kedua ibadah, kemudian akhlak, dengan mengadakan pemurnian dan pendidikan, kemudian akan datang suatu hari dimana kita pasti masuk dalam fase politik secara syar'i, karena berpolitik berarti mengatur urusan-urusan umat. Dan yang mengatur urusan-urusan umat ? Bukanlah Zaid, Bakar, ataupun Umar, yang mendirikan kelompok atau memimpin gerakan atau suatu jama'ah !! Bahkan urusan ini khusus bagi ulil amri yang dibaiat di hadapan kaum muslimin. Dia (ulil amri) lah yang diwajibkan mengetahui politik dan mengaturnya. Apabila kaum muslimin tidak bersatu -seperti keadaan kita saat ini- maka setiap ulil amri hanya berkuasa dan memikirkan sebatas wilayah kekuasaannya saja.
Adapun menyibukkan diri dalam urusan-urusan (politik) maka seandainya pun kita benar-benar mengetahui urusan-urusan tersebut, pengetahuan kita itu tidak memberi manfaat kepada kita, karena kita tidak memiliki keputusan dan wewenang untuk mengatur umat. Satu hal ini pun sudah cukup menjadikan usaha kita sia-sia.......dst.
Bu Tara, ini sedikit jawaban atas pertanyaan bu Tara.
maaf kalau tidak berkenan, ini hanya sebatas pengetahuan saya yg tidak paham politik karena saya bukan sarjana Politik.
Semoga bermanfaat
Assalama’alaikum wr wb
ReplyDeleteTerima kasih sebelumnya Mba Nit, saya sebenarnya tidak sedang bertanya dan tidak butuh jawaban, saya hanya sedang beretorika sendiri.Tapi semua orang berhak berkomentar kok, inikan negara demokrasi, jadi monggo saja…Saya menjawab secara global bukan untuk individu-individu tertentu, mana yang salah pengertian ya saya coba klarifikasi jadi bukan untuk merasa menang-menangan ya ngga…Dan buat saya tidak ada masalah postingan seperti ini,cukup rasional, malah lebih berimbang jadinya.
Saya tidak ingin berbicara mundur ke belakang tentang boleh tidaknya demokrasi dan politik dalam Islam, sudah cape kemarin sama Arif, sudah final, tapi deadlock juga, ya sudah, jadi sampai taraf itu kita saling menghargai saja, ok…Tapi kalau untuk kritik dan saran sih tafadhol…
Segala sesuatu itu harus diperjuangkan dengan gigih terlebih dahulu, kalau tidak ada jalan keluar lagi baru cari cara yang lain, yang paling mungkin dan realistis dan tidak merugikan dakwah kedepan.Bagaimanapun PKS telah berusaha keras agar keterwakilan ummat dan partai Islam bisa dijadikan pertimbangan kelak.Kalau sekarang PKS akhirnya bersedia berkoalisi lagi dengan PD untuk mengusung SBY-Budiono, karena memang pasangan inilah yang paling kuat punya kans untuk memimpin bangsa ini, itupun setelah PKS mengajukan syarat kontrak politik berupa platform koalisi yang berisi 10 agenda prioritas pembangunan yang berazas penguatan kedaulatan negara di berbagai bidang dan berorientasi kepada kemakmuran rakyat. Termasuk komunikasi dua arah yang positif dan konstruktif, saya kok jadi merasa kayak politisi disini, hehe…
Kalau salah mengambil langkah, lalu jadi oposisi, harus dipikirkan juga bagaimana langkah dakwah kedepan, oposisi di Indonesia tidak bisa sebebas, seaman dan seindependen di negara-negara barat, bisa-bisa malah dakwah diberangus dan dicurigai oleh pemerintah, lalu kebebasan dakwah yang kita miliki sekarang akan mundur kebelakang seperti era orde baru yang dengan bebas menangkapi dan memenjarakan aktivis dakwah Islam dengan tuduhan dan alasan yang dibuat-buat dan tidak masuk akal, itu yang kita hindari, seperti buah simalakama kan…
Saya tidak mau apriori, saya sih masih percaya, kalau ada orang atau aktivis Islam yang memandang kekuasaan atau jabatan sebagai misi untuk memperbaiki bangsa ini dan ummat, walau mungkin jadi minoritas dan sedikit jumlahnya, dan kadang dalam kasat mata hanya terlihat haus kekuasaan, tidak apa-apa kalau kekuasaan itu dipakai untuk kebaikan dan memperjuangkan ummat. Wallahua’lam bishshawab.
