Search This Blog

Labels

alam (8) amal (97) anak (317) anak yatim (117) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (64) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (69) hukum islam (51) indonesia (586) islam (559) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (372) kesehatan (97) Kisah Dakwah (11) Kisah Sedekah (11) konsultasi (13) kontroversi (5) korupsi (28) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (53) my books (2) orang tua (10) palestina (34) pemerintah (138) Pemilu 2009 (63) pendidikan (519) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (46) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (37) renungan (192) Sejarah (5) sekolah (90) shalat (10) sosial (323) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

Popular Posts

29 October, 2025

Asrama Putri Ponpes di Situbondo Ambruk, 1 Santriwati Meninggal-11 Luka

Assalamu’alaikum wr.wb. Harap ingat: “Ini Musibah, dan Takdir Allah, dan Kami Tidak Menyangka!” Ketika anak tewas di pesantren atau sekolah, kalimat sakral itu sudah cukup sebagai penjelasan. Tidak ada pihak yang salah atau lalai. Tidak ada yang perlu ditangkap. Musibah saja. Kegiatan di pesantren harus segera mulai lagi bagi anak yang belum mati, dan gedung yang rusak harus dibangun kembali dengan uang rakyat. 

Anehnya, ketika bis masuk jurang, sikap itu tidak berlaku. Sopirnya ditangkap, tidak ada usaha beli bis baru dengan uang rakyat, dan sopir itu tidak disuruh segera mengantar penumpang lagi. Sopir itu tidak sengaja bunuh orang, tapi dianggap bersalah. Pengurus pesantren tidak sengaja bunuh orang, jadi bebas dari kesalahan? 

Selain itu, ketika melihat video berita di YouTube, saya kaget. Terkesan bahwa seluruh TKP sudah “bersih” ketika Polisi datang. Semua puing, beton, genteng, dll. sudah dipindah. Jadi kalau insinyur sipil mau periksa “tata cara bangunan itu jatuh”, sudah mustahil. Tidak bisa lihat apa yang jatuh duluan, atau jatuhnya ke mana.

Apa usaha pelaku membersihkan seluruh TKP bukan perkara hukum? Kalau seorang bapak membunuh anaknya lalu bilang “tidak sengaja”, apa juga boleh begitu? Ketika polisi datang, mayat anak sudah hilang dari rumah, darah sudah dibersihkan, dan barang-barang rusak sudah hilang sampai TKP menjadi steril dan bersih? Apa boleh dilakukan di semua TKP? Atau hanya boleh di pesantren saja? 

Mungkin kondisi ini bisa menjadi bahan bagi mahasiswa fakultas hukum. Mereka bisa menulis makalah menarik tentang tipe orang yang kebal hukum, atau yang kena sanksi hukum, padahal perbuatannya mirip. Bedanya adalah satu pihak merupakan ahli agama di pesantren, dan pihak lain adalah orang biasa. Dan kalau seluruh barang bukti dihilangkan, apa di pesantren boleh, tetapi di rumah dilarang? 

Kenapa nyawa anak di pesantren kalah penting dengan nyawa anak di tempat lain? Sepertinya, investigasi terhadap anak yang tewas di rumah bisa luas dan lengkap. Tetapi bagi anak yang tewas di pesantren, ada kesan bahwa hukum negara kurang berlaku, dan tidak ada pelaku yang perlu bertanggung jawab, karena itu hanya musibah dan takdir Allah saja. Betul? 
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto 

Asrama Putri Ponpes di Situbondo Ambruk, 1 Santriwati Meninggal-11 Luka
Musibah terjadi di Pondok Pesantren Salafiah Syafi'iyah Syekh Abdul Qodir Jaelani, Situbondo. Salah satu bangunan asrama putri di ponpes itu ambruk menewaskan seorang santriwati dan melukai 11 orang santriwati lainnya.
https://www.detik.com

Kamar Ponpes di Situbondo Ambruk, Belasan Santri Putri Tertimpa Reruntuhan & 1 Orang Tewas
https://www.youtube.com 



28 October, 2025

Siswa SD di Cianjur Ditemukan Tewas di Rumahnya, Diduga Bunuh Diri

Assalamu’alaikum wr.wb. Berkali-kali ada berita dengan informasi yang sama. Seorang anak kecil tiba-tiba berubah, menjadi diam, murung, dan hanya ingin di kamar terus. Orang dewasa di sekitarnya selalu bingung. Mereka selalu “tidak paham” kenapa. Kalau seorang anak berubah dan menjadi murung, itu merupakan tanda dia sudah alami trauma. Dua kondisi yang paling umum adalah 1) Dia menjadi korban bullying, dan 2) Dia menjadi korban pencabulan.

Keluarganya, gurunya, dan teman-temannya yang kenal anak itu bisa melihat perubahan tersebut. Tetapi dalam setiap kasus, semuanya “bingung”. Dalam beberapa kasus, anak tersebut bunuh diri. Ketika perubahan sikap itu muncul, anak itu perlu dibantu secara cepat. Tetapi yang sering terjadi adalah semua orang dewasa diam saja dan menunggu dia kembali normal. Lalu dia bunuh diri.

Dalam kasus ini, keluarganya merasa “kasihan” pada mayat korban, jadi tidak rela dilakukan autopsi dan investigasi polisi. Dalam kata lain, mereka tidak ingin korban dapat keadilan, dan pelakunya boleh dibiarkan melakukan kejahatan terhadap anak-anak yang lain. Biar ada banyak korban sekaligus. Biar banyak keluarga lain menderita juga.

Ada dua hal yang terulang, dan patut disayangkan. Pertama, banyak orang dewasa tidak sanggup mengingat satu fakta sederhana: Anak yang berubah menjadi murung telah mengalami trauma! Kedua, sering ada rasa “kasihan pada mayat”. Tetapi sikap itu sama dengan membebaskan pelaku untuk mengulangi perbuatannya. Keadilan bagi korban dibuang ke laut?  Rasa “kasihan pada mayat” lebih utama, seakan-akan mayat akan dapat suatu manfaat? 

Dua perubahan dibutuhkan. Pertama, pelatihan anti-pencabulan dan anti-bullying secara nasional. Semua orang dewasa perlu memahami tanda-tanda seorang anak mengalami trauma. Kedua, ketika anak wafat di luar dugaan, keluarga harus dukung investigasi polisi, demi mencari pelaku (kalau ada), agar bisa ditangkap, untuk selamatkan anak lain. Autopsi tidak mengganggu mayat seditpun! (Belum pernah ada mayat yang bangkit dan protes!) 

Kalau kedua perubahan ini tidak terjadi (dan sepertinya tidak ada yang cukup peduli), anak-anak Indonesia akan menjadi korban terus. Dan ribuan pelaku akan tetap bebas, karena tidak dicari polisi, karena keluarga korban menolak investigasi dan autopsi. Terkesan banyak orang tua telah mengalami pencucian otak agar punya rasa “kasihan pada mayat”. (Dari mana sikap umum itu??) Hasilnya adalah mereka tidak peduli pada keadilan, dan tidak mau melindungi anaknya orang lain! Ibaratnya mereka berkata, “Mayat anak saya lebih utama daripada anak lain yang masih hidup!!” Semua orang dewasa harus berubah, agar ribuan anak bisa diselamatkan dan tidak perlu menjadi korban!
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb. 
-Gene Netto 

Siswa SD di Cianjur Ditemukan Tewas di Rumahnya, Diduga Bunuh Diri
Seorang anak laki-laki berinisial MAA (10 tahun) di Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, ditemukan tewas di rumahnya, Rabu (22/10). "Memang ada kebiasaan yang berubah, biasanya cucu saya sering bermain di luar rumah bersama teman-temannya. Tapi, belakangan ini lebih memilih diam di dalam rumah, dan terlihat murung," tuturnya.
https://kumparan.com

 

Santri Bunuh Diri, Investigasinya Nol, Pelaku Penyebab Trauma: AMAN

 


Assalamu’alaikum wr.wb. Ada berita tentang seorang anak yang bunuh diri, dan setelah beberapa hari, terungkap dia seorang santri. Saya cari beritanya di Google, tetapi malah ketemu beberapa kasus yang berbeda (3 santri bunuh diri di bulan Oktober 2025!) Pertanyaan saya, APA yang menimpa mereka sampai merasa tidak tahan, tidak bisa dapat bantuan, dan satu-satunya jalan keluar dari penderitaannya adalah bunuh diri? Kita tidak akan tahu. Selalu dianggap musibah dan takdir Allah. Jadi tidak perlu investigasi dari polisi (siapa yang mau bayar?) 

Dua hal yang paling mungkin adalah mereka korban bullying atau pencabulan. Dalam kasus pencabulan di pesantren, biasanya ada korban lain. Jarang ada berita pencabulan dari pesantren dengan 1 korban saja. Tetapi siapa yang mau investigasi? Kalau pencabulan atau bullying, hampir terjamin ada beberapa atau bahkan puluhan korban lain. Seharusnya Kemenag, Kemen PPPA, KPAI, dan Polri sangat peduli dan wajib melakukan investigasi. Ternyata tidak. Setiap kasus hanya musibah dan takdir Allah. Semua orang dewasa selalu berkata, “Kami tidak menyangka!”

Dan setelah saya cari berita tentang santri yang bunuh diri, juga muncul kasus anak SD dan SMP (bukan santri) yang bunuh diri. Dan dalam setiap kasus, dicap musibah dan takdir Allah, dan tidak ada investigasi, jadi penyebabnya tidak ketahuan, dan pelaku (bullying atau pencabulan) aman. Tidak ada yang mencarinya. Saksi mata utama sudah tewas. Simsalambim, kasus itu dilupakan. Dan besoknya, ketika terjadi lagi di dengan anak yang lain, boleh dilupakan juga. 

Kapan anak dan santri Indonesia akan dinilai penting, dan patut dijaga dan dilindungi? Kenapa mereka bisa dibiarkan menjadi korban terus, tanpa ada yang peduli pada kondisi hidupnya, sampai akhirnya sebagian anak merasa terpaksa bunuh diri untuk akhiri penderitaan mereka? Kalau ada sumber pertolongan yang jelas, seharusnya tidak ada anak yang bunuh diri, dan kasus bullying dan pencabulan berhenti cepat. Kenapa tidak ada yang mau berusaha selamatkan para anak dan santri dari takdir yang buruk itu? 
Wassalamu’alaikum wr.wb. 
-Gene Netto

Ini beberapa kasus yang saya temukan hari ini. Mungkin ada yang lain. Semuanya judul berita asli. Kalau juga cari berita anak SD-SMP yang bunuh diri, hasilnya lebih banyak. 

* 15 Oktober 2025, santri bunuh diri di Merangin, Jambi

Izin Mendadak, Santriwati Ini Ditemukan Tewas Gantung Diri di Pesantren
https://www.batamnews.co.id

* 11 Oktober 2025, santri bunuh diri di Muara Enim, Sumsel.

Santri di Muara Enim Ditemukan Gantung Diri dalam Kamar, Polisi Selidiki 
https://www.detik.com

* 3 Oktober 2025, santri bunuh diri di Musi Rawas, Sumsel.

