Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (557) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (179) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

28 February, 2020

Uang Kita Bukan Milik Kita, Tapi Milik Allah

Dengan satu virus kecil saja, Allah bisa hilangkan harta dari banyak orang kaya. Banyak orang merasa harta mereka adalah milik mereka dan berasal dari kerja keras mereka. Mereka sangat sombong terhadap Allah dan merasa harta mereka akan ada secara abadi. Bertahun-tahun mereka nikmati kekuasaan dan kekayan mereka, tanpa banyak peduli pada manusia lain.

Allah menizinkan orang kaya menjadi kaya, dan mendidik kita semua untuk lihat ke bawah dan menolong orang lemah di bawah kita. Tapi banyak orang kaya tidak peduli pada anak yatim dan dhuafa. Tujuan utama kehidupan mereka hanya untuk kumpulkan harta dan lupakan peran Allah dalam memberikan harta itu. Ketika Allah ambil kembali harta tersebut, baru mereka sadar kekayaan mereka tidak kekal.

Dunia ini tidak nyata. Harta kita milik Allah dan cepat atau lama usia kita akan tutup, dan harta yang dikumpulkan itu tidak akan bisa melindungi kita dari murka Allah. Uang yang kita keluarkan di jalan Allah, dan doa anak yatim dan dhuafa yang kita bantu, yang akan menjadi perisai bagi kita di akhirat. Jangan lupa bayar zakat dan banyak bersedekah.
-Gene Netto

Kapitalisasi Pasar Saham AS Amblas Rp 24.000 Triliun Imbas Corona
Penulis: Happy Fajrian 26/2/2020. Nilai kapitalisasi pasar saham-saham dalam indeks S&P 500 di Wall Street Amerika Serikat (AS) amblas hingga UU$ 1,74 triliun atau sekitar Rp 24.152 triliun. Dalam dua hari perdagangan pekan ini, indeks yang menampung saham 500 perusahaan terbesar di AS ini rontok hingga 6,27%.
https://katadata.co.id

Efek Corona & Jiwasraya, Duit Rp 688 T Menguap dari Bursa RI
Market - Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia 27 February 2020 10:16
https://www.cnbcindonesia.com

24 February, 2020

Bagaimana Orang Tua Bisa Atasi Masalah Kekerasan Seks Terhadap Anak?

[Pertanyaan]: Maaf, menurut pak Gene apa yg sebaiknya kami lakukan? Selain ikhtiar utk tetap menjaga anak kami.

[Gene]: Semua orang tua harus bersatu, di lingkungan kecil seperti sekolah atau RT, dan juga di tingkat propinsi dan nasional. Apa sudah ada komunitas, website, group facebook, atau jaringan nasional "Orang Tua Peduli Pada Keselamatan Anak"? Belum? Kenapa?

Jutaan orang Muslim marah pada pemerintah dalam kasus Ahok, lalu demo di Monas. Kenapa tidak ada demo besar karena pemerintah gagal melindungi semua anak Indonesia? Marah dan bersatu dalam kasus Ahok begitu gampang. Tapi ketika puluhan ribu anak diperkosa, disodomi dan dibunuh, reaksi umum hanya sebatas komentar "Memprihatinkan ya" di Facebook. Kenapa begitu berbeda?

Tanpa ada persatuan dari rakyat, pemerintah bisa cuek terus. Di saat ini, kebanyakan orang tidak mau peduli, selama anak kandung sendiri masih aman. Jadi masalah kekerasan seks terhadap anak tidak akan dipedulikan oleh pemerintah, karena rakyat juga terlihat tidak peduli.

Saya pernah coba bahas masalah ini di sebuah group guru dgn 90 ribu anggota. Saya dimarahi dan disuruh diam. Mereka tidak mau tahu, karena tidak terjadi di sekolah mereka. Dan orang tua secara nasional juga tidak marah, jadi 3 juta guru juga bisa cuek, sama seperti pemerintah. Harus ada tuntutan dari orang tua dulu.

Bersatu dulu. Saling semangatkan untuk bangun komunitas. Mulai bicara. Protes. Marah. Tulis online. Hubungi anggota DPRD dan DPR. Hubungi guru. Tanya ttg apa yang akan mereka lakukan. Ajak semua teman bergabung. Jangan menyerah. Jangan menunggu orang lain bertindak. Jangan menunggu pemerintah mencari solusi. Bangun kekuatan sosial dulu, dan ajak para ahli bergabung dan berikan solusi.

Sudah Jelas? Semua itu bisa berubah KALAU rakyat mulai bersatu dan bangun sebuah gerakan nasional. Mulai dengan skala kecil, semua ibu dan bapak di satu sekolah, atau satu RT. Lalu cari teman di wilayah dekat, dan bergabung. Saling bagikan info, dan saling dukung. Lalu keluruhan. Kecamatan. Kabupaten. Propinsi. Lalu jutaan orang tua dan anak demo bersama di depan gedung DPRD. Lalu DPR dan Monas.

Dulu, para perjuang kemerdekaan bisa bersatu karena mau bebaskan semua anak Indonesia dari penjajahan Belanda. Mereka inginkan semua anak bangsa punya masa depan yang bebas, sejahtera dan bahagia. Dan mereka berhasil mengusir Belanda. Karena mereka bersatu. Jadi kenapa para orang tua tidak mau bersatu sekarang untuk melindungi semua anak dari bahaya kekerasan seks? Jangan sia-siakan pengorbanan para pejuang. Meniru jiwa mereka, dan bersatu sekali lagi, sebelum seorang anak yang anda kenal menjadi korban juga. Bangun, bersatu dan berjuang sekuatnya untuk selamatkan semua anak Indonesia!
-Gene Netto

Apa Benar Kebanyakan Pesantren Aman?

