Assalamu’alaikum wr.wb.,
Orang tua dan guru yang paling berperan untuk mengajarkan
AKHLAK kepada anak kecil. Tapi selama ini yang paling diutamakan adalah RANKING
di sekolah, bukan akhlak. Mungkin sudah saatnya seluruh rakyat Indonesia,
khususnya umat Islam, mulai introspeksi!!
Sepertinya yang dibutuhkan oleh anak Muslim di sini BUKAN
pelajaran fiqih shalat, fiqih haji, fiqih puasa, fiqih zakat, fiqih poligami, fiqih
halal-haram, fiqih kentut, dan ratusan pelajaran fiqih lainnya, tetapi yang
dibutuhkan adalah PENDIDIKAN AKHLAK sebagai prioritas utama. Dan setelah
akhlaknya sudah dibentuk dan bagus, dan akalnya jalan dgn baik, baru diajarkan
fiqih, tafsir dan aturan agama yang penting (setelah mereka merasa membutuhkannya
karena sudah terbiasa beribadah).
Coba anda jawab: Kenapa anak TK perlu melakukan
"manasik Haji" setiap tahun, seakan-akan ilmu itu penting bagi mereka??
Sibuk mengajarkan tata cara ibadah kepada anak usia 6 tahun sehingga lupa
mendidik anak untuk berperilaku MULIA terhadap manusia yang lain (dan binatang
juga).
Anak disuruh NGAJI setiap hari, tapi hasilnya bukan memahami
isi Al Qur'an dan menjalankan dalam kehidupan, melainkan melakukan kegiatan
rutin yang mirip (mohon maaf) "karaoke bahasa Arab", yang artinya
"asal nyanyi sesuai teks tanpa paham artinya". Banyak orang lakukan karaoke
bahasa Inggris bersama teman2. Teks ditampilkan di layar, lalu nanyi sesuai
teks. Saya yakin kebanyakan orang tidak paham artinya teks itu (karena mereka kurang
lancar dalam bahasa Inggris). Tapi dalam karaoke, yang penting adalah ASAL
BERSUARA, bukan MEMAHAMI artinya! Kenapa Al Qur'an yang suci diperlakukan dgn
cara yang sama? Kenapa bukan ARTINYA yang dijadikan penting, di atas kegiatan
baca saja (ngaji) tanpa paham?
Kalau anda orang tua atau guru, coba introspeksi. Berapa
banyak waktu yang dihabiskan untuk mendidik anak berakhlak baik dan mulia? Dan
berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk membahas "pretasi",
"ranking" dan "kemenangan di atas orang lain"?
Coba berpikir ttg kenapa anak disuruh ngaji sendiri (asal
ucapkan bahasa Arab) tanpa perlu ada diskusi ttg MAKNA dari ayat2 suci yang
dibaca? Daripada suruh anak ngaji satu halaman, coba ganti dgn baca beberapa
ayat saja, lalu duduk bersama dan baca terjemahan, dan DISKUSI tentang ARTINYA.
Dan berusaha utk kaitkan dgn contoh nyata dalam kehidupan mereka.
Kalau anda sebatas suruh anak shalat dan ngaji, tanpa bisa diberikan
makna dalam kehidupan mereka, maka ibadah itu menjadi kegiatan agama yg
formalitas saja. Bukan ibadah yang masuk ke dalam hati mereka. Jangan berharap
anak anda akan menjadi anak Muslim yang mulia secara ajaib, tanpa perlu
diajarkan caranya. Anda sendiri yang harus mengajarkan mereka untuk bersikap
mulia dan baik hati.
Coba mulai sekarang. Dan diulangi lagi setiap hari, dalam
semua kegiatan.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto
tilawah bukan sekedar membaca, tapi juga memahami dan menerapkan
ReplyDeletesayangnya itu yang kurang, seperti ada mata rantai yang hilang dalam pendidikan agama di sini :(
Subhanalloh. Apa yang disampaikan Mas Gene langsung menusuk sasaran, memang demikian adanya. Jangankan mengajari anak akhlak mulia, saat ini para orang dewasa, orang tua, bahkan Guru, sudah tidak tahu lagi akhlak mulia itu seperti apa.
ReplyDeleteAgama Islam ini sesungguhnya secara total mengajarkan Akhlak Mulia, yaitu berakhlak mulia kepada Yang Maka Kuasa, kepada sesama, kepada diri sendiri, kepada sesama mahluk hidup, kepada lingkungan.
Entah dimulai dari mana, apakah dari lingkungan sekolah sehingga kelak anak-anak kita bisa mengajari cucu-cucu kita ahlak mulia, Apakah dari lingkungan pemerintah, janganlah mereka mengajari jadi maling/koruptor lagi? apakah dari lingkungan keluarga? janganlah orangtua mengajari akhlak yang buruk lagi? tapi yang pasti dimulai dari diri kita sendiri, sudahkah kita mempelajari apa itu akhlak mulia dan apakah kita konsisten menempa diri sendiri berakhlak mulia? karena akhlak mulia itu berkorelasi langsung dengan masa depan di akhirat.
Ketika seseorang berprilaku buruk, lalu ditiru orang lain, maka dosanya selain yang dilakukan dirinya sendiri juga dia akan mendapatkan dosa sebanyak semua orang yang menirunya tanpa mengurangi dosa orang yang menirunya (dosa Jariyah). Begitu juga ketika seseorang berprilaku mulia, dia akan mendapat pahala dan juga tambahan kelipatan pahala sebanya orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala orang yang mengikutinya ( pahala Jariyah).
Jaman sekarang orang sudah tidak lagi peduli dosa, asal nafsunya puas, asal perutnya puas, padahal dunia ini hanya sementara, manusia tidak akan hidup lebih dari 100 tahun, mengapa berani ditukar dengan neraka selamanya, bahkan tega menjerumuskan anak istri dan keluarganya ke jurang neraka selamanya.
Sekiranya api neraka itu bocor selubang jarum niscaya musnah hangus bumi ini (Hadist), mana ada api seperti itu di dunia? bahkan api nuklir sekalipun. Bodoh sekali kita ini, ketika kulit kita terluka lalu tersiram air rasanya luar biasa pedih menyengat, itu baru terkena air yang dingin tidak membakar, bagaimana kalau kulit luka lalu terkena api, bukan lagi api dunia yang dingin ini, tapi api neraka!
Mengapa kita tega menjerumuskan diri kita,juga anak istri cucu dan keluarga kita ke dalam kehinaan Neraka? kalau kita tak ingin seperti itu, marilah mulai berakhlak mulia dan memberi teladan akhlak mulia.
Astaghfirullah Hal Adzim..