Santri Tewas Gantung Diri Tinggalkan Surat untuk Ibu: Gading Sudah Tak Kuat dengan Cobaan Ini
https://news.okezone.com

* 11 September 2025, santri bunuh diri di Mangkubumi, Tasikmalaya,

Santri yang Tewas Tergantung di Mangkubumi Dikenal Sosok Baik dan Pendiam, Ponpes Bantah Korban Bullying
https://www.insiden24.com 

* 31 Juli 2025, siswi di asrama sekolah Islam bunuh diri di Tanjungpinang

Siswi yang Diduga Gantung Diri Hafidzah 30 Juz, Sekolah di SMA As-Sakinah Tanjungpinang
https://ulasan.co

* 26 April 2025, santri bunuh diri di Bener Meriah, Aceh

Seorang Santriwati di Bener Meriah Ditemukan Meninggal Tergantung di Pesantren
https://www.ajnn.net 

26 October, 2025

Anak Yang “Bodoh” Mungkin Punya Masalah Dengan Matanya


Assalamu’alaikum wr.wb. Ada seorang anak SD yang cerdas dan cepat memahami sesuatu yang dijelaskan kepadanya, menurut anggota keluarganya. Tetapi anak laki-laki itu dicap “bodoh”, dan dianggap “lambat belajar” oleh guru kelasnya, jadi diyakini ada gangguan “cacat mental” yang membuatnya tidak bisa tangkap pelajaran di kelas. Guru itu suruh orang tuanya kirim anak itu ke SLB, karena dia dianggap beban bagi gurunya.

Saudaranya anak itu konsultasi dengan saya, lalu saya dapat kesan anak itu “normal” dan bisa berpikir dan diskusi secara baik. Yang menjadi masalah, dia tidak suka baca buku jadi belajar dan kerjakan PR menjadi sulit. Saya bertanya, apa pernah dicek matanya dan telinganya? Ternyata belum. Setelah dicek, diketahui MATANYA MINUS 5 !!! Jelas dia tidak akan bisa baca tulisan di papan tulis. Gurunya selalu tempatkan “anak bodoh” itu di belakang, agar tidak mengganggu, jadi anak dengan mata minus akan makin menderita. Apalagi dilarang pindah tempat duduk. 

Saya bertanya tentang guru itu. Dia PNS di SD negeri. Saya bisa paham kalau dia seorang guru honorer (dengan ilmu terbatas) di pelosok. Tetapi guru PNS yang profesional seharusnya punya ilmu pendidikan yang cukup, dan mau mencari akar masalah. Kalau ada anak “bermasalah” dan sulit belajar, selalu harus dimulai dengan pemeriksaan fisik. Guru tidak berikan petunjuk, orang tuanya tidak paham, dan anak itu tidak sanggup jelaskan apa yang dia rasakan. Hasilnya adalah anak cerdas malah dicap “bodoh” dan hanya bisa naik kelas karena pandai menghafal (daripada membaca). 

Berapa banyak anak mengalami gangguan serupa, dan menderita di kelas karena gurunya anggap anak itu “bodoh” dan tidak periksa matanya dulu? Jadi kalau ada orang lain yang menyatakan anak anda “bodoh” atau cacat mental, tetapi anda yakin tidak, tolong jangan percaya begitu saja. Ada banyak guru yang kurang profesional dan punya ilmu yang terbatas. Mereka dibayar untuk mendidik anak, tapi lebih inginkan yang mudah bagi dirinya. Jadi anak yang dianggap “tidak normal” dan sulit diatur mau dibuang dari kelasnya. Orang tualah yang harus protes dan cari informasi sendiri dari pihak lain.

Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

6 Pelajar SMP Karawang Perkosa Temannya: Direkam-Dilihatkan ke Orang Tua Korban

Sudah ada banyak tulisan di media tentang “generasi emas” dan “bonus demografi”. Katanya, jumlah pemuda di Indonesia sangat besar, jadi hal itu bisa membawa masa depan yang berjaya. Jumlah pemuda yang besar mungkin bermanfaat. Tetapi bagaimana kalau otaknya rusak? Berapa persen dari anak Indonesia punya IQ yang tinggi dan hati yang baik? Mayoritas? Kalau 70% dari 100 juta anak baik, berarti ada 30 juta anak yang rusak. Dan bagaimana kalau SEBALIKNYA?! Yaitu, ada 30 juta anak yang baik, tetapi ada 70 juta anak yang ber-IQ rendah, dan hatinya juga rusak?! Mereka akan melakukan apa di masa depan? Sekarang saja di usia remaja sudah jelas ada banyak remaja yang rusak, apalagi menjadi dewasa dan lebih bebas nanti. 

Berapa banyak anak yang bodoh, dan akhlaknya juga rusak? Berapa banyak yang sadis? Saya sudah baca ribuan artikel tentang kasus pemerkosaan bergilir. Dari semua remaja dan pemuda yang dapat tawaran “ikut perkosa anak perempuan”, ternyata 100% SETUJU. Tidak ada SATUPUN anak dalam puluhan tahun terakhir yang menolak tawaran itu, dan kabur cari bantuan, atau berusaha selamatkan korban. 

Dalam berita di atas, 6 anak remaja itu melakukan kejahatan secara bersamaan, merekam kejahatan itu, sebarkan ke medsos, sampai dikasih lihat kepada orang tua korban. Apa mereka tidak berpikir akan ditangkap dan masuk penjara? Akalnya tidak ada? Bagaimana mau menjadi generasi emas kalau otaknya rusak seperti ini? Dan siapa yang mau berusaha memperbaiki keadaan ini? Tidak cukup menambahkan ujian di sekolah, atau ganti buku teks. Masalah seperti ini hanya bisa diatasi kalau 100 juta orang tua bersatu dan menuntut perubahan pendidikan yang membangun generasi yang berakhlak baik dan juga cerdas. Diam saja, dan berharap “semoga bukan anak saya yang diperkosa”, bukan solusi. 
-Gene Netto 

6 Pelajar SMP Karawang Perkosa Temannya: Direkam-Dilihatkan ke Orang Tua Korban
https://kumparan.com
 


19 October, 2025

Renungan Tentang Umat Islam Dari Sisi Bola: Mengapa Indonesia Peringkat 122 Di FIFA?

 


Assalamu’alaikum wr.wb. Ada berita tentang peringkat Indonesia di FIFA: Hanya bisa mencapai urutan 122 pada bulan Oktober 2025, dan tidak bisa masuk Piala Dunia. Di bawah ini ada beberapa negara di atas Indonesia dalam Peringkat FIFA. Jumlah penduduk = jumlah total, jadi kalau di Kroasia ada 4 juta warga, maka pria dewasa akan kurang dari 1 juta orang. Tetapi mereka di urutan 11 di FIFA. Sedangkan Indonesia, dengan sekitar 100 juta pria dewasa, berada di urutan 122.

11. Kroasia – populasi 4 juta (total, jadi kurang dari 1 juta pria dewasa). 
18. Senegal - populasi 15 juta.
43. Tunisia – populasi 11 juta.
44. Republik Ceko – populasi 10 juta.
68. Jamaika – populasi 3 juta 
117. Gambia  – populasi 2,5 juta.
121. Sierra Leone  – populasi 8,5 juta.

Jamaika, sebuah negara berkembang, dengan 870 ribu pria dewasa saja, bisa mencapai ranking 68 di FIFA. Sedangkan Indonesia, dengan stok 100 JUTA PRIA DEWASA, hanya bisa mencapai ranking 122, dan tidak sanggup masuk Piala Dunia…? 

KENAPA?!!

Mungkin banyak Muslim akan mengatakan ini takdir: Allah tidak izinkan Indonesia dapat prestasi di dunia bola. Mungkin ada yang mengatakan 1.000 tahun yang lalu, ada Muslim bernama Al-Messi yang ciptakan bola sepak pertama di Mesir, jadi prestasinya orang itu cukup sebagai kebanggaan kita sekarang. Tetapi sebenarnya, kegagalan Indonesia, khususnya umat Islam, untuk dapat pencapaian yang tinggi di dunia bola adalah sebuah simbol. (Walaupun juga curang dengan pemain asing!)

Jangankan kita hebat di dunia komputer, robot, sains, atau medis! Untuk tendang bola ke gawang saja tidak bisa! Allah kasih semua manusia otak dan kaki, dan dengan stok 870 ribu pria dewasa saja, Jamaika bisa dapat prestasinya jauh di atas Indonesia. Umat Islam di Indonesia punya stok 100 juta pria dewasa! Allah kasih mereka otak dan kaki juga, tetapi kita masih tidak bisa menemukan 11 orang yang lebih hebat dari orang Jamaika itu. Padahal di semua sekolah, kampung, dan kota di sini, ada puluhan juta anak yang main bola setiap hari.

Ini merupakan suatu kegagalan yang jelas. Ada 240 juta Muslim di Indonesia. Banyak yang banggakan diri disebabkan prestasi zaman dulu dari beberapa orang Arab. Atau banggakan diri karena yakin masuk Surga, jadi anggap dunia tidak penting. Usahanya untuk mencari prestasi dan kemajuan bagi umat manusia tidak banyak. Dan untuk urusan tendang bola ke gawang saja tidak bisa, dan juga tidak malu. Allah kasih orang non-Muslim otak, badan, dan kesempatan yang sama dengan kita, dan mereka manfaatkan untuk mencari kemajuan dan prestasi. Tanpa berdoa kepada Allah, mereka melebihi kita. Kita dapat kesempatan juga, tetapi kita berdoa kepada Allah setiap hari, jadi kenapa pencapaian kita begitu kecil? 

Kapan umat Islam akan bangun dari dunia mimpi? Kapan bisa ketemu 11 orang yang sanggup main bola? Bagaimana mau menjadi pemimpin dunia kalau dalam urusan tendang bola saja tidak bisa dapat prestasi? Orang non-Muslim seharusnya bisa tertarik pada Islam kalau melihat semua kelebihan kita di semua bidang. Tetapi setelah menyaksikan kita, mereka malah ketawa dan kabur. Jadi kita harus berubah. Kita harus bangun, bangkit, bersatu, dan menjadi pemimpin dunia, dan menjadi pemimpin dalam semua bidang. Jangan berharap bisa kirim robot ke planet Mars kalau tendang bola terlalu sulit! 

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah, 
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

FIFA/Coca-Cola World Ranking
https://inside.fifa.com/fifa-world-ranking/men




Ya Allah, Ada Apa Dengan Negara Ini?

 

[Pertanyaan]: Ya Allah, ada apa dengan negara ini? Kenapa ada banyak kerusakan?

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Banyak masalah di sini berawal dari sistem pendidikan yang kurang baik. Efeknya, banyak orang menjadi pemimpin, dapat tanggung jawab, tetapi mereka kurang pantas. Banyak sistem lain juga rusak, tetapi pendidikan yang terpenting. Pola pikir kita menentukan tindakan dan perbuatan kita. Anak yang dapat sistem pendidikan yang baik, dan keluarga yang baik, tidak menjadi orang jahat. Mereka senang berpikir, menggali ilmu, berbuat baik, menolong orang lain, dsb.

Tetapi banyak orang lain dapat pendidikan yang rusak, dan keluarganya juga rusak. Orang tuanya adalah hasil dari sistem yang rusak di zaman dulu. Sayangnya, mereka (anak dan orang tuanya) malas belajar sekarang, walaupun semua ilmu bisa diakses lewat internet. Hasilnya, banyak orang yang “tidak pantas” malah bisa menjadi pemimpin. Ada banyak pejabat nasional dan daerah, dan pemimpin di bidang politik, pendidikan, agama, rumah tangga, dan seterusnya, yang kurang berkualitas. Berapa banyak pria yang menikah tetapi kurang pantas menjadi suami atau bapak? Mereka tidak memahami tugasnya, malas belajar, dan tidak bisa memimpin diri sendiri, apalagi orang lain. 