[Komentar]: Jumlah pesantren itu ribuan, dan kebanyakan aman dan amanah dibandingkan pesantren dengan kasus2 sodomi, pemerkosaan dan pencabulan. Jangan takut memondokkan anak!

[Gene]: Sayangnya, kita tidak tahu pesantren mana yang aman. Dalam setiap kasus baru, ternyata sudah terjadi selama beberapa tahun, jadi ada puluhan korban. Polisi tidak punya dana atau tim khusus untuk melacak semua anak yang sudah lulus dari sebuah pesantren. Jadi jumlah korban yg pasti tidak pernah ketahuan. Banyak orang dewasa tidak mau mengaku mereka pernah diperkosa atau disodomi di masa kecilnya.

Jadi percaya saja pada pesantren dengan mengatakan "kebanyakan aman" penuh risiko, karena tidak ada data akurat ttg berapa persen yang aman atau berbahaya. Hanya ada dugaan dan asumsi. Banyak anak tidak berani ceritakan kepada orang tuanya, jadi orang tua anggap anaknya aman tapi ternyata disodomi terus. Lalu sebagian korban menjadi dewasa, menikah, dan tiba2 mulai sodomi anak. Ternyata mereka mantan korban, tapi baru ketahuan setelah mereka ditangkap sebagai pelaku.

Artinya, semua anak di semua pesantren berada dalam kondisi "tidak jelas", karena tidak bisa ditentukan aman atau dalam bahaya. Dan kalau tahun ini aman, tidak berarti tahun depan tetap aman, ketika seorang ustadz baru masuk, dan ternyata dia korban sodomi dulu, dan sekarang menginap di asrama dengan seratus anak…

Tidak ada data akurat, dan tidak ada program pemeriksaan bagi semua pesantren. Juga tidak ada sistem pelaporan yang diajarkan kepada anak. Tidak ada pelatihan agar mereka tahu tidak boleh disodomi atau diperkosa oleh ustadz. Hanya ada pendidikan utk "diam dan taat" pada ustadz dan jangan menjadi anak yang kualat atau dhurhaka dengan melawan guru.

Anak di pesantren perlu pendidikan dan pelatihan khusus agar tahu bahayanya sodomi, pemerkosaan, dan pencabulan dari orang yang dekat. Tapi siapa yang mau berikan? Kebanyakan pemimpin agama tidak mau membahas ribuan kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia setiap tahun. Jadi siapa yang mau melindungi jutaan santri dari bahaya yang nyata?
-Gene Netto

Komentar Guru Tentang KPAI Setelah Guru Memukul Siswa Di Bekasi

Di Bekasi, 150 siswa dikumpulkan di halaman sekolah karena telat. Seorang siswa dipukuli oleh gurunya karena tidak pakai sabuk, dan kekerasan itu direkam. Salah satu komisioner KPAI mengatakan guru itu sebaiknya diproses secara hukum dan tidak boleh damai. Di sebuah group guru, ratusan guru menjadi marah. Banyak yang berkomentar seorang guru yang memukul siswa punya niat mendidik, jadi itu bagus karena tidak ada cara lain untuk berikan pendidikan disiplin dan karakter. Katanya guru mesti dilindungi dari tuntutan hukum kalau hajar siswa. Di bawah ini ada beberapa contoh dari ratusan komentar. Coba ingat: Mereka ini mungkin termasuk guru2 yang mendidik anak anda di sekolah.
-Gene Netto

*********************

Siswa di manja guru disiksa

Komisi Pemanjaan Anak Indonesia

ko provokatif, terus peran KPAI apa dalam mendampingi dunia pendidikan ini?????

Segitu bencinya dia kepada Guru

KPAI semakin sok suci dan sok pintar

PECAT SAJA KETUA KPAI

KPAI BAIKNYA DIBUBARIN

KPAI tolol

Dulu mendidik dan mngajar pakai kekerasan nggak apa2 malah siswa(i) nya banyak yg pintar dan sukses.

seorang guru jg manusia yg punya batas sabar dalam menghadapi siswa nakal.....jika siswa tsb lancang dan menghina harga diri si guru maka jgn salahkan guru tsb jika memukul

Agent pengancuran.sok tahu

Kalau guru selalu dipojokkan dalam mendidik siswa, sebaiknya PGRI atau IGI membentuk KPGI alias Komisi Perlindungan Guru Indonesia. Sekarang ini guru selalu diposisikan di pihak yang salah dalam mendidik.

pingin nabok bibirnya yg jedir saya

Kiamat makin dekat

Model KPAI aliran Dajjal

Coba KPAI turun kesekolah -sekolah ( seperti guru BK) biar tau dilapangan seperti apa?

HAM tdk dikenal oleh Tata tertib Sekolah, Peraturan Negara, aturan Agama dan Adat istiadat... Kalo membina siswa dianggap melanggar HAM berarti KPAInya sakit..

Yang paling banyak menanggung dosa siswa kepada gurunya adalah Ibu ini..

Semakin kpai bela siswa dgn cara menyalahkan guri maka lama2 kelamaan guru akan mengajar saja tanpa peduli dgn siswa, dan siswa sebaliknya akan semakin melunjak

Ambil aman aja. Ngajare cuma nyampaikan materi aja. Bah murid telat, bah gak mau masukin baju, bah makan di kelas. Pokoke guru cuek aman. Tetap senyum ya

Saya kls 6 Sd dipukul guru dg buku tebal th 1976 setengah hari telinga saya kurang normal saya jadi berterima kasih pada pak Zulfahmi yg tegas hari ini saya sukses telah jadi guru yg berkatakter lebih 30 th

Biar KPAI aja yg ngajar, 1 semester aja cukup. Kira" bisa apa ndak.

