Oleh Matthew Cassel September 13, 2015 | 09:08
Sekeluarga pengungsi Suriah berada di stasiun kereta api di
kota Budapest, Hongaria. Mereka tidak bisa beli tiket kereta, karena tidak ada
uang. Semua uangnya diambil oleh perampok, kata Tarek al-Hajj Khalil, seorang
warga Palestina dari kamp pengungsi Yarmouk di Damaskus, Suriah.
Tarek berusia 19 tahun, dan juga bawa 5 adik perempuannya,
Nour, 18, Reem, 17, Rama, 16, Raneem, 15, Bayan, 4, dan saudara kembarnya
Aamer. Semuanya sudah menjadi anak yatim karena bapak mereka wafat setelah kena
bom dari tentara Suriah. Mereka berharap bisa teruskan perjalanan sampai ke
Jerman.
Tarek dan adik2nya belum makan utk satu hari. Tapi di luar
stasiun kereta api, ada 200 warga sipil Hongaria yg murah hati yg
membagi-bagikan makanan, pakaian, mainan, dan barang2 lainnya untuk pengungsi.
Anak2 dikasih coklat, croissant, apel, pisang, jus, dan banyak botol air. Juga
ada boneka teddy, boneka Barbie, dan mobil-mobilan untuk anak kecil.
Selama empat tahun terakhir, situasi di Yarmouk telah menjadi seperti neraka di bumi. Kamp pengungsi itu awalnya didirikan untuk org Palestina seperti kakek-nenek Tarek. Sejak 2011, ketika konflik di Suriah mulai, Yarmouk telah menjadi salah satu daerah yang terburuk. Kamp itu dikelilingi oleh pos pemeriksaan rezim Suriah dan pemberontak, sehingga sulit bagi barang dan orang untuk keluar dan masuk. "Yarmouk dikepung," kata Tarek. "Itu pengepungan terburuk di Suriah."
"Tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada listrik. Tidak ada yang bisa masuk kamp. Mereka makan daun pohon, orang bahkan makan kucing," katanya. Walaupun dianggap situasinya tidak bisa lebih buruk lagi, awal tahun ini militan ISIS menguasai sebagian besar dari kamp dan mengusir banyak dari warga tetap. Ingatan Tarek tentang tanggal yang tepat tidak jelas, dan ia sering mengandalkan bantuan adiknya untuk membantu dia ingat ketika hal-hal terjadi, seperti ketika ayah mereka dibunuh 14 bulan yang lalu.
Rumah keluarga mereka diratakan dalam pertempuran awal tahun ini, jadi mereka hanya bisa melarikan diri sekali lagi. Tapi perjalanan ke Eropa dan keselamatan tidak begitu sederhana untuk pengungsi Palestina. Lebanon kurang dari satu jam ke barat dari Damaskus, namun Lebanon melarang pengungsi Palestina masuk. Satu-satunya pilihan mereka adalah untuk ambil perjalanan utara ke Turki. Kata Tarek, "Kami memiliki dua negara, Suriah dan Palestina. Suatu hari kita akan kembali ke salah satu dari mereka. "
Sumber:
Escape From Yarmouk: A Family’s Journey to Germany From Hell
on Earth in Syria
September 13, 2015 | 9:08 pm
No comments:
Post a Comment