Di sini, banyak sistem dibiarkan rusak, karena para pemimpin sibuk kumpulkan kekayaan dan kekuasaan. Di negara maju, anak dan dewasa sering membaca, banyak berpikir, jadi IQ rakyat tinggi, dan rakyat menjadi sejahtera. Tetapi di sini, anak dan dewasa malas membaca, IQ rakyat rendah, banyak anak DO, dan umat Islam menghabiskan Rp. 2.200 triliun untuk beli rokok setiap tahun. Sekaligus mengaku miskin dan sulit maju karena dijajah Belanda zaman dulu. Beli buku, susah. Beli rokok, wajib. Anehnya, Jepang hancur 70 tahun yang lalu. Sekarang?  

Dari Ibnu Umar ra., Rasulullah SAW bersabda, "Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu akan ditanya mengenai kepemimpinanmu. Imam (Penguasa) adalah pemimpin dan akan ditanya mengenai kepemimpinannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin keluarganya dan bertanggung jawab mengenai kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin rumah tangga suaminya dan bertanggung jawab atas  kepemimpinannya. Pelayan (buruh) adalah pemelihara harta majikannya dan akan ditanya mengenai pemeliharaannya. Maka kamu sekalian adalah pemimpin dan masing-masing bertanggung jawab atas kepemimpinannya."  (HR. Bukhari & Muslim) 

Artinya “pemimpin” adalah semua orang yang dapat tanggung jawab. Mereka punya kekuasaan, walaupun terbatas. Sayangnya, mereka tidak dibekali dengan ILMU MENJADI PEMIMPIN. Itulah hasil dari sistem pendidikan yang rusak, dan seringkali keluarganya rusak juga! Saat menjadi “pemimpin” (dapat tanggung jawab), mereka menciptakan kerusakan, atau teruskan yang sudah ada. Pejabat, suami, guru, karyawan, polisi, satpam, dll. adalah pemimpin. Ada tanggung jawab, dan perbuatan mereka berefek pada orang lain, jadi mereka tergolong “pemimpin”.

Apa solusinya? Sederhana. Kita harus bangun dari dunia mimpi, bersatu, siap membantu orang lain, dan membangun komunitas yang baik. Itu tanggung jawab kita semua, bukan “tugasnya pejabat”. Jangan menunggu orang lain muncul untuk memperbaiki Indonesia. Kita yang harus melakukannya!  

Caranya? Mulai dengan diri sendiri, dan anak di rumah. Jangan merasa “puas” dengan ilmu yang dimiliki. Berusaha untuk belajar terus, setiap hari. Menjadi semangat mencari informasi, walaupun dianggap “tidak bermanfaat”. Belajar tentang negara lain, sejarah dunia, dan bidang yang kurang penting bagi anda. Contohnya: Sistem ekonomi di Cina apa? Kekaisaran Romawi runtuh kenapa? Apa air laut bisa menjadi air minum? Binatang apa yang paling beracun? Dan seterusnya. 

Mengejar ilmu dunia dan ilmu agama terus, karena itu sumbernya peningkatan IQ. Dapat kemampuan berpikir dan membuat analisis! Mendidik anak dengan cara yang sama. Jangan berharap mendapat anak yang “diam dan taat”. Didik mereka untuk merasa mandiri, berpikir sendiri, ciptakan pendapat, dan berdebat secara baik. Bantu mereka dapat IQ dan kreativitas tinggi. Berikan buku, sumber ilmu dari internet, dan semangatkan mereka. 

Tanpa berdoa kepada Allah, negara maju mereka berhasil. Sekitar 50% dari orang di barat sudah ateis sekarang. Di Cina, seluruh negara! Kita berdoa kepada Allah SWT setiap hari,  jadi seharusnya kita bisa melebihi mereka dalam semua bidang. Faktanya, banyak Muslim berdoa kepada Allah, tetapi tidak yakin doanya akan dikabulkan! Jadi kita butuh Allah, ilmu, dan semangat berjuang, tanpa menunggu orang lain! Dan daripada bakar Rp. 2.200 triliun per tahun untuk rokok, coba diberikan kepada anak yatim dan dhuafa! Minta doanya, dan merasa yakin Indonesia ini bisa maju. Kalau kita semangat, Allah akan semangat dukung kita juga. Jangan menunggu orang lain. Mulai mendidik anak anda sekarang juga. 

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto 

 

16 October, 2025

Jemaah Haji Dan Umrah Dapat Menteri, 80 Juta Anak Kenapa Diabaikan?

Assalamu’alaikum wr.wb. Pada tahun 2024, tercatat 1,8 juta orang Indonesia melakukan Umrah dan 241 ribu orang melakukan Haji. Jadi totalnya adalah 2 juta orang yang pergi ke Saudi selama beberapa hari saja. 

Tetapi ada 80 JUTA ANAK INDONESIA YANG PERGI KE SEKOLAH SETIAP HARI, lalu dapat atap yang mau ambruk, WC yang rusak, tembok yang rusak, perpustakaan penuh buku teks kuno (bukan buku cerita), listrik yang sering putus, kelas panas tanpa kipas angin atau AC, pejabat yang tiba-tiba isi satu kelas dengan 50 anak, guru yang gajinya 300 ribu per bulan, guru yang cabuli anak, guru killer yang marah besar kalau anak lupa kerjakan PR, tempat bermain berisi perosotan buatan zaman Belanda, kebijakan pendidikan yang berubah terus, kurikulum yang berubah terus (ganti menteri, ganti kurikulum), dan setelah lulus dari SMA harus bersaing dengan puluhan ribu anak lain untuk menjadi kasir di Alfamart karena sulit dapat pekerjaan yang lain, atau bisa menggunakan keahlian matematika dan sejarah yang dipelajari untuk menjadi tukang ojek, lalu dilindas polisi.

KENAPA orang kaya yang pergi ke Saudi selama beberapa hari bisa dapat seorang menteri untuk bantu mengatur semua urusan mereka secara baik, tetapi 80 juta anak bangsa tidak pernah dapat seorang menteri yang bertindak sebagai advokat mereka di tengah pemerintah? Kenapa tidak ada pejabat khusus yang memastikan kondisi hidup mereka, keluarga mereka, kesejahteraan mereka, perlindungan mereka, dan masa depan mereka merupakan PRIORITAS bagi pemerintah? Ada 80 juta anak yang butuh seorang pejuang dan juru bicara, yang bisa bicara atas nama mereka dan melindungi mereka dari orang dewasa yang bertindak seenaknya, membuat kebijakan seenaknya, mengubah lingkungan dan komunitas seenaknya, tanpa peduli pada dampaknya terhadap anak Indonesia. 

Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang mempermudah kesulitan orang lain, maka Allah ta'ala akan mempermudah urusannya di dunia dan akhirat." (HR. Muslim)

Mohon kepada Bapak Presiden untuk segera lantik Menteri Urusan Anak. Dan berikan dia kekuasaan hukum untuk panggil menteri dan pejabat lain, melakukan koordinasi, dan melarang pejabat bertindak seenaknya tanpa peduli pada efeknya terhadap 80 juta anak Indonesia. Presiden punya Paspampres untuk menjaganya dan punya banyak staf untuk mengatur semua urusannya. Siapa di dalam pemerintah yang menjaga dan mengurus 80 juta anak dan memikirkan masa depan mereka? Kenapa mereka tidak lebih utama dari 2 juta orang kaya yang mau pergi ke luar negeri selama beberapa hari? 

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah, 
Wassalamu’alaikum wr.wb. 
-Gene Netto 

Syukur Ada Zoom Dari Orang Non-Muslim

 


Assalamu’alaikum wr.wb. Beberapa minggu yang lalu, ada orang di Panama yang hubungi saya untuk belajar tentang Islam. Dan alhamdulillah setelah saya jelaskan lewat Zoom, dia merasa sangat puas dan masuk Islam 2 minggu setelah itu. Alhamdulillah, tadi pagi saya dapat kabar tentang orang satu lagi di Panama yang juga ingin diskusi dengan saya. Dia sudah mulai belajar Islam sendiri, sudah coba masuk masjid, tetapi masih ada banyak pertanyaan. 

Banyak orang mengira, kalau mau berdakwah kepada orang asing, harus pergi ke negara barat dan berdiri di pinggir jalan dan panggil orang yang lewat untuk jelaskan Islam kepadanya. (Ada banyak video seperti itu di YouTube.) Ternyata, tidak perlu. Setelah ada orang Muslim yang ciptakan listrik, kamera, komputer, internet, Zoom, dll., sangat mudah melakukan dakwah di seluruh dunia, tanpa tinggalkan kamar tidur. Ehh maaf, salah, ralat. Setelah orang KAFIR menciptakan itu semua... Orang Muslim menciptakan apa ya? Kalau di Indonesia, orang Muslim berhasil menciptakan salah satu sistem korupsi terkemuka di dunia. Kita berhasil ciptakan apa lagi ya? 

Untungnya ada orang non-Muslim di dunia ini. Kalau tidak ada orang non-Muslim, bagaimana mungkin orang Muslim bisa manfaatkan semua kemajuan teknologi untuk menyebarkan ajaran Islam...? Ketika anak butuh buku untuk menjadi cerdas, para bapak yang Muslim di Indonesia malah menghabiskan 2.100 TRILIUN RUPIAH untuk beli rokok, lalu dibakar sampai habis. Uang buat beli buku tidak ada. Uang buat anak yatim tidak ada. Uang untuk beli rokok, wajib!! 

Ketika banyak Muslim sibuk merokok, dan korupsi, dan sebarkan gosip, dan nonton orang joget di TikTok, dan kirim anaknya untuk belajar agama di pesantren yang ambruk, banyak orang non-Muslim malah sibuk memikirkan caranya MEMAJUKAN UMAT MANUSIA. Tanpa berdoa kepada Allah SWT, mereka berhasil menciptakan banyak barang yang bermanfaat untuk 8 miliar manusia, lalu tidak dapat pahala juga.
Apa yang kita ciptakan di dunia ini, selain banyak sampah? 

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah, 
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto 

15 October, 2025

Menteri Agama: Kejahatan Seksual di Pesantren Dibesar-besarkan Media


Assalamu’alaikum wr.wb. Mohon maaf Pak Menteri, tetapi apakah bapak sudah pegang data yang akurat, sehingga berani bilang jumlahnya sedikit? Soalnya, penelitian di Indonesia dan juga di mancanegara membuktikan bahwa mayoritas dari korban pencabulan tidak pernah buka mulut. Jadi tidak ada yang tahu bahwa mereka telah menjadi korban. Ada perkiraan bahwa sebanyak 90% dari korban tidak pernah mengaku. 