Jangan pernah mendisiplinkan siswanya ya rekan2 sekalian. Ada KPAI lhooo... Yg akan menghukum rekan2 sekalian. Ingat ada KPAI lhooo

Ini sepertinya uud ada misi pembiaraan kenakalan remaja yg tdk ter arah arahnya, bakal hancur moral anak bangsa di kemudian hari dgn pola didikan pembiaran begini

Selamat.. berarti sekarang guru hanya mengajar saja tidak perlu mendidik, biar siswa di didik oleh KPAI....

Memukul karena kasih sayang beda dng memukul karena pengen babak belur.. di sisi guru beda dengan sisi masyarakat..

"Guru Galak" dengan tujuan mendidik Lha kok disalahkan ..... Giliran ada "Siswa brutal dan berbuat onar" guru juga disalahkan ...... Trus Guru harus bagaimana ?????

Siswa berkelahi, guru disalahkan. Siswa bully temen, guru disalahkan. Siswa merokok, ditegur guru, lalu siswa melawan gurunya, guru tetap disalahkan. Siswa tidak mau solat dhuha, disuruh push up ama gurunya, guru disalahkan. Siswa rambut gondrong, sudah diingatkan beberaoa kali, akhirnya dipotonglah rambutnya oleh gurunya, guru disalahkan. MEMANG GURU SELALU SALAH... PIYE IKI?

KPAI itu cari power...agar mereka juga terkenal kasihan...pahlawan kesiangan...

KPAI itu banyak omong, saya mau tau seperti apa mereka2 itu mendidik anaknya di rumah.. Orang tua jaman sekarang juga banyak yang manjain anaknya giliran anaknya bandel yang disalahkan guru..

guru nyubit atau mukul bukan dengam tujuan menyakiti ingat itu bu KPAI.. itu cuma.untuk efek jera.. agar dia ingat dg kesalahan yg dia lakukan..

Kalo aturannya sdh mirip aturan preman, maka harus diselesaikan secara preman juga.

Yok guru rame2 kekantor kpai, minta ajarin sama kpai cara ngajar yg bener

*********************
Guru di Bekasi Pukul Siswa yang Telat, KPAI: Proses Hukum, Jangan Damai!
https://news.detik.com

10 Siswa Tewas Dalam Kegiatan Outbound Pramuka

Ratusan anak ikuti acara outbound Pramuka di Sleman dan melakukan kegiatan susur sungai. Dikatakan ada 7 guru yang ikuti acara itu, tetapi jumlah anak tidak jelas. Dari total 250 anak yang seharusnya ikut, mungkin hanya 150 yang hadir. Jadi jumlah pastinya tidak diketahui. Ketika mereka jalan di pinggir sungai, tiba2 ada kiriman air besar dari gunung, dan sejumlah anak hanyut. Sudah ada 10 anak yang dipastikan tewas. Kepala sekolah mengaku tidak tahu ada acara Pramuka pada Jumat sore, karena tidak ada yang lapor kepadanya.

Sudah saya katakan berkali-kali. Anak anda tidak aman. Kenapa bisa ada kejadian terus? Karena para orang tua tidak sadar ada bahaya dan kurang peduli pada anaknya orang lain. Ketika ada rencana 250 anak mau masuk sungai di musim hujan, seharusnya orang tua protes. Seharusnya kepala sekolah dan para guru sadari bahayanya karena ini musim hujan, jadi sungai tidak aman, dan jumlah anak terlalu besar, dan penjagaan kurang.

Bagi orang tua yang tidak paham, seorang guru akan kesulitan mengawasi 10 anak. Ketika fokus pada 7 anak, tiba-tiba 2 anak ribut, dan ketika fokus pada mereka, 1 anak bisa pergi tanpa ketahuan. Jadi 10 anak saja bisa sulit diawasi setiap detik, apalagi 250 anak, di pinggir sungai, dengan panjangnya barisan anak mencapai 100-300 meter…

Tolong. Bangun dari dunia mimpi. Jangan mengatakan ini takdir dan musibah. Ini kelalaian dan kebodohan dan bukti bahwa banyak guru tidak profesional. Di luar negeri calon guru "dicuci otak" terus: Yang paling penting adalah keselamatan anak. Percuma dapat nilai tinggi kalau dikembalikan kepada orang tua dalam kondisi buta, cacat, lumpuh, atau sudah menjadi mayat. Perlindungan dan keselamatan siswa nomor satu. Tapi di Indonesia tidak begitu. Para guru tidak perlu utamakan keselamatan anak, karena orang tua dan siswa diam, jadi para pejabat juga diam, jadi para guru bisa diam juga.

Tolong bangun dan bersatu, sebelum anak yang anda kenal menjadi korban. Menjadi marah sekarang, protes dengan tegas, dan menuntut guru dan sistem pendidikan yang berkualitas untuk semua anak Indonesia.
-Gene Netto

8 Siswa Tewas Dalam Kegiatan Outbound Pramuka
Kompas.com - 22/02/2020, 14:43 WIB
https://regional.kompas.com

Pemuda di Sampang Cabuli Perempuan di Bawah Umur Bersama 5 Teman di Rumah Kosong

Satu lagi anak Indonesia diperkosa bergilir oleh 6 pemuda, gara-gara kenalan Facebook…! Mungkin solusinya adalah semua anak perempuan harus dikasih peringatan terus oleh sistem Facebook. Ketika mau tambahkan teman baru, muncul kotak dengan peringatan: "Bahaya, jangan terima kenalan baru Facebook ini kecuali anda siap menjadi korban pemerkosaan bergilir!" Lalu anak itu harus klik pada tombol yang menyatakan sudah pahami bahayanya diperkosa bergilir, dan tetap mau berkenalan dengan pemuda laki-laki itu. Lalu setelah anak itu kopi darat dan diperkosa bergilir, Facebook bisa cuci tangan, karena sudah kasih peringatan.