Assalamu’alaikum wr wb
tara
bu tara ada komentar yg menarik dr para analis politik: kesepakatan politik partai dakwah ini, boleh lha mendapat 3 atau 4 jatah kursi seandainya SBY terpilih lg terutama menteri pendidikan yang paling diincar, tapi untuk menteri agama, sulit tuh, sudah menjadi jatah ormas nahdlatul ulama sejak berdirinya negeri ini, katanya sih gitu..,
ReplyDeleteya baguslah itu, karena dianggap yang bergabung di partai dakwah itu orang-orang terpelajar, mudah-mudahan bisa mencerdaskan anak bangsa dan merubah arah pendidikan ini menjadi lebih baik lagi...Kalau bisa sih memang menteri agama jangan dari NU lagi karena bertahun-tahun tidak ada perubahan, selalu berkutat dengan penentuan jatuhnya idul fitri dan idul adha pada hari yang berbeda, juga pelaksanaan ibadah haji yang penuh nuansa korupsi, DEPAG nya juga begitu, kok ya ga kapok-kapok...Harusnya orang-orang lama yang sudah tidak terbukti capabelitasnya diganti dengan orang-orang muda 'bersih' dinamis dan visioner, baru bangsa ini bisa berubah.
ReplyDeleteBuat saya ga masalah menteri agama di pegang oleh orang PBNU, dengan catatan bukan yang berpolitik praktis.Murni Ulama yang berdedikasi dan amanah.
ReplyDeleteYang dirubah dalam depag kayaknya sistemnya memang yg harus dibenahi total,
saya lihat wawancara menteri agama tentang kisruh haji dsb, beliau blak2an bilang,ketika masalah katering dsb, ketika dia mereformasi dengan tidak memberikan fasilitas lg untuk anggota dewan dan kronco2nya dan campur tangan dalam bisnis haji..hasilnya ya seperti itu, 'ada' yang main2 didalamnya.
>>kalau bisa jangan orang NU lagi??
wah kayaknya masih berat tuh mba, karena mayoritas biasanya yang lebih menjadi point, jangan melihat NU dengan wajah seorang Gusdur heheh karena NU itu cangkupannya jauh lebih luas, dan insyaalloh masih banyak ulamanya yang jauh lebih baik...^_^
siiplah Rahma,, I agree with U deh,hehe... :-D'
ReplyDelete>>> saya sih masih percaya, kalau ada orang atau aktivis Islam yang memandang kekuasaan atau jabatan sebagai misi untuk memperbaiki bangsa ini dan ummat, walau mungkin jadi minoritas dan sedikit jumlahnya, dan kadang dalam kasat mata hanya terlihat haus kekuasaan, tidak apa-apa kalau kekuasaan itu dipakai untuk kebaikan dan memperjuangkan ummat.
ReplyDeleteDear Tara, aku sepakat sekali dengan pernyataanmu ini.
Tidak mengapa perjuangan PKS nampak seperti haus kekuasaan dan sebagainya. Yang penting buat saya mereka tetap bisa masuk ke pemerintahan, toh mereka mendudukkan orang-orang dengan kualitas dan prestasi bagus di pemerintahan.
Duh ngga kebayang deh kalo mereka memutuskan memilih jadi oposisi dan tidak dapat menjaga beberapa bidang kementrian lagi. Nampaknya akan merupakan lima tahun ke depan yang mengkhawatirkan.
