Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (556) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (178) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

12 October, 2015

Tiap Hari Di-Bully, Agung Gantung Diri



Anak menjadi korban bullying setiap hari di sekolah. Guru diam, siswa lain diam, perlindungan tidak ada. Jadi dia bunuh diri. Orang tua harus waspada kalau anaknya tidak bahagia di sekolah, atau di rumah. Banyak anak anggap masuk sekolah sama dgn masuk penjara, dan mrk dibiarkan sebagai korban sistem pendidikan yang tidak utamakan kepentingan siswa. Tapi bukan anak saya, jadi bukan urusan saya!
-Gene

Tiap Hari Di-Bully, Agung Gantung Diri

Senin, 5 Oktober 2015
CIREBON– Cerita ini bikin prihatin. Cerita ini menjadi perhatian bagi para orang tua dan juga pihak sekolah. Cara bergaul, cara memperlakukan teman, terutama di sekolah, jangan sampai kelewat batas. Muhammad Agung (17), siswa MTs swasta di Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, mengakhiri hidupnya dengan gantung diri karena sering di-bully (jadi bahan olok olokan) teman- temannya di sekolah.

Tasiah (60) begitu terpukul melihat anak bungsunya memilih langkah nekat tersebut. Tasiah mengatakan, sehari sebelumnya atau Sabtu (3/10) Agung meminta kepadanya agar bisa pindah sekolah. Diceritakan, saat itu Agung mengeluh kalau teman-teman di sekolahnya memperlakukannya dengan tidak baik. Dia kerap dihina dan tidak jarang mengalami kekerasan fisik ketika memasuki kelas. “Tadinya minta pindah, cuma pikir saya kan nanggung. Kan sudah kelas tiga, jadi saya suruh sabar saja,” ujarnya saat dijumpai Radar Cirebon, kemarin.

Dilanjutkan Tasiah, Agung adalah anak yang baik dan tidak seperti kebanyakan anak seusianya. Dia tergolong pendiam dan tidak banyak bicara serta rajin membantu orang tua. Dikatakan, sekolah tempat anaknya menimba ilmu sepertinya kurang mengawasi pergaulan siswa sehingga peristiwa ini terjadi. Teman sekelas korban di sekolah, Difka Pramudi, mengaku hampir setiap hari korban diolok-olok dan dihina oleh oknum siswa di sekolah tersebut. Menurutnya, ia pernah melihat beberapa kali korban dijahili, bahkan mengalami kekerasan fisik. “Gak ada yang berani melerai, setiap hari pasti dijahili,” tuturnya.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...