Orang tua kasih HP dan internet kepada anak, izinkan anak main medsos, tapi TIDAK MENDIDIK ANAK ttg bahaya yang nyata dari kenalan medsos. Ibaratnya anak dibiarkan main di pinggir sungai, tapi tidak diajarkan berenang, dan tidak disuruh waspada. Memang banyak anak yang bisa bermain di situ tanpa masalah, tapi cepat atau lama, akan ada korban yang terseret arus. Begitu juga ketika anak (tanpa ilmu) mencari kenalan baru di medsos!
-Gene Netto

Pemuda di Sampang Cabuli Perempuan di Bawah Umur Bersama 5 Teman di Rumah Kosong
Tikno Arie · Kamis, 20 Februari 2020 - SAMPANG, iNews.id – Pemuda pelaku pencabulan terhadap anak di bawah umur di Sampang, Jawa Timur (Jatim) dibekuk polisi. Pelaku mencabuli korban bersama lima rekan di sebuah rumah kosong. Kapolres Sampang, AKBP Didit Bambang Wibowo Saputro mengatakan, peristiwa nahas ini bermula saat pelaku berkenalan dengan korban di media sosial Facebook. Setelah akrab dan bertukar nomor Whatsapp, pelaku mengajak korban kopi darat di Kota Sampang.
https://jatim.inews.id

23 February, 2020

Kisah Siswa Dipukul dan Dicekik Guru Olahraga Gara-gara Belum Cukur Rambut

Banyak anak Indonesia kena masalah di sekolah karena dua hal: seragam dan rambut. Banyak guru merasa dilantik menjadi setara sersan di tentara, jadi anak kecil diwajibkan punya disiplin gaya tentara tanpa jelas tujuannya atau manfaatnya dalam ranah pendidikan.

Banyak orang tidak tahu para guru hanya mulai pedulikan rambut siswa sejak masa Petrus tahun 80-90an. Di saat itu, rambut panjang dan tato dianggap punya arti kriminal, preman, anti-sosial, dan anti-pemerintah Orde Baru. Jadi rambut panjang tiba2 dilarang di semua sekolah. Sebelumnya, guru cuek saja dan rambut anak dianggap urusan orang tua.

Mungkin bisa dicoba sistem yang lain. Menteri Pendidikan bisa keluarkan permen yang melarang guru mengatur rambut siswa, dan hal itu diserahkan kepada orang tua anak saja. Dan sekaligus, melarang guru mengatur seragam siswa dengan sikap militer, yaitu seragam harus sempurna dan kalau tidak, kena hukuman. Selama pakai baju dan celana yang benar, yang lain bisa diabaikan saja (urusan orang tua kalau anaknya kurang rapi). Atau, bisa dicoba dulu satu semester tanpa seragam (baju bebas) di satu propinsi atau seluruh negara, lalu dilakukan evaluasi terhadap kebijakan itu.

Sudah terlalu banyak siswa yang menjadi korban kekerasan disebabkan perasaan dan persepsi pribadi seorang guru. Mungkin sudah waktunya untuk selamatkan 60 juta siswa dari guru yang merasa rambutnya anak "terlalu panjang" dan seragamnya "kurang rapi".
-Gene Netto

Kisah Siswa Dipukul dan Dicekik Guru Olahraga Gara-gara Belum Cukur Rambut
Kamis, 20 Februari 2020. Seorang siswa berinisial A kelas X Madrasah Tsanawiyah ( MTs ) di Ciamis, Jawa Barat diduga jadi korban penganiayaan guru olahraganya sendiri. Berdasarkan laporan, guru olahraga menampar, memukul dua kali, dan mencekik korban. Korban lalu mengalami trauma dan luka lebam di pelipis kedua matanya. "Korban mengalami luka lebam di dua pelipis matanya sampai menutupi penglihatannya," ujar Ato.
https://jateng.tribunnews.com

19 February, 2020

Seorang Guru Bongkar Kasus Pencabulan Terhadap Dua Anak SD

Ini bukti dari apa yang saya bicarakan terus. Seorang guru yang peduli pada anaknya akan sadar kalau seorang anak berubah. Dalam kasus ini, tiba-tiba dua anak SD menjadi pendiam dan melamun, padahal biasanya tidak begitu. Gurunya menjadi curiga dan bertanya. Anak takut menjawab. Tapi guru itu tidak menyerah, dan tetap pancing informasi terus dengan sikap lembut. Akhirnya anak2 itu berani ceritakan bahwa mereka diperkosa oleh sepupunya sendiri, yang masih seorang anak SMA.

Dalam kasus2 yang lain, seorang guru (atau kadang juga orang tua) melihat anaknya berubah, lalu mereka bertanya, tidak dapat jawaban, jadi anak itu diabaikan. Kalau semua guru mau mencari indikasi seorang anak telah dicabuli, maka daripada seorang anak menjadi korban bertahun-tahun, banyak yang bisa diselamatkan setelah satu kali. Dan karena pelaku ditangkap dia tidak akan bisa cabuli anak2 yg lain. Semuanya bermulai dengan kepedulian orang dewasa, terutama para guru. Sayangnya, kebanyakan guru dan orang tua tidak mau membahas masalah ini. Menunggu terjadi di depan mata, baru mulai berpikir.
-Gene Netto

Dicabuli Sepupunya, Dua Bocah Ingusan Kerap Menangis dan Banyak Melamun
telusur.co.id - Parapat, Simalungun, Sumatera Utara. Kakak beradik sebut saja Bunga (9) dan Ayu (8) yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) ini menjadi korban bejat sepupunya sendiri. Bunga dan Ayu dicabuli oleh sepupunya, AS (16). AS masih berstatus pelajar SMA kelas 2. Akibat ulahnya, AS langsung dibawa polisi ke PPA Polres Simalungun.

Dari pengakuan korban, AS sudah berulang kali melakukan hal tak senonoh itu. “Kalau kami nggak mau, kami dipukul, dicubit, kadang juga dibuat cabe ke luka bekas pukulan Uda’ (paman) itu,” aku korban. Kedua kakak beradik itu juga mengatakan AS kadang meminta ‘dioral’. Kedua korban itu pun menunjukkan bekas cubitan dibagian paha, lengan, jidat, bibir, dan banyak lagi lebam-lebam ditubuh kakak beradik itu. “Kemaluan kami pun terasa sakit,” ujar kedua kakak beradik tersebut. [Asp]
https://www.telusur.co.id

Apa Solusinya Untuk Masalah Kekerasan Seks Terhadap Anak?

[Pertanyaan]: Pak Gene, salahnya di mananya ini? Apa yang harusnya dilakukan?

[Gene]: Kita semua yang salah. Dari paling atas sampai paling bawah. Sudah saya jelaskan berkali-kali: Harus ada solusi SISTEMIK untuk seluruh negara sekaligus. Dari pemerintah sampai ke paling bawah. Harus ada pendidikan bahaya pencabulan dan kekerasan seks di kurikulum sekolah sejak SD. Dimulai dgn mendidik anak bahwa kemaluan mereka tidak boleh disentuh, dan jangan asal taat sama orang lain (jangan asal ikut sama orang yang bilang mau kasih 2 ribu, dsb.).

Dibutuhkan iklan tivi utk mendidik orang tua di seluruh negara. Dibutuhkan pelatihan utk guru di sekolah, agar mereka bisa paham dan mencari tanda2nya seorang anak sudah menjadi korban. Daripada diperkosa terus selama 3 tahun, mungkin ada anak yg bisa diselamatkan setelah 1 kali. Dibutuhkan pelatihan di masjid, gereja, kelurahan, dan kecamatan dll. agar semua orang tua (terutama ibu) bisa paham dan waspada. Pendidikan seks utk kelas 5-6 SD ke atas, dan diperkuat di SMP dgn pendidikan bagi anak laki2 untuk tidak memperkosa atau sodomi anak lain. Anak SD dan SMP yang laki2 harus tahu ada bahaya disodomi oleh anak yang lebih besar dan pria dewasa. Anak perempuan harus tahu ada bahaya diperkosa dan menjadi hamil dari kenalan baru Facebook yang ajak ketemu.

Dibutuhkan pelatihan utk kepala desa, tokoh agama dan tokoh masyarakat agar mereka tidak lagi berusaha selesaikan masalah ini secara "kekeluargaan" di desa dengan cara lepaskan pelaku asal dia berikan tanda tangan di atas materai. Hal ini sudah sering terjadi di seluruh negara, dan seringkali pelaku hanya cabuli anak di tempat lain.

Ini BUKAN hal yang rumit atau sulit. Ini hal yang sederhana, jelas, dan cukup mudah dilaksanakan, KALAU ada kepedulian dari pemerintah dan rakyat untuk memahami perkara ini, dan mulai waspada dan serius untuk melindungi semua anak Indonesia. Belum ada kepedulian secara umum, jadi belum ada tindakan yang luas dari siapapun. Dan kalau sewaktu-waktu ada presentasi dari KPAI dll. dalam sebuah seminar maka itu tidak akan pernah cukup. Harus ada solusi sistemik untuk seluruh negara sekaligus. Tapi belum ada yang mau peduli dan belum ada yang mau membangun sebuah gerakan nasional untuk selamatkan semua anak Indonesia. 
-Gene Netto

Anak SD Tewas Saat Pelajaran Ekstrakurikuler Renang

Berita seperti ini muncul terus. Ada dua masalah. Pertama, anak yang mati dalam kegiatan resmi sekolah, di dalam pengawasan guru, terlalu sering terjadi. Ketika seorang anak mati, pihak sekolah ucapkan belasungkawa, ustadz mengatakan "takdir", dan simsalabim, masalahnya selesai. Kadang orang tua juga disuruh membuat surat pernyataan tidak akan menuntut pihak sekolah, atau pemilik kolam renang dsb. Kematian anak jangan sampai ganggu operasional sekolah atau perusahaan swasta.

Kedua, dalam sejarahnya anak tenggelam di seluruh dunia, tidak ada satupun anak yang pernah diselamatkan dengan cara "ditaruh di dalam mobil dan dibawa jalan keliling kota selama 30 menit untuk mencari rumah sakit." Anak yang sudah tenggelam kadang bisa diselamatkan dengan napas buatan dan kompresi jantung (CPR). Teknik ini diajarkan dalam kelas P3K. Di negara maju, guru wajib atau dianjurkan belajar P3K. Di sana, guru mengerti: anak tidak bernapas = guru harus bantu anak bernapas secepatnya.

Sedangkan di Indonesia, guru punya pemikiran yang berbeda: Anak yang tidak bernapas harus diangkat, dibawa keluar dari lokasi kolam renang, dicari mobil, ditaruh di dalam mobil, keluar parkiran, ngebut di jalan, berhenti di lampu merah, klakson dan teriak karena macet, suruh orang maju, orang tidak maju, klakson dan marah lagi, lewat lampu merah, klakson dan ngebut, dan setelah puluhan menit, akhirnya sampai sebuah puskesmas atau rumah sakit, berhenti di depan, ambil anak dari mobil, dibawa ke dalam, dikasih ke dokter… dan dokter menyatakan, "Anak ini sudah mati!"

Para guru Indonesia perlu diwajibkan atau dianjurkan ikut kursus P3K, dan guru yang awasi kegiatan renang harus ditentukan sekian guru per sekian siswa, dan salah satu guru wajib punya sertifikasi P3K. Dan kalau tidak bisa memenuhi semua syarat itu, kegiatan renang tersebut menjadi DILARANG. Semua guru harus diajarkan: Ketika seorang anak tenggelam, harus dibantu saat itu juga dengan kompresi jantung dan napas buatan, BUKAN dengan dibawa jalan2 naik mobil selama puluhan menit dalam kondisi tidak bernapas.
-Gene Netto

Seorang Murid SD Negeri 1 Abung Jayo Tewas Saat Pelajaran Ekstrakurikuler Renang
https://hariansiber.com


15 February, 2020

Bocah SD Di Tewas Di Bak Mandi Karena Melawan Saat Mau Disodomi

Pelaku adalah seorang pemuda, yg menjual alat rumah tangga keliling. Di sebuah rumah, pemuda itu minta izin pakai kamar mandi. Diantar sama anak laki-laki ke belakang. Tiba2 pemuda itu berusaha tarik anak itu ke dalam kamar mandi, dengan niat akan disodomi. Tapi anak itu melawan. Pelaku panik karena takut ketahuan rencana jahatnya, jadi dia dorong anak kecil itu ke dalam bak mandi dan tahan kepalanya di bawah air sampai mati. Lalu pamit dan pergi begitu saja.

Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun. Di dalam rumah sendiri. Bersama ibu dan kakaknya. Tidak ada kesalahannya. Tidak jauh dari pengawasan orang tuanya. Coba jelaskan KENAPA seorang anak tidak bisa selamat di dalam rumahnya sendiri? Masih mau mengatakan tidak ada masalah kekerasan terhadap anak di Indonesia? Apa harus menunggu anak anda dibunuh di dalam rumah anda sendiri? Lalu anda juga mengatakan, "Saya tidak menyangka!"

Belum terjadi pada anak anda? Belum terjadi pada anak tetangga? Mau menunggu sampai terjadi? Atau mau bangkit dan bersatu sekarang untuk peduli pada semua anak Indonesia? Anak anda tidak aman. Di rumah, di jalan, di sekolah, di pramuka, di masjid, di gereja, bersama guru, bersama bapak tiri, bersama kakek, bersama teman ayah, bersama tetangga, bersama teman kelas, anak anda tidak aman. Terasa aman, karena belum menjadi korban, dan teman seusia juga belum menjadi korban. Tapi tolong dipahami: JUMLAH KORBAN MENINGKAT setiap bulan, bukan berkurang.

Tolong jangan diam dan menunggu anak anda menjadi korban juga. Menjadi marah sekarang, dan marahi para pejabat, pemimpin negara, pemimpin daerah, dan pemimpin agama yang TIDAK MAU PEDULI pada masalah ini. Apa ini hasil kemerdekaan? Yang dibeli dengan jiwa dan pengorbanan kakek dan nenek anda? Kalau anak Indonesia bisa dibunuh di mana saja, kapan saja, oleh orang yang tidak disangka sebagai penjahat, apa artinya kemerdekaan? Tolong jangan diam terus. Cari teman yang juga mau marah, dan bertindak. Sebelum nama anak anda masuk berita…
-Gene Netto

Bocah SD di Sidrap Sulsel Tewas Dianiaya Sales Alat Rumah Tangga di Bak Mandi
Muhammad Taufiqqurahman – detikNews Kamis, 13 Feb 2020 Sidrap
https://news.detik.com

14 February, 2020

Apa Anak Harus Masuk Sekolah Pada Jam 6:30 Pagi?

Kemarin ada berita ttg 150 siswa yang telat di Bekasi, dan seorang guru direkam menghajar seorang siswa. Di Indonesia, reaksi banyak guru terhadap siswa yang telat adalah melarang mereka masuk kelas, memberikan hukuman, panggil orang tua utk menghadap guru saat itu juga, marahi siswa, mempermalukan mereka, atau gunakan kekerasan terhadapnya.

Di negara lain, di mana sistem pendidikan berbasis riset, banyak hal bisa diubah untuk memperbaiki sistemnya, termasuk perubahan pada jam masuk sekolah. Sudah ada sebagian sekolah SMP dan SMA yang mulai jam 10 pagi (kebanyakan mulai jam 9 pagi). Berdasarkan riset. Hasilnya? Nilai semua siswa meningkat, yang bolos menjadi hampir nol, keributan antar siswa berkurang, masalah tata tertib berkurang, dan siswa selesaikan PR dan tugas lain tanpa kesulitan. Suasana sekolah berubah, dan menjadi penuh siswa dan guru ceria. Bahkan ada sekolah yang sediakan waktu dan tempat untuk tidur siang sejenak, dan ada yang berikan layanan konseling dan juga terapi pijit bagi siswa yang lagi stres tinggi.

Disebabkan perubahan jam masuk saja, siswa menyatakan mereka menjadi lebih bahagia di rumah dan di sekolah, dan menjadi lebih fokus pada masa depan yang baik. Penyebabnya? Mereka dapat kualitas tidur yang lebih baik pada usia remaja. Kenapa itu penting? Karena riset membuktikan perubahan besar yang terjadi pada otak dan tubuh manusia pada usia remaja, sehingga banyak anak perlu tidur 8-12 jam per hari utk beberapa tahun, untuk dapat pertumbuhan maksimal. Setiap anak punya kebutuhan berbeda.

Negara lain minta profesor melakukan riset dan memberikan rekomendasi. Di Indonesia, tiga juta guru teruskan status quo, dan suruh siswa diam dan taat pada guru, karena guru selalu benar, karena sekolah milik guru saja, dan sistem yang sudah berlaku harus diteruskan. Riset dibuang ke laut saja. Diam dan taat menjadi prioritas, bukan usaha mencari sistem pendidikan terbaik untuk masa depan.

Banyak dari 60 juta siswa di sini merasa sebagai tahanan di penjara, bukan pemilik dan bagian penting di sistem sekolah yang dibangun dengan pajaknya orang tua mereka. Bahkan gaji guru dibayar oleh orang tua siswa, yang berarti guru seharusnya bersifat sebagai "pelayan" terhadap siswa dan orang tua, bukan diktator. Kalau kita mau peduli pada masa depan Indonesia, mari kita mulai peduli pada sistem pendidikan, dan pihak sekolah dan pemerintah harus terima siswa dan orang tua sebagai mitra, dan bukan tahanan yang harus dibuat takut dan tunduk.
-Gene Netto

12 February, 2020

Siapa Yang Mau Peduli Pada Masa Depan Anak Indonesia?

Hati saya sedih. Ada orang yang konsultasi kepada saya tentang kasus dugaan sodomi terhadap puluhan santri di sebuah pesantren. Saya menjadi sedih bukan hanya karena ada kasus itu, tapi karena orang yang hubungi saya takut lapor kepada polisi. Anak yang menjadi korban tidak berani melawan pemilik pesantren yang kaya dan terhormat. Orang tuanya miskin, jadi mereka takut lapor, dan ceritakan kepada seorang kenalan. Kenalan itu (yg hubungi saya) juga dapat saran "jangan ikut campur" karena takut nama keluarganya menjadi terlibat dalam sebuah kasus.

Saya sedih karena begitu banyak orang dewasa bisa mengetahui ada banyak anak yang disodomi oleh seorang pengasuh pondok pesantren, tetapi daripada marah dan berani melawan, semuanya tutup mulut dan memikirkan diri sendiri, repotnya, pengaruh sosialnya bagi mereka, malunya dan sebagainya. Mereka tidak memikirkan ANAK yang menjadi korban, apalagi anak yang belum menjadi korban.

Kita sudah tahu bahwa mantan korban bisa berubah menjadi pelaku dalam waktu 5-10 tahun. Jadi kalau sebuah kasus sekarang didiamkan, puluhan anak bisa berubah menjadi pelaku, dan dalam beberapa tahun bisa ada 100 anak lain yang menjadi korban. Tapi para orang dewasa yang bisa selamatkan bakal korban masa depan itu malah takut buka mulut sekarang.

Karena semuanya takut lapor, saya sendiri yang hubungi KPAI dan sudah membuat laporan formalnya. Tapi nanti KPAI dan Polisi tetap harus dikenalkan dengan sebuah saksi mata, yang harus berani menjadi pelapor dan berikan data dan bukti bagi polisi. Seharusnya semua orang Indonesia yang mengetahui kasus itu yang bertindak cepat. Malah didiamkan bertahun-tahun, sampai satu orang bule mau melawan. Kenapa bisa begitu?

Kenapa tidak kembalikan Belanda ke sini? Indonesia menjadi merdeka 70 tahun tapi warga pribumi masih banyak yang hidup dalam kondisi "takut" di negara sendiri, dan banyak anak menjadi korban kejahatan. Jadi apa manfaatnya menjadi merdeka? Kapan bisa dinikmati hasilnya kemerdekaan itu, kalau banyak orang Indonesia masih merasa takut setiap hari? Saya paling bingung dengan orang dewasa di sini yang terus-terusan menunjukan sikap tidak begitu peduli pada anak yang bukan anak kandung sendiri. Apa solusinya? Bagaimana caranya membuat orang Indonesia peduli pada masa depan anak Indonesia? 
-Gene Netto

11 February, 2020

Apa Tujuan Hidup Kita Sebagai Muslim?

[Ini pesan saya kepada seorang muallaf bule, yang protes terus tentang ajaran Islam, yang sulit diterima oleh dia]:

Cobalah memahami prinsip sederhana ini:

Mengapa kita hidup di bumi ini? Karena Allah menciptakan kita, menempatkan kita di sini untuk waktu yang singkat, dan Dia menguji kita setiap hari. Kita hanya diberi satu tugas: TAATI Allah, dan Utusan Terakhirnya Muhammad SAW, dan para pemimpin Muslim (ulama) di komunitas kita.

Jika kita taat, insya Allah kita akan diberi ganjaran dengan kehidupan abadi di surga. Jika kita tidak taat, kita akan masuk neraka untuk selamanya, bersama dengan Iblis.

Apakah kita harus "suka" dan "setuju" dengan setiap aspek Islam dan hukum Islam? TIDAK! Kita tidak harus suka atau setuju. (Saya tidak suka sholat jam 4.30 pagi! Jujur, saya ingin tidur. Tapi saya melakukan shalat subuh setiap hari. Mengapa? Karena Allah menyuruh saya melakukannya.)

Beberapa wanita tidak suka kalau pria diizinkan menikah 4 kali. (Mereka lebih bisa terima kalau suaminya berselingkuh! Haha). Tetapi mereka harus menerima faktanya bahwa itu adalah bagian dari hukum Islam. Pria diizinkan menikah lagi. Jadi wanita harus menerima dan mematuhi hukum Allah itu. Mereka tidak harus menyukainya atau setuju. Tapi harus terima.

Dan untuk sebagian Muslim, terutama mualaf, mereka menolak untuk menerima beberapa hal. Banyak manusia mulai memahami Islam dengan memuji otak mereka sendiri, dan percaya bahwa mereka "memahami" apa yang baik, benar, dan adil. Dan kemudian mereka "memeriksa" Islam, menemukan masalah yang tidak mereka sukai, dan mulai memprotes.

Itu normal bagi kebanyakan dari kita ketika kita belajar tentang Islam. Jadi, yang menjadi tanggung jawab kita adalah untuk BELAJAR bagaimana kita bisa memahami hal-hal yang tidak kita sukai. Bukan menolak hanya dengan alasan "otak saya tidak suka hal itu".

Semoga penjelasan saya ini cukup jelas. Silahkan bertanya tentang apa saja yang lain.
-Gene Netto

10 February, 2020

Jarak Sekolah yang Jauh Ternyata Pengaruhi Angka Perkawinan Anak

Ternyata salah satu faktor di belakang pernikahan dini adalah jarak ke sekolah. Ketika SMP dan SMA terlalu jauh dari rumah orang miskin, orang tua memutuskan untuk kawinkan saja anak perempuan mereka. Perempuan dianggap beban karena cepat atau lama akan pindah ke rumah orang lain (suami) dan tidak lagi menolong orang tuanya. Jadi anak laki-laki difasilitasi pendidikan lebih tinggi dengan harapan dapat pekerjaan lebih baik, untuk menolong orang tuanya, dan perempuan dinikahkan cepat tanpa pendidikan tinggi agar tidak menjadi beban.

Kalau pemerintah mau atasi masalah kependudukan dan pernikahan anak, maka ada solusi yang jelas: jaminan pendidikan gratis dan pembangunan sekolah baru untuk memastikan semua anak perempuan bisa lulus SMA. Di semua negara di mana anak perempuan bisa lulus SMA, dan banyak yang bisa kuliah, pernikahan dini tidak menjadi masalah dan juga tidak ada masalah kependudukan. Ini terjadi karena perempuan belajar dulu, menikah di usia lebih tua, dan punya sedikit anak, dan anaknya juga diberikan kualitas hidup yang lebih tinggi.
-Gene Netoo

Duh, Jarak Sekolah yang Jauh Ternyata Pengaruhi Angka Perkawinan Anak
https://www.suara.com

Studi Baru: Pujian dari Guru Bantu Siswa Lebih Fokus


Liputan6.com. Reporter: Jihan Fairuzzia. 31 Jan 2020. Liputan6.com, Utah - Menurut sebuah studi baru dari Universitas Brigham Young (BYU), anak akan lebih fokus mengerjakan tugas hingga 30 persen ketika guru memuji mereka atas perilaku yang baik, dibandingkan menegur. "Apa yang kami temukan adalah agar guru lebih banyak memuji dan kurangi menegur jika mereka ingin meningkatkan perilaku siswa di ruang kelas sekolah dasar," kata Dr. Paul Caldarella, pemimpin penelitian dari Sekolah Pendidikan David O. McKay di BYU, seperti dilansir ABC News, Kamis (30/1/2020).

Caldarella juga menambahkan bahwa penelitian sebelumnya sangat disayangkan karena menunjukkan bahwa guru lebih cenderung menegur siswa untuk perilaku bermasalah dibandingkan memuji siswa untuk perilaku yang baik. Hal itu akan berdampak negatif dan memperburuk perilaku siswa.

Ketika anak menerima pujian, hal itu mengaktifkan senyawa kimiawi terkait perasaan baik tertentu di otak. Senyawa kimiawi ini dapat meningkatkan fungsi di bagian otak yang bertanggung jawab untuk hal-hal seperti fokus, perhatian, perencanaan dan pemecahan masalah.

"Ketika hukuman digunakan, itu dapat mengaktifkan bagian otak yang bertanggung jawab atas rasa takut," jelas psikiater itu, "Ketika respons rasa takut diaktifkan, senyawa kimiawi yang dilepaskan sebenarnya dapat mengaburkan bagian-bagian otak yang diperlukan untuk fokus." Para peneliti telah menghadiri 151 kelas di 19 sekolah dasar di Missouri, Tennessee, dan Utah. Selama periode tiga tahun mereka mengamati 2.536 siswa dari TK hingga kelas enam.

Studi ini menunjukkan bahwa pujian merupakan praktik penting bagi guru untuk dapat membantu memotivasi siswa agar bekerja lebih keras, terutama anak-anak yang cenderung mengganggu di kelas atau sedang berjuang secara akademis.

"Menggunakan pujian atas hukuman juga akan memberikan manfaat di lingkungan luar kelas. Siapa pun yang berperan sebagai pengasuh, harus memikirkan hal ini sehari-hari, mulai dari orang tua, pelatih, pembimbing setelah sekolah, hingga dokter anak," kata Chaudhary.  Sebagai ganti hukuman, kritik yang membangun dapat digunakan, tetapi harus diimbangi dengan pujian untuk menciptakan lingkungan yang aman, di mana anak-anak dapat termotivasi untuk fokus, belajar, dan tumbuh.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...