Kalo saya pikir-pikir, sebagai rakyat jelata saya enak juga hidupnya. Ada sekelompok orang-orang yang amanah yang berjuang untuk perbaikan ummat tapi malahan dicerca dan dihujat oleh sesama muslim sendiri hehehe. Sementara saya enak-enak aja cuman jadi penonton, penilai, pendengar, pengamat, dan kemudian memutuskan mau milih yang mana atau memilih untuk tidak memilih heheh. Enak banget ya. Alhamdulillah.
Tara, minggu lalu aku memperkenalkan diri dengan kakaknya Pak Tif yang sekantor dengan aku. Itu pun bertemunya secara tidak sengaja. Kami pernah chatting via communicator internal tapi aku belum tahu sosoknya yang mana. Ternyata udah familiar sekali karena selalu aku liat di kajian agama islam mingguan di kantor. Kemiripan yang paling jelas adalah Pak TS itu (initialnya juga TS loh) memiliki senyum yang manis banget seperti senyumnya Pak Tif heheh.
OK deh Mba Irma, jadi dari sosok kakaknya Pak Tif itu, Mba Irma suka cara komunikasinya atau senyumnya ? hehe...just kidding...
ReplyDeleteLihat saja Pak Anton Apriantono Menteri pertaniannya kabinet SBY sekarang Mba, apa yang telah beliau lakukan, Indonesia jadi surplus beras, baru kejadian selama beberapa ganti menteri, bisa swasembada beras dan mampu tidak impor lagi dari negeri tetangga, sayang keberhasilannya tidak diblowup oleh pihak manapun tidak juga oleh beliau sendiri.Apa keberhasilan itu untuk kepentingan pribadi beliau ? Setelah sekian tahun jadi Menteri apa yang beliau dapat? Beliau masih tercatat sebagai menteri termiskin di kabinet, hidupnyapun masih tetap sederhana, apakah itu bukti beliau haus kekuasaan ?? Ini bukti nyata kalau ada orang-orang yang bisa memegang amanah kekuasaan dan menggunakannya untuk kepentingan ummat, sekali lagi walaupun jumlahnya tidak banyak.Siapapun dia, dari partai manapun layaknya kita berhusnudzon dan mendukungnya, selama berjuang untuk Islam dan ummatnya.
Duh Tara.... andaikan saja ada perkumpulan AAFC (Anton Apriantono Fans Club), aku dengan senang hati akan mengajukan diri sebagai Ketua .... hehehh
ReplyDeleteSebelum jadi menteri, Pak Anton ini moderator dari milis H-B-E (Halal Baik Enak). Buat aku, beliau ini berjasa banget ngasi pengetahuan, informasi, dan pecerahan soal masalah HBE ini. Aku masih menyimpan loh semua email-email dari beliau. Tersimpan baik dalam satu folder khusus. Bukannya apa,tulisan-tulisan beliau bagus. Dan semua email baik langsung ke milis ataupun secara japri, beliau tidak pernah tidak membalasnya. Ngga pake lama. Dari masalah kehalalan terhadap makanan hingga minyak gosok pun yang aku tanyakan, bersedia dibahas loh ama bapak yang pinter dan baik itu.
Wah kenapa jadi ngomongin Pak Anton nih. Tapi ini Tara yang mulai, aku cuman menambahkan saja haha.
Aku tidak heran kalo bapak ini tetep menjadi menteri termiskin di kabinet dan tidak banyak yang nge blow up keberhasilannya. Karena Insya Allah memang bukan itu yang dikejarnya.
Semoga Pak Anton sekeluarga selalu sehat wal'afiat dan berada dalam lindungan Alah SWT. Amin
Ass gene...lam kenal yahhh..
ReplyDeletewahhh baca coretan tangan yg ini bener2 miris yahhh..
gw sendiri sudah bs menebak arahnya pada saat semua orang yg nyaleg berbondong2 buat beramal, ngasih bantuan dsb..
ga tau sampe kapan rakyat kita bs ngerasain perhatian yang tulus dr para "wakil2 rakyat itu..