Kondisi serupa pernah dialami oleh Gereja Katolik. Selama puluhan tahun, mereka bersikeras bahwa tidak ada masalah, dan yang penting adalah jangan sampai rakyat putus hubungan dengan Gereja. Ketika suatu kasus terjadi, Gereja buru-buru menutupinya, demi menjaga nama baik Gereja. Setelah dibongkar secara global (mulai dari Amerika), seluruh dunia jadi kaget. Satu contoh, di Perancis saja, 330.000 orang mengaku sebagai korban pencabulan di Gereja Katolik. Secara global, ada jutaan korban, tetapi masih ada banyak negara yang menolak kumpulkan data yang akurat. 

Pola yang persis sama terulang lagi dalam dunia pesantren di Indonesia. Mungkin setelah puluhan tahun, akan ketahuan bahwa jutaan santri dan santriwati pernah menjadi korban pencabulan. Lalu di saat itu, menteri agama, dan para pengurus pesantren akan berkata, “Mohon maaf, kami khilaf. Ini musibah. Ini takdir Allah. Dan, kami tidak menyangka!!!” 

Mereka tidak bersedia “menyangka” dari sekarang, dengan menciptakan sistem anti-pencabulan dengan latihan rutin di semua pesantren. Mereka tidak mau melakukan survei nasional untuk mencari semua korban dan menolongnya. Banyak pelaku yang ditangkap sekarang mengaku bahwa mereka menjadi korban dulu. Jadi korban di masa lalu bisa menjadi pelaku di masa sekarang. Itu yang terjadi ketika para korban tidak dapat bantuan terapi dari psikolog. 

Sayangnya, para pemimpin agama Islam di sini punya pola pikir persis sama dengan pemimpin Gereja Katolik di zaman dulu. Dianggap lebih baik semuanya ditutupi, dianggap jumlah korbannya kecil, tidak mau mencari data akurat, dan buang muka agar tidak perlu melihat jutaan anak kecil yang disiksa di pesantren. Yang penting adalah “nama baik pesantren”, jadi demi menjaga nama baik itu, mereka siap korbankan jutaan anak Muslim yang tidak berdosa. 

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah, 
Wassalamu’alaikum wr.wb. 
-Gene Netto 

Menteri Agama: Kejahatan Seksual di Pesantren Dibesar-besarkan Media
Menteri Agama Nasaruddin Umar menyatakan kasus kekerasan seksual di Pondok Pesantren itu sedikit, namun media massa telah membesar-besarkannya melalui pemberitaan. "Jangan sampai orang nanti alergi memasukkan anaknya ke Pondok Pesantren,” katanya.
https://www.cnnindonesia.com

Tata Cara Mengatasi Masalah di Indonesia


Salah satu kata kesukaan orang Indonesia adalah: “Oknum”. Kalau ada orang-orang yang bercerita bahwa mereka mengalami suatu “masalah” di sekolah, pesantren, masjid, universitas, kantor, kapubaten, desa, atau tempat serupa, kata “oknum” sudah siap digunakan sebagai senjata terbaik untuk mengatasi masalahnya secara cepat. Contohnya:

Ada 1 guru yang berbuat salah.
Ohh, itu oknum saja.
Ada 10 guru yang berbuat salah.
Ohh, itu oknum saja.
Ada 100 guru yang berbuat salah.
Ohh, itu oknum saja.
Ada 1.000 guru yang berbuat salah.
Ohh, itu oknum saja.
Ada 10.000 guru yang berbuat salah.
Ohh, itu oknum saja.
Ada 100.000 guru yang berbuat salah.
Ohh, itu oknum saja...

Kata “guru” bisa diganti dengan kata ustadz, guru ngaji, polisi, dokter, dosen, jaksa, prajurit, ketua, anggota, pejabat, atau yang lain. Apa saja perkaranya, kata “oknum” menjadi obatnya. Banyak orang tidak pernah mau berhenti menggunakan kata “oknum” sebagai solusi terhadap semua masalah. Diartikan: “Sebenarnya tidak ada masalah dan kita tidak perlu bertindak, karena itu oknum saja. Selesai ya?!” 

Besok terjadi lagi? Itu oknum juga. Besok lagi? Oknum. Ribuan kasus? Oknum. Jangan sampai  kita merasa perlu hadapi masalah itu dan bertindak dengan tindakan yang nyata untuk mengatasi masalah tersebut sehingga tidak ada korban lagi. Sebutkan saja oknum terus, secara abadi, lalu kita bisa buang muka dan abaikan masalah itu, karena sebenarnya, tidak ada masalah, itu hanya oknum saja, iya kan??!!
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
-Gene Netto 



Usai Tragedi Maut, KBM di Ponpes Al Khoziny Dimulai 2-3 Minggu Lagi


Assalamu’alaikum wr.wb. Mohon maaf, apa pantas disebut “Tragedi Maut”? Bukannya itu kasus “kematian yang disebabkan oleh kelalaian” (yang biasanya juga kena pasal)? Setelah terbukti para pengurus pesantren telah gagal mengutamakan perlindungan dan keselamatan bagi 200 anak kecil, ternyata sanksinya adalah: Segera mulai kegiatan belajar mengajar di lokasi baru, sambil menunggu pemerintah bangun kembali gedung yang ambruk dengan uang rakyat?? Enak sekali sanksi itu!

Jadi, kegiatan belajar ilmu agama di pesantren akan dimulai lagi, tetapi hanya bagi para santri yang belum mati. (Mungkin anak yang sudah mati bisa dapat surat izin tidak hadir di kelas baru, agar nyawanya tidak dibahayakan lagi.) Ternyata, masih banyak orang tua berani titip anaknya kepada orang yang tidak mengerti cara melindungi anak. (Kalau cari babysitter untuk anak, apa mau memilih orang yang di tempat kerjanya yang lama, anak majikan mati??) Totalnya, sudah ada 63 anak yang mati dan puluhan lain yang kena luka berat, seperti tangan atau kaki diamputasi. 

Banyak orang anggap bahwa yang terjadi kemarin bukan kesalahan atau kelalaian dari orang dewasa yang tidak mengutamakan perlindungan anak. Katanya, itu musibah, dan takdir Allah, dan orang dewasa di situ tidak menyangka bahwa tempat berbahaya bisa berbahaya. Masih banyak santri yang belum mati, jadi para pengurus mau dikasih kesempatan mengurus 200 anak lagi. Semoga mereka bisa bertahan hidup sampai lulus!! 

Sepertinya lebih bijaksana kalau dicabut izinnya mengurus tempat pendidikan bagi para pendidik yang gagal melindungi ratusan anak. Tetapi itu hanya akan terjadi kalau nyawa anak punya harga. Ternyata, di Indonesia, harganya nyawa anak sangat murah sekali. Dan karena begitu yakin Kyai selalu dalam kebenaran, banyak orang tua tetap tidak berani menyalahkan kyai, walaupun ratusan anak sudah menjadi korban dari kelalaiannya.

Seharusnya dari awalnya, semua santri dilarang keras mendekati tempat proyek yang berbahaya itu! Karena orang dewasa yang akalnya sehat akan lihat tempat berbahaya dan sadar bahwa tempat itu berbahaya. Tetapi karena tidak dilakukan, hasilnya adalah 63 anak telah mati secara sia-sia. Sayangnya, daripada marah, banyak orang tua malah segera maafkan sang kyai, kembalikan santunan kepadanya, anggap takdir saja, dan minta doanya dari kyai. Kalau pelakunya bukan kyai, hampir pasti langsung ditangkap dan dipenjarakan puluhan tahun.

Semoga bermanfaat bagi orang dewasa yang punya akal sehat dan ingin merenung. Atau silahkan cuek saja dan baca Bismillah, karena bagi banyak orang Muslim di Indonesia, itu sudah cukup sebagai perlindungan bagi anak! Dan akal yang Allah berikan dibuang ke laut! Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb. 
-Gene Netto 

Usai Tragedi Maut, KBM di Ponpes Al Khoziny Dimulai 2-3 Minggu Lagi
https://news.detik.com

Contoh Kebodohan Guru: Geger Penis Siswa TK di Solo Dipotong Teman Pakai Gunting


Banyak orang yang kerja sebagai “guru” hanyalah orang dewasa yang berdiri di kelas dan memberikan tugas kepada anak, TANPA memiliki ilmu yang dibutuhkan. Nomor Satu dalam semua kegiatan seharusnya Perlindungan Anak. Kenapa? Karena sangat buruk kalau guru berikan mayat kepada orang tuanya, lalu banggakan diri karena nilai Bahasa Indonesianya anak itu tinggi sebelum dia tewas. Atau guru mengatakan, “Maaf anak anda jadi buta, tapi nilai matematikanya tinggi ya!!” 

Kenapa kasus penis siswa TK dipotong menjadi contoh kebodohan guru? Karena anak TK seharusnya tidak pernah dikasih pisau atau gunting yang bisa memotong kulit. Ada gunting khusus anak kecil yang dibuat dari plastik, atau dari besi, tetapi sifatnya tumpul. Bisa memotong kertas dan kardus tipis, tetapi kalau digunakan di lengan seperti gergaji besi, tidak akan muncul luka di kulit. (Contohnya dalam foto di atas.) Aman bagi anak balita karena tidak tajam dan tidak mungkin bisa potong kulit. Dalam beritanya, tidak dijelaskan jenis guntingnya, tetapi kalau bisa memotong penis anak, dijamin bukan gunting anak. 

Ini yang terjadi kalau orang yang tidak punya ilmu pendidikan menjadi “guru” di kelas. Dianggap “cukup” kalau bisa jaga ketertiban dan bagikan tugas agar siswa duduk manis, dan tidak mengganggu anak lain. ILMU seorang guru yang profesional jauh lebih luas dari itu. Tetapi banyak orang tua tidak sadar, dan banyak pemilik sekolah tidak peduli. Yang penting adalah uang dari orang tua mengalir terus. Perlindungan Anak seharusnya menjadi prioritas. Tetapi hal itu tidak akan terjadi selama banyak orang dewasa, orang tua, dan pejabat meremehkan keahlian guru, dan cari siapa saja yang mau digaji murah. Ada 80 juta anak Indonesia yang berharap dapat pendidikan berkualitas. Kapan mereka akan dapat haknya itu? 

Semoga bermanfaat sebagai renungan. Dan semoga anak-anak kita semua selamat dari kebodohan “guru” dan pemimpin bodoh yang memberikan pekerjaan kepadanya, dengan sekaligus meremehkan ilmunya yang dibutuhkan.
-Gene Netto   

Geger Penis Siswa TK di Solo Dipotong Teman Pakai Gunting, Begini Kronologinya
Alat vital salah satu siswa dipotong dengan gunting oleh temannya sendiri usai mereka mengikuti pelajaran prakarya bersama siswa lainnya, di salah satu TK di Solo. Alat vital salah satu siswa dipotong dengan gunting oleh temannya sendiri usai mereka mengikuti pelajaran prakarya bersama siswa lainnya.
https://www.merdeka.com

13 October, 2025

Gedung Pesantren Ambruk: Ketika Perlindungan Anak Bukan Prioritas


Assalamu’alaikum wr.wb. Pada tanggal 29 September, 2025, gedung baru dalam sebuah pesantren di Sidoarjo ambruk pada saat banyak anak melakukan shalat di dalamnya. Hasilnya, 63 anak tewas, 24 anak luka berat, 74 anak luka ringan, dengan jumlah total korban 171 anak. Rakyat kaget, tetapi sebenarnya, ini merupakan hasil dari sistem pendidikan di Indonesia di mana perlindungan dan keselamatan anak bukan sebuah prioritas.

Di banyak sekolah dan pesantren ada bahaya. Ada sebagian anak yang mengalami bullying, penyiksaan, pemerasan, pencabulan, sodomi, atau pemerkosaan. Ada anak yang dikembalikan kepada orang tuanya sebagai mayat. Hal ini terjadi karena banyak guru dan ustadz yang menerima anak sebagai amanah tidak memahami tugas utamanya, yaitu, kewajiban melindungi anak! 

Kalau kita berpikir dengan akal yang sehat, sangat jelas bahwa tempat proyek berbahaya. Biasanya ada peringatan di pagarnya: Wajib memakai alat pelindung diri (APD) seperti helm safety, sepatu safety, dll. Suatu barang yang jatuh dari atas bisa membunuh orang di bawah. Sudah banyak pekerja yang terluka atau tewas di tempat proyek. *Kalau dewasa wajib pakai APD, kenapa 171 anak bisa masuk wilayah proyek dengan APD peci dan sarung saja? Sangat tidak masuk akal.*

Setiap kali ada anak yang terluka atau tewas, di pesantren, sekolah, atau dalam kegiatan resmi di luar, para guru dan ustadz selalu berkata: “Ini musibah! Ini takdir Allah! Kami tidak menyangka!” Ketika ada korban bullying sampai terluka atau tewas, atau korban pencabulan, komentar yang sama muncul juga. Orang dewasa yang menjaga anak perlu memikirkan bahaya terhadap anak, sebelum anak menjadi korban.

Para guru dan ustadz harus menggunakan akalnya, untuk memikirkan perlindungan dan keselamatan anak sebagai prioritas utama. Mungkin mereka anggap cukup kalau mengucapkan “Bismillah, insya Allah aman”, dan tidak perlu berpikir lagi. Jadi, untuk apa Allah berikan akal kepada manusia? Apakah ada banyak ayat di dalam Al Qur’an yang berbunyi, “Maka, janganlah berpikir”, atau “Akal tidak penting”? Setahu saya, tidak ada. Jadi kenapa banyak guru dan ustadz bisa bersikap seperti itu?

Di dalam Al Qur’an, ada sekitar 130 ayat yang menyuruh kita berpikir, menggunakan akal, mengambil pelajaran, merenung, mengingat, ambil peringatan, memahami, dan memperhatikan. Contohnya: 

Terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (QS. 3:190)
Apakah kamu tidak memikirkan(nya)? (QS. 6:50)
Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (darinya)? (QS. 6:80)
Terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (QS. 12:111)

Ketika Rasulullah SAW diberitahu bahwa umat Islam akan diserang, apa yang terjadi? Para sahabat sudah menunggu perintah untuk mengumpulkan pasukan, siapkan kuda, pedang, busur dan anak panah, dsb. Apa Rasulullah SAW pernah berkata, “KITA BISMILLAH SAJA, DAN TIDAK USAH BERPIKIR LAGI! Kita tidak perlu pasukan, pedang, posisi strategis, dan lain-lain. Cukup Bismillah saja, dan apa yang terjadi sesudahnya adalah MUSIBAH DAN TAKDIR ALLAH. Buanglah akal. Jangan berpikir. Kita sudah Bismillah!”

Apakah begitu sikap Rasulullah SAW? Cukup Bismillah saja? Atau apakah Nabi SAW selalu menggunakan AKAL dan membuat persiapan yang matang? Kalau Nabi Muhammad SAW selalu memberikan contoh menggunakan akal dan bersiap-siap secara baik, kenapa banyak guru, ustadz, dan orang tua merasa puas dengan persiapan “Bismillah saja, insya Allah aman”? Dari mana pemikiran itu? Sangat jelas bukan dari Rasulullah SAW, berarti juga bukan dari Allah! 

Anak perlu diselamatkan dari bahaya sebelum menjadi korban. Menjadi seorang guru atau ustadz adalah amanah dari Allah, dan amanah dari orang tuanya semua anak. Jangan diremehkan amanah itu dengan abaikan bahaya yang jelas. Justru Allah berikan akal kepada manusia agar kita memakainya untuk berpikir dan mencari jalan yang terbaik!

Kalau anda diberikan amanah dari Allah dengan ditugaskan mengurus anak, tetapi anda merasa tidak perlu berpikir dengan akal yang sehat, maka ada kesimpulan yang jelas: Mohon maaf, tetapi terbukti anda tidak pantas mendapat posisi dan pekerjaan tersebut. Kalau anda tidak mau memikirkan hal-hal yang bisa membahayakan anak, maka anda sudah gagal menjaga amanah! Dan apa saja yang menimpa anak-anak tersebut adalah kesalahan dan tanggung jawab anda 100%.

Allah sudah berikan amanah dalam bentuk 80 juta anak. Kita harus jaga amanah itu dan gunakan akal yang sehat untuk memikirkan apa yang berbahaya bagi mereka, dan bertindak untuk MELINDUNGINYA sebelum ada yang menjadi korban. Kita harus bangun dari dunia mimpi dan mulai berpikir secara bijaksana tentang apa yang dibutuhkan oleh mereka. Kita harus serius dalam menjaga mereka, atas nama Allah, atas nama orang tuanya, atas nama masa depan bangsa, agar semua anak Indonesia bisa tumbuh dalam kondisi yang baik dan aman, dan bisa menjadi kebanggaan kita di masa depan.

Mohon maaf apabila ada kekurangan. 
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah, 
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto 

01 September, 2025

Kenapa Korupsi Rendah Di Selandia Baru, Tapi Tinggi Di Indonesia?

 

[Pertanyaan]: Kenapa di New Zealand ( salah satu negara kafir ) indeks korupsinya rendah ? Skorsnya negara ke 4 terbersih korupsinya. Why ?

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Satu kata: PENDIDIKAN!! Dari SD, kami diajarkan untuk mengutamakan kejujuran, keadilan, membela kebenaran, melihat orang di bawah, bantu orang lemah, melawan yang dzhalim, menjadi sukarelawan, dsb. BUKAN dari sisi agama, tapi dari sisi kemanusiaan saja. Kami diajarkan untuk menjadi siap protes dan melawan yang tidak benar. Diajarkan untuk melihat hal yang kurang baik, lalu bertindak. 

Langsung dipraktekkan di sekolah. Misalnya, di kantin tidak ada hotdog. Kami membuat petisi, berikan penjelasan, berikan tanda tangan, dan kasih kepada kepala sekolah. Minta perubahan. Kalau ditolak, masih bisa protes lagi. Diajarkan semua bentuk protes dalam negara demokrasi yang taat pada hukum, tanpa menyerang polisi atau menjadi anarkis. 

Kami disuruh mencari hal yang bisa diperbaiki. Misalnya, taman kota butuh bangku duduk. Kami menulis surat, menjelaskan perkara, berikan solusi, dan kirim ke kantor walikota dan koran. Kami diajarkan untuk bahas negara lain, kejadian dari berita, yang sekarang, dalam sejarah, dan selalu bertanya apa itu baik, benar, dan adil? 

Di usia 11 tahun, saya sudah tahu tentang Nelson Mandela yang saat itu menjadi tahanan politik (dipenjarakan 27 tahun), disebabkan sistem apartheid di Afrika Selatan. Saya baca buku tentang anak yang tinggal dengan 15 saudara, dalam satu kamar, tanpa air, tanpa listrik, dan kapan saja polisi bisa dobrak pintu dan tangkap saudaranya. Orang itu mungkin balik lagi setelah beberapa bulan, atau mati. Mau protes kepada siapa? Di usia 11 tahun, saya terbiasa berdebat dengan orang dewasa, dan jelaskan kami punya tanggung jawab moral untuk membela orang kulit hitam di sana.

Saat mengajar di Jakarta, saya berkomentar tentang Nelson Mandela. Murid-murid saya bingung. Saya bertanya, apa mereka kenal? Dijawab, “Dia dulu presiden Arika Selatan?” Saya jawab, “Iya. Dan masa penjara 27 tahun?” Mereka bingung. Tidak tahu. Dan juga tidak peduli. Tidak masuk ujian sekolah, jadi buat apa peduli? Pola pikir banyak orang di sini sangat sempit, dan hanya peduli pada hal yang terkait dengan kehidupan mereka. Apartheid di Afrika Selatan? Cuek saja! Buat apa harus paham? Di Selandia Baru, terbalik. Semua ilmu dari seluruh dunia, dalam sejarah manusia, ada nilainya, dan penting untuk dipelajari. Supaya kita tambah cerdas. 

Itu sistem pendidikan untuk anak sekolah di sana. Anak berdebat dengan orang dewasa sangat umum di sana. Di sini, banyak orang tua dan guru kesal kalau ada anak yang berpikir sendiri, berbeda pendapat, dan berdebat! Sistem yang berlaku adalah semua anak wajib belajar “DIAM DAN TAAT” kepada yang berkuasa. Karena orang tua dan guru juga begitu. Sangat takut kepada siapapun yang punya “kekuasaan”. 

Di Selandia Baru, sebaliknya. Banyak orang berani hadapi polisi, pejabat, pemimpin, politikus, dan marahi mereka. Intinya: “Gaji anda dari pajak saya, berarti anda adalah PELAYAN SAYA!! Jadi saya menuntut pelayanan yang benar sekarang!!” Kalau pejabat tidak senang dianggap pelayan, salah sendiri menjadi pejabat. Jadi di sana, pejabat malah “takut” dilawan oleh rakyat di depan umum. 

Di sini, rakyat ketemu pejabat, senyum lebar, minta selfie, dan bahagia kalau dikasih kaos. Atap sekolah anak mau ambruk, cuek saja. Yang penting sudah selfie sama Pak Bupati!! Di sana, rakyat akan marah, protes, dan melawan. Cuek saja kalau pejabat datang. Tidak ada yang mau selfie. Malah antrean untuk bertanya (menuntut), KAPAN akan dapat bantuan?

Itulah hasil dari sistem pendidikan. Di Indonesia, sistem pendidikan masih “semi-militer”. Pemimpin (pejabat, polisi, guru, orang tua) berkuasa mutlak. Awas kalau melawan!! Guru dan pejabat lestarikan sistem itu. Rakyat yang dirugikan. Dan rakyat malas belajar, malas mencari wawasan, jadi menderita terus. Hanya berani komplain ke teman dan bilang mau kabur dulu. 

Kalau pusing tinggal di sini, lebih baik menjadi aktif dan mengubah sistem pendidikannya. Mulai dengan anak sendiri. Ajarkan anak untuk berpikir sendiri, gunakan logika, berdebat, membela pendapatnya, dan bernegosiasi. Baru mereka akan siap melawan guru dan pejabat. Kalau anda sendiri tidak izinkan anak berdebat di rumah, mana mungkin guru dan pejabat akan izinkan mereka berdebat nanti? Sistem yang berlaku di sini bisa berubah. Tetapi ANDA yang harus mengubahnya. Jangan menunggu “orang lain” menciptakan negara sempurna. Anda yang harus ciptakan. Mulai dengan anak anda sekarang. Jadikan mereka calon pemimpin yang benar. 

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb. 
-Gene Netto 

Apa Benar Ada Kesulitan Ekonomi Di Indonesia?

[Komentar]: Kalo untuk penjarahan, saya lebih berpendapat memang karena ekonomi sulit. 

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Emang benar ada kesulitan ekonomi di Indonesia?? Para bapak dikasih 2.100 TRILIUN RUPIAH (data 2024) sebagai rahmat dari Allah, lalu uang itu DIBAKAR dalam bentuk ROKOK. Daripada dipakai untuk biaya sekolah, atau untuk beli buku bagi anaknya, atau dikasih kepada anak yatim. Rakyat mana yang alami kesulitan ekonomi kalau dikasih uang tunai 2.100 Triliun lalu dibakar begitu saja, tanpa merasa berdosa??

Coba datang ke orang yang tinggal dalam gubuk tanah liat di desa terpencil di Afrika, lalu bertanya, “Apa kalian mau dikasih uang tunai 2.100 Triliun, supaya tidak menjadi miskin terus?” Tentu saja mereka akan setuju dan mau terima uangnya. Lalu kita kasih. Bagaimana reaksi kita kalau mereka tumpukkan uang itu, lalu membakar semuanya secara langsung?

Dan setelah itu, mereka mengeluh bahwa mereka masih miskin, mengalami kesulitan ekonomi, dan minta dikasih 2.100 Triliun lagi, apa kita akan kasih? Saya yakin tidak ada yang mau kasih lagi. Dikasih satu kali, mereka langsung bakar, sangat gila kalau dikasih lagi, betul? Tetapi para bapak di Indonesia, setiap tahun, dikasih 2.100 Triliun untuk kesejahteraan keluarganya, lalu uang itu dibakar dalam bentuk rokok, tanpa merasa bersalah. 

BERARTI, DALAM 10 TAHUN, PARA BAPAK DI INDONESIA MEMBAKAR 21 KUADRILIUN RUPIAH. 

Masih berani mengatakan “rakyat mengalami kesulitan ekonomi”? Mungkin para malaikat setengah pingsan kalau menyaksikan perbuatan kita. Daripada sibuk mengeluh tentang pemerintah setiap hari, bagaimana kalau puluhan juta bapak itu bersatu, dan sepakat untuk menghabiskan 21 KUADRILIUN RUPIAH uang tunai yang ada di dompetnya untuk kemajuan anak bangsa?! 

Dan setelah sudah terbukti bahwa mereka memang peduli pada kemajuan keluarga dan bangsanya, baru kita minta pemerintah berikan bantuan tambahan di atasnya lagi. Kalau kita sendiri tidak siap berkorban sedikitpun, kenapa berharap bisa dapat “pemerintah sempurna” yang memperhatikan kebutuhan rakyat? Terbukti, banyak anggota rakyat tidak mau memperhatikan kebutuhan anaknya sendiri! Kenapa berharap terus pada pihak lain? 

245. Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan MELIPAT GANDAKAN PEMBAYARAN kepadanya dengan LIPAT GANDA YANG BANYAK. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.
(QS. Al-Baqarah 2:245)

Mulai dulu dengan diri sendiri. Berhenti rokok, sedekahkan uangnya kepada anak yatim, dan minta doanya. Dan harus yakin bahwa Allah akan membalas sedekah itu dengan berlipat ganda! Kalau tidak yakin pada Allah juga, kenapa mau yakin pada bantuan dari pejabat dan pemerintah?? 

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto 





21 August, 2025

MERDEKA!!??

Assalamu’alaikum wr.wb. Hari yang normal dalam berita di Indonesia seperti ini: Setiap hari, anak yang tidak berdosa dibunuh secara sadis oleh orang yang dekat! Dan di sini, saya hanya membahas anak kecil. Bukan yang remaja, atau pemuda, yang jumlahnya jauh lebih banyak! Sebenarnya, saya tidak punya “rencana” membahas topik ini. Tetapi ketika sedang baca berita, saya lihat kasus anak balita dibunuh. Di situs lain, anak balita yang lain dibunuh, lalu ada kasus yang ketiga juga. Jadi kaget sendiri, sehingga saya melakukan pencarian di Google. 

Apa kita perlu bersyukur Belanda telah diusir, sehingga anak-anak bangsa bisa dibunuh oleh orang tuanya, saudaranya, dan tetangganya sendiri? Pembunuhan anak Indonesia hendaknya dilakukan oleh orang pribumi!? Kita tidak butuh orang asing yang kurang ajar datang ke sini dan berharap bisa bunuh anak bangsa! Itu tugasnya kita sendiri!? MERDEKA!!??

Seperti biasa, saya ingin menulis, “Semoga bermanfaat sebagai renungan”. Tetapi saya tahu hampir percuma. Banyak orang tidak suka merenung. Para pemimpin sibuk menghitung hartanya. Rakyat sibuk komplain tentang pemimpin, dan menunggu “orang lain” bertindak untuk memperbaiki keadaan rakyat. Dan ahli agama sibuk membahas kemenangan di surga dan hukum fiqih jadi tidak punya waktu untuk mengurus hal sepele seperti penyelamatan nyawa anak.

Apa artinya “kemerdekaan”? Apa kemerdekaan punya makna kalau tidak dibarengi dengan keselamatan dan kesejahteraan? (Banyak kasus pembunuhan terhadap anak terikat dengan masalah ekonomi, yang membuat banyak orang stres!) Jumlah anak yang dibunuh Belanda berapa? Jumlah anak yang dibunuh oleh orang tua, saudara, tetangga dan teman pribumi berapa? Kalau Belanda diusir, dan jumlah kasus pembunuhan malah meningkat, dan keselamatan dan kesejahteraan tetap juga tidak didapatkan, maka buat APA perjuangan dan kematian para Pejuang Kemerdekaan yang terhormat? Mereka berikan darah dan nyawa mereka untuk hasil seperti ini?? 

Kenapa tidak ada yang merasa malu? Dan kenapa banyak orang tidak mau peduli pada semua anak bangsa, terutama tetangganya sendiri, daripada berharap anak kandung mereka saja yang bisa maju, sukses, kaya, dan hidup dalam keadaan baik? Kenapa kita tidak siap berjuang untuk dapatkan hasil yang sama bagi SEMUA anak bangsa, tanpa peduli orang tuanya siapa?
Semoga bermanfaat sebagai renungan. (Walaupun percuma diucapkan!)
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb. 
-Gene Netto 

[Judul berita ini sebagai contoh saja!]

* Kronologi Anak Usia 4 Tahun di Tangsel Tewas Usai Dianiaya Ayah dan Ibu Berkali-kali
* Balita Cilacap Tewas Dilempar dari Tebing, Ibu dan Selingkuhan Jadi Tersangka
* Pilu! Bocah 4 Tahun di Bangkalan Dibanting dan Dibacok Paman hingga Tewas
* Uray Bunuh Bayi di Singkawang Kalbar Gegara Sakit Hati ke Pengasuh
* Pilunya Bayi Usia 8 Bulan di Aceh Selatan Dibunuh Ayah Sendiri
* Balita 20 Bulan Tewas di Situbondo, Diduga Dibunuh Ibu Kandungnya
* Kejadian di Berau Kaltim, Dua Balita dan Ibu Hamil Tewas Dibunuh Suami
* 2 Balita Tewas di Samarinda, Diduga Dicekik Ayah Kandung
* Teganya Ibu di Tulungagung Habisi Bayinya dengan Dibenamkan dalam Bak
* Ini Motif Mustika Bunuh Bayi yang Baru Dilahirkannya di Kos Jombang
* Tragedi Tewasnya 2 Bocah Usia 3 Tahun dan 6 Tahun di Pantai Sigandu, Diduga Diajak Ibu Bunuh Diri
* Kronologi Pria di OKI Bunuh dan Perkosa Bocah Perempuan 6 Tahun
* Detik-detik Bocah 7 Tahun di Pasuruan Tewas Dihabisi Tetangga

07 August, 2025

Anak Tenggelam Terus, Kenapa Dalam Beritanya Tidak Ada Pihak Yang Lalai?

Assalamu’alaikum wr.wb. Untuk mencegah anak tenggelam di negara ini, mungkin dibutuhkan 2 perubahan. Pertama, wartawan harus menulis berita dengan gaya lebih tegas. Kedua, harus ada orang dewasa terkait yang kena sanksi hukum. Yang paling mudah adalah yang pertama. Dalam kebanyakan artikel berita, ditulis bahwa anak yang tenggelam dibawa ke puskesmas, dan korban dinyatakan “tewas”. 

Tetapi sudah tewas pada saat dibawa pergi. Seharusnya korban dibantu langsung di tempat dengan Resusitasi Jantung Paru (RJP, atau CPR). Tetapi sangat jarang terjadi. Biasanya dibawa ke puskesmas saja, dalam kondisi tidak bernafas. Kenapa? Karena banyak pengelola kolam renang, petugas, guru, ustadz, dan orang dewasa yang lain adalah orang yang bodoh dan lalai yang menolak belajar. Jadi mungkin artikel berita perlu tegaskan bahwa ada pihak yang bersalah. Misalnya:

SALAH SATU BERITA TERBARU: 
“Anak berusia 11 tahun tenggelam di kolam renang. Lalu petugas yang bodoh ambil jenazah anak yang tidak bernafas itu di membawanya jalan-jalan keliling kota. Setelah akhirnya tiba di puskesmas, dokter menyatakan bahwa anak yang sudah mati sejak 20 menit sebelumnya tetap saja mati. Artinya, petugas kolam renang membawa mayat jalan-jalan tanpa manfaat. Kenapa terjadi terus? Karena pemilik kolam renang yang bodoh dan lalai tidak mewajibkan semua petugas belajar Resusitasi Jantung Paru (RJP, atau CPR), dan pemerintah dan pemda yang bodoh dan lalai juga tidak mewajibkan pemilik usaha, guru, dan ustadz belajar RJP. Anak dibiarkan mati terus disebabkan kebodohan dan kelalaian dari pemerintah, pemda, pemilik usaha, petugas, guru, ustadz, dan orang dewasa lain yang seharusnya DILATIH untuk selamatkan anak.” [AKHIR]

Itu contoh artikel berita yang lebih tegas, yang jelaskan ada kelalaian. Tetapi saya tidak yakin banyak wartawan akan siap membuat berita yang tegas. Anak Indonesia harus dibiarkan mati terus, disebabkan kebodohan dan kelalaian dari orang dewasa yang punya kemampuan belajar, tetapi menolak, dan punya kemampuan untuk “menyangka”, tetapi malah selalu “tidak menyangka”. 

Sebagai perumpamaan, ketika terjadi kebakaran rumah, bagaimana kalau petugas damkar datang dan hanya tiup-tiup apinya tanpa hasil? Tidak membawa truk dan selang, dan tidak siram apinya dengan air. Lalu mereka berkomentar, “Kami tidak dilatih untuk memadamkan api! Tidak tahu caranya. Kami juga tidak menyangka rumah bisa kebakaran!” Apa kita akan terima, dan anggap tidak ada yang lalai? Atau apa kita akan marah, dan bertanya kenapa mereka tidak diwajibkan dapat pelatihan yang tepat? Lalu, apa bedanya dengan petugas di kolam renang? Kenapa tidak mereka diwajibkan dapat pelatihan RJP? Kenapa petugas damkar bisa “menyangka” rumah akan kebakaran dan siap bertindak, tetapi pengelola kolam renang, guru, ustadz, dan orang dewasa lain selalu “tidak menyangka” anak bisa tenggelam dan tidak siap bertindak?  

Kalau pelatihan RJP diwajibkan di SMP dan SMA, berapa ribu anak yang bisa diselamatkan dalam 1 tahun? Dan dalam beberapa tahun saja, 30-40% dari seluruh penduduk akan mengerti caranya setelah lulus sekolah (ada 80 juta anak di Indonesia). Jadi kenapa tidak wajib? Dan anak siapa yang harus tewas sebelum ada kepedulian?

“Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al Maidah: 32)

Selama para korbannya hanya anaknya orang miskin, dan bukan anaknya orang elite, sepertinya tidak akan terjadi perubahan. Tetapi para wartawan bisa mulai membangun gerakan dulu, dengan SELALU BERTANYA kenapa petugas kolam renang tidak mengerti RJP, dan kenapa tidak ada pihak yang kena sanksi hukum disebabkan kelalaian tersebut.
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wassalamu’alaikum wr.wb. 
-Gene Netto 

Pelajar 11 Tahun Meninggal Tenggelam di Kolam Muara Louser Abdya 
Saat itu, korban sudah tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Kemudian, korban dilarikan ke Puskesmas Manggeng menggunakan sepeda motor.
https://prohaba.tribunnews.com

06 August, 2025

Disiplin Militer Di Sekolah Negeri Merusak Kreativitas Dan Kemajuan Siswa

[Komentar]: Maaf yaa, urusan rambut lah, topi waktu upacara lah, itu masalah sepele, masalah kecil. Kalau dalam perkara kecil saja siswa tidak diajar bertanggungjawab, bagaimana bisa diberikan tanggung jawab besar/ perkara yang besar... ?

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Mungkin tanpa anda sadari, komentar anda berasal dari pemikiran dalam sistem pendidikan militer. Di militer, kesalahan sekecil apapun tidak bisa ditoleransi. Sersan harus memaksakan prajurit taat pada semua perintah dan aturan, dan tidak boleh ada kesalahan. Kenapa? Karena setiap prajurit harus siap MEMBUNUH manusia lain, pada saat diperintahkan. Tidak boleh berpikir dulu, tidak boleh introspeksi, tidak boleh berbeda pendapat, tidak boleh protes, tidak boleh menolak, tidak boleh berbeda sendiri. Wajib taat 100% ketika disuruh bunuh orang lain. 

Prajurit disuruh siapkan perlengkapan perang. Ketika sersan buka kotak amunisi, dan ternyata isinya sabun, prajurit yang salah isi kotak akan menjadi penyebab kematian pasukannya. Jadi prajurit wajib taat 100% pada perintah atasannya, dan kesalahan sekecil apapun tidak akan ditoleransi. Ini pemikiran militer. Jelas kenapa dibutuhkan. Sangat tidak benar kalau pemikiran yang sama digunakan untuk “mendidik” anak kecil di sekolah lalu mereka juga wajib kena hukuman tegas karena “lupa topinya” dsb. Anak bukan prajurit. Jangan dididik dengan pola pikir atau proses yang sama karena tujuannya sangat berbeda! 

Sayangnya, banyak guru menggunakan sikap “pendidikan militer” dalam sekolahnya dan tidak mau mencari program yang lebih cocok. Dan setelah mengalami sistem itu selama 12 tahun, ada anak yang lulus dan menjadi PNS. Ketika diperintahkan ikut “korupsi berjemaah”, banyak PNS merasa wajib menjawab, “Siap!” karena sesuai dengan pendidikan guru sekolahnya di masa lalun. Mantan siswa itu merasa wajib “diam dan taat” pada atasannya ketika diajak melanggar hukum. Kalau tidak diam dan taat, dia akan kena hukuman, karena pengalamannya di sekolah begitu. 

Einstein bisa menjadi salah satu manusia paling cerdas dalam sejarah, dan tidak ada yang peduli pada rambutnya. Bill Gates menciptakan Microsoft, Jeff Bezos menciptakan Amazon, Elon Musk menciptakan Tesla, dan mereka menjadi orang-orang yang paling kaya di dunia, tetapi tidak ada yang peduli pada rambutnya. Di Indonesia, ukuran rambut menjadi tanda ketaatan pada guru! Dan siswa wajib taat pada guru! (Tetapi hanya laki-laki saja, perempuan bebas mengatur rambutnya sendiri.) 

Wajib merasa takut akan kena hukuman dari guru kalau berbuat salah. (Dan konsep benar dan salah ditentukan oleh guru, pendapat siswa dan orang tua tidak penting!) Wajib menjadi sama dengan semua siswa lain. Wajib setuju dengan guru. Wajib menghafalkan jawaban yang benar yang dimiliki oleh guru. Wajib mengejar ranking satu. Wajib lulus semua ujian. Wajib menjadi sama dengan semua siswa yang lain. Dan jangan sampai berani melawan, berdebat, atau ingin menjadi berbeda.

Soalnya, Allah SWT sudah menciptakan semua manusia dalam keadaan persis sama dan Allah melarang perbedaan apapun, betul?? Salah! Allah menciptakan manusia dengan badan, bahasa, budaya, negara, kekayaan, dan bakat yang berbeda-beda! Lalu banyak guru Indonesia menjadi sibuk menghancurkan perbedaan itu, dan wajibkan semua siswa taat pada satu pendapat dan satu pemikiran yang dibenarkan oleh gurunya yang berkuasa. 

Dan ketika lulus dan menjadi PNS, sistem korupsi wajib dipelihara, atas perintah atasan yang berkuasa. Tidak boleh berbeda pendapat. Tidak boleh jujur sendiri kalau semua orang di sekitar kita berbohong. Anak Indonesia diwajibkan belajar sikap “Diam dan taat” dan wajib melestarikannya. Tidak ada kebenaran lebih tinggi daripada “Diam dan taat”. Lalu Indonesia menjadi salah satu negara terkorup di dunia, karena kebanyakan mantan siswa yang menjadi warga negara tidak berani melawan, atau menjadi berbeda sendiri, atau menegakkan kebenaran…

Semoga semua guru dan orang tua bisa melihat hubungannya antara pendidikan “diam dan taat” di sekolah, dan hasilnya di tengah masyarakat kita. 
Wa billahi taufiq wal hidayah, 
Wassalamu’alaikum wr.wb. 
-Gene Netto


29 July, 2025

Anak Yang Diperkosa Dan Dibunuh Menjadi Berita Terus, Siapa Yang Mau Mencari Solusi?

Assalamu’alaikum wr.wb. Setiap hari saya baca berita tentang kekerasan terhadap anak. Saya ingin tahu apa yang dialami banyak anak di Indonesia. Hari ini, ada berita baru. Seorang anak kecil dibunuh dulu, lalu mayatnya diperkosa. Lebih sadis dari binatang. Saya mau abaikan beritanya karena sudah dibaca kemarin, bahkan sudah tulis post di Facebook. Pas mau hapus link beritanya, saya perhatikan lokasinya: Ogan Komering Ilir (OKI), di Sumatera Selatan. Kok OKI? Seingat saya, kasus itu terjadi di Lampung?? Saya buka arsip, dan cari berita dari kemarin. Betul. Berita kemarin terjadi di Lampung. Berita baru ini terjadi di OKI, karena kasusnya beda!! Dalam hitungan hari, ada berita tentang DUA anak Indonesia yang dibunuh dulu, lalu mayatnya diperkosa. 

Berapa banyak orang tua yang sudah pernah didatangi polisi dan dikasih kabar bahwa anaknya diperkosa dan dibunuh? Atau dibunuh dulu, baru diperkosa? Dalam kebanyakan kasus (setiap hari ada beritanya), anak diperkosa oleh 1-2 orang, atau diperkosa bergilir oleh 4-16 pemuda. Dalam beberapa kasus, diperkosa lalu dibunuh untuk hilangkan saksi. Dalam sebagian kecil dari kasusnya, anak itu dibunuh duluan, baru mayatnya diperkosa. Dan dalam berita pemerkosaan bergilir yang pernah saya baca, dijamin bahwa 100% dari remaja dan pemuda yang diajak perkosa anak selalu setuju. Belum pernah ada kasus seorang remaja laki-laki menolak ajakan itu dan selamatkan korban. Dari puluhan ribu kasus, belum ada 1 pemuda Indonesia yang sanggup sayangi anak perempuan dan mau selamatkan daripada ikut memperkosanya. Siapa yang mendidik anak laki-laki di Indonesia, sehingga menjadi begitu sadis? Siapa yang mau bertanggung jawab? 

Bagaimana rasanya bagi orang tua para korban itu? Dan anak siapa yang harus diperkosa dan dibunuh sebelum 60 juta orang tua akan mulai teriak dan marah pada pemimpin yang anggap kekerasan terhadap anak belum masuk kondisi darurat? Allah dan para malaikat menyaksikan ketidakpedulian mereka setiap hari. Siapa yang mau mencari solusi? Apa cucunya orang penting harus menjadi korban dulu, baru kita mulai peduli? Pertanyaan saya dari kemarin, yang tidak pernah dijawab oleh siapapun: 

ANAK SIAPA YANG HARUS DIPERKOSA DAN DIBUNUH SEBELUM MASALAH KEKERASAN TERHADAP ANAK MENJADI PRIORITAS NEGARA!!??

Semoga bermanfaat sebagai renungan. TOLONG JAGA ANAK ANDA. Jangan anggap mereka “aman” di mana saja, karena mereka tidak aman. 
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto 

Kecanduan Film Porno Berujung Pria di OKI Bunuh dan Perkosa Bocah 6 Tahun
https://www.detik.com

Kronologi Bocah Usia 9 Tahun di Lampung Diracun Gorengan hingga Tewas lalu Diperkosa
https://regional.kompas.com


23 July, 2025

Untuk Apa Ada Hari Anak Nasional?

“Hari Anak Nasional menjadi pengingat penting bagi semua elemen masyarakat bahwa anak-anak adalah aset bangsa yang harus dihargai, dilindungi, dan diberdayakan.”

Assalamu’alaikum wr.wb. Ketika membaca kalimat itu, saya tidak tahu apa seharusnya ketawa atau menangis. Anak adalah aset bangsa? Jadi seharusnya ada “nilainya”! Saya baca berita tentang anak setiap hari karena ingin memahami kondisi yang nyata. Kita hanya bisa memperbaiki suatu masalah kalau memahaminya. Pertanyaan saya: Anak Indonesia hidup dalam kondisi apa sekarang? Aman? Sehat? Sejahtera? Cerdas? Bahagia? 

Setiap hari, ada berita tentang anak yang dicabuli, diperkosa, diperkosa bergilir, dan disodomi. Mayoritas dari pelakunya adalah pria dewasa yang dekat, seperti bapak kandung, bapak tiri, guru ngaji, ustadz, guru sekolah, guru les, kakek, tetangga, atau pendeta. Ada banyak pelaku yang remaja, seperti senior di sekolah atau pesantren, tetangga, teman Facebook, kenalan medsos, dll. 

Anak SMP bisa diperkosa bergilir oleh 6 sampai 14 anak remaja. Dari ribuan kasus, belum pernah ada anak laki-laki yang selamatkan korban. Dari ribuan laki-laki usia 12-19 tahun yang diajak perkosa anak perempuan, 100% setuju. Untuk mengatasinya, guru dan orang tua harus membahas pemerkosaan, dan mendidik anak laki-laki untuk menjadi satria yang melindungi perempuan. Daripada ikut memperkosanya!

Banyak anak dicabuli oleh guru ngaji, guru sekolah, atau ustadz di pesantren. Anak tidak paham ada bahaya. Solusinya sederhana: “Pelatihan Anti-Pencabulan”. Dibuat poster yang wajib dipasang di sekolah dan pesantren, yang jelaskan arti pencabulan dan cara lapor. Orang tua juga harus diajarkan cara membahas pencabulan. Anak harus dididik bahwa badannya tidak boleh disentuh secara paksa, dan kalau terjadi, mereka harus melawan, lari, dan lapor. 

Film pornografi banyak. Sebagian anak mulai nonton dari usia 12 tahun. Banyak orang tua tidak mau membahasnya. (Seringkali, bapak punya koleksi sendiri!) Karena tidak bisa diskusi dengan orang tua, anak bertanya kepada teman, lalu dikasih info situs, atau dikasih beberapa video. 

Selalu ada berita tawuran. Di berapa banyak negara ada budaya anak ingin membunuh anak lain disebabkan dosa “sekolahnya beda”? Di negara tetangga tidak ada. Kenapa umum di sini? Kenapa belum ada solusi? Kenapa banyak anak laki-laki menjadi sadis? 

Katanya, IQ rata-rata rakyat Indonesia adalah 78, ranking 130 di dunia. Jelas ada kegagalan dalam sistem pendidikan. Banyak guru kurang pandai “mendidik”. Merasa setara sersan di tentara. Dapat calon prajurit, harus teriak dan tegas agar mereka “diam dan taat”. Sersan (guru/pemimpin) berkuasa dan wajib ditaati, walaupun salah. Banyak anak anggap sekolah sama dengan penjara. Masuk penjara 12 tahun, lalu cari pekerjaan dengan saingan ribuan orang setiap 1 lowongan? Kenapa hasil pendidikan adalah jutaan anak bodoh yang tidak bisa dapat pekerjaan? 

Banyak anak DO karena tidak sanggup beli seragam dll. Biaya “sekolah gratis” ternyata sangat mahal. Dianggap lebih baik anak kerja dan hasilkan uang, daripada keluarkan uang untuk sekolah. Di saat yang sama, para bapak membuang Rp. 2.619 Triliun per tahun untuk rokok! (Data 2024.) Sekolah mahal, tetapi rokok wajib? Pemerintah diam karena terima pajaknya. Lalu habiskan uang untuk BPJS bagi perokok yang kena kanker. Gali lubang, tutup lubang.

Setiap hari ada anak yang tenggelam. Misalnya, puluhan anak dibawa ke kolam renang oleh guru yang tidak bisa berenang. Ketika anak tenggelam, petugas membawanya ke puskesmas. Tidak bernafas selama 15 menit. Mati. Petugas dan guru tidak diwajibkan belajar Resusitasi Jantung Paru (RJP, atau CPR). Anak tewas adalah “takdir Allah”, bukan kelalaian. Banyak anak juga tenggelam di tempat lain seperti sungai, pantai, atau saluran irigasi, tetapi tidak ada pelatihan yang membuat mereka waspada. 

Di kebanyakan desa, tidak ada taman baca. Anak butuh akses pada buku agar menjadi terbiasa membaca. Tempat bermain juga terbatas dan biasanya rusak. Ketika ada dana, daripada mendirikan taman baca dan taman bermain untuk mencerdaskan anak, malah jalannya diaspal. 

Perlu puluhan contoh lain? Untuk apa ada perayaan “Hari Anak Nasional”? Kalau hasilnya adalah cermin dari usaha, terkesan banyak sistem yang terkait dengan anak mengalami kegagalan. Jadi apa yang dirayakan? Kalau ini di Jepang, mungkin banyak pejabat akan bunuh diri (atau mundur) sebagai bentuk tanggung jawab. Tetapi di sini malah menjadi perayaan. Banyak orang tepuk punggung sendiri, dan membahas keberhasilannya yang tidak dirasakan oleh anak. 

Ada 80 juta anak yang butuh masa depan yang baik. Tetapi yang disediakan bagi mereka hanyalah sistem penuh kegagalan dan kesulitan. Banyak orang tua gagal mendidik anaknya karena tidak pernah dilatih menjadi orang tua. Kenapa tidak ada kelas parenting di SMP, SMA, dan universitas? Ada 60 juta orang tua yang merasa lemah karena “sendirian”. Jadi mereka hanya bisa terima yang disediakan, dan anggap anak mereka tidak berhak mendapat yang lebih baik.

Semua orang dewasa perlu bangun dari dunia mimpi. Semua masalah tersebut bisa diatasi. Tetapi harus ada kemauan untuk bersatu, dan mewujudkan program pendidikan, sosial, dan agama yang berkualitas. Hanya dengan itu bisa muncul harapan Indonesia Emas bagi semua anak bangsa!

Semoga bermanfaat sebagai renungan. Mohon maaf kalau kurang berkenan.
Wa billahi taufiq wal hidayah, 
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto 



22 July, 2025

Mengapa Mal Ramai Tapi Tenant Sepi? Fenomena Rojali (Rombongan Jarang Beli)

Ada satu hal yang janggal : di dalam toko-toko dan tenant; para penjaga berdiri tegak bagai patung, berharap ada pengunjung yang masuk, melihat-lihat, lalu membeli. Namun sebagian besar hanya lewat. Ada yang masuk, pegang-pegang barang, lalu pergi dengan senyum kecut dan langkah cepat.

Yaaa.. itulah mereka : Rojali (rombongan jarang beli).
Mereka bukan pengamat ekonomi, bukan pula warga yang anti-kapitalis. 
Mereka hanyalah simbol dari satu hal : kebutuhan rekreasi yang tak berbanding lurus dengan daya beli.

Mereka mencari tempat yang :
* Luas, agar anak² bisa berlari-larian.
* Sejuk, karena di rumah kontrakan tak sanggup melawan panas
* Bersih, karena jalanan berdebu tak ramah stroller
* Dekat, agar ongkos transpor tak bikin dompet sesak
* Aman, dengan penjagaan yang memadai
* Bahkan bisa untuk track jalan kaki yang disertai toilet bagus.
* Dan tentu saja : gratis

Mal, dengan segala kemewahannya, tanpa disadari telah berubah fungsi. Mal tak lagi sekadar tempat belanja. Mal adalah taman kota versi indoor. Ruang publik tanpa pungutan. Tempat rekreasi keluarga kelas menengah yang kehilangan pegangan ekonomi. Rojali bukan mitos. Rojali merupakan  cerminan realitas.

Ekonomi boleh tumbuh, tapi daya beli stagnan. Harga kebutuhan pokok terus naik, tapi  gaji naiknya masih malu-malu. Belanja bukan prioritas, menunda kebutuhan menjadi keterampilan baru. Maka banyak tenant menggulung etalase, digantikan dengan coffee shop diskonan atau playground berbayar murah.

Banyak pemilik brand kini sadar, bahwa pengunjung mal bukan lagi calon pembeli, melainkan viewers dunia nyata. Mereka masuk bukan untuk transaksi, tapi untuk mencari udara segar, Wi-Fi gratis, dan konten Instagram. Fenomena ini mestinya membuat kita merenung: Apakah benar kita sedang baik-baik saja secara ekonomi, atau kita sedang tersesat dalam ilusi pertumbuhan?

Jika mal yang ramai ternyata tidak menjamin omzet para tenant, maka yang sedang ramai bukanlah konsumsi, melainkan kerinduan akan hidup yang sedikit lebih layak. Rojali tak bisa disalahkan. Mereka hanya sedang bertahan di tengah himpitan. Mereka datang bukan membawa uang, tapi membawa harapan : bahwa rekreasi masih mungkin, meski tanpa belanja. Ketika kita melihat mal penuh sesak, jangan langsung senang. Bisa jadi itu bukan tanda ekonomi menggeliat, melainkan sinyal bahwa rakyat diam² sedang mengeluh.




17 July, 2025

Pengalaman Chatting 6 Jam Lewat WA Di HP Dengan Calon Muallaf Di Negara Panama

Assalamu’alaikum wr.wb. Sabtu sore saya ke rumah guru saya. Rencananya mau berdzikir dan diskusi agama seperti biasa. Tiba-tiba ada pesan dari teman. Dia berada di Panama, Amerika Selatan, dan ketemu orang di pesawat. Orang Panama itu bernama John, dan sudah belajar tentang Islam sendiri. John mulai bertanya-tanya, lalu teman saya bilang, lebih baik diskusi sama Gene saja.

Rasulullah SAW bersabda, "Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat." (HR. Bukhari)

Teman itu bertanya apa saya bisa diskusi dengan pria itu? Saya jawab, boleh saja. Dia ingin memahami Islam, tetapi di saat yang sama, saya juga ingin dengar guru saya. Pilihan yang berat. Haha. Setelah dipikirkan, saya merasa kurang enak kalau suruh dia menunggu sampai besok, hanya karena “lebih enak bagi saya”. Jadi dibuat grup WA dan kami mulai chatting pada jam 20.00. Ternyata, dia sudah belajar banyak sendiri, dari situs Sunni dan Syiah juga. Bagi dia, sama-sama Islam, bukan? Jadi saya harus jelaskan dulu tentang aliran Syiah, agar dia bisa paham dan tinggalkan. Lalu jelaskan ajaran Islam secara singkat tapi lengkap. Akhirnya, saya pegang HP dan chatting terus selama 6 jam dengan John, dan baru berhenti pada jam 2 pagi. 

HP saya sudah Low Batt banget, tinggal 13% pada saat mau pulang. Alhamdulillah dia sudah hampir siap masuk Islam, tetapi seperti biasa, masih ada keraguan. Saya kasih PR kepadanya. Coba berdoa kepada Tuhan, dalam bahasa Spanyol, dan minta dikasih petunjuk. Apakah lebih baik masuk Islam sekarang, atau tunda dulu, sambil berpikir lagi selama beberapa bulan, atau tahun, atau abad... 

Lalu saya bertanya secara serius, “Mohon maaf, tetapi apa yakin masih hidup besok?” Baru beberapa minggu yang lalu, ada pesawat di India yang tinggal landas. Isinya ratusan penumpang yang punya rencana tentang masa depan mereka masing-masing. Baru terbang 3 menit, langsung mati semua, kecuali 1 orang.

Saya jelaskan sebuah prinsip dalam Islam: Kalau ada niat melakukan suatu kebaikan, jangan ditunda tanpa alasan yang jelas. Soalnya, kita tidak tahu masa depan kita seperti apa, atau berapa lama lagi. Kalau sangat ragu, dan masih banyak pertanyaan, silahkan tunda masuk Islam. Tetapi dia sudah bilang sendiri bahwa banyak pertanyaan sudah dijawab dan jawabannya jelas.

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah telah mengutusku dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, dan aku diperintahkan untuk menyampaikan agama ini kepada seluruh manusia." (HR. Muslim)

Setelah saya pulang, masih sore waktunya di Panama, jadi saya lanjut saja diskusinya, sambil menunggu Subuh. Saya kirim beberapa file, dan video dari YouTube, seperti Shalat Tarawih dari Makkah. Saya jelaskan. Empat juta orang sedang melakukan ibadah yang sama, di gedung yang sama, pada waktu yang sama, dalam bahasa yang sama, ikuti pemimