Labels

alam (8) amal (100) anak (293) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (18) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (564) islam (546) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (96) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (48) my books (2) orang tua (7) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (171) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

23 December, 2018

Tembok Pagar SD Roboh Timpa Siswa Tewaskan 2 Murid Sekolah, Sudah Lama Diingatkan Warga

Ketika saya belajar menjadi guru di Australia, pelajaran pertama, dan utama, yang diulangi terus-terusan, adalah harus ada fokus pada keselamatan siswa! Selalu. Setiap hari. Dalam semua kegiatan. Di semua tempat, termasuk di luar sekolah. Kata dosen, sangat tidak berguna kalau suatu hari kita bilang kepada orang tua, “Maaf Bu, anak anda tenggelam saat ikut acara sekolah ke kolam renang, tapi nilai matematika bagus ya!!” Keselamatan siswa selalu menjadi yg utama, dan selalu harus dipikirkan, oleh semua guru, setiap hari, sebagai prioritas. Jangan sampai anak dititip kepada kami untuk dididik, lalu mayat yg kami kirim kembali ke rumah orang tua.

Anak bisa jatuh sakit, sesak nafas, sakit dari makanan (keracunan atau alergi), jatuh dari ketinggian, jatuh di tangga, terdorong siswa lain, dihajar anak lain, ditimpa barang yang jatuh (seperti tembok, AC, lemari, dsb.) dan kalau dibawa ke luar sekolah, bisa ditabrak, tenggelam, dll. Kalau “tidak mau” memikirkan semuanya, demi keselamatan siswa, maka ada solusi yang sangat sederhana: Jangan Menjadi Guru!! Kalau berani sebutkan diri seorang “guru” maka ada tanggung jawabnya. Nomor satu: keselamatan siswa. Tidak ada lagi yang lebih tinggi.

Sayangnya di Indonesia, pelajaran seperti itu belum tembus ke kalangan guru. Sepertinya yang dipikirkan banyak guru malah nilai yang tinggi (prestasi) dan gaji guru. Keselamatan siswa belum menjadi prioritas. Setiap kali saya kunjungi sebuah sekolah, mata saya langsung soroti semua hal yang berbahaya, dan saya jadi sedih. Kalau saya berkomentar, jawaban guru2 adalah, “Belum ada yang mati pak. Nggak masalah!” Menunggu siswa mati dulu, baru terlihat “ada masalah”. Kasihan anak Indonesia. Kapan bisa dapat sistem pendidikan terkemuka di dunia?
-Gene Netto

Tembok Pagar SD Roboh Timpa Siswa Tewaskan 2 Murid Sekolah, Sudah Lama Diingatkan Warga
http://lampung.tribunnews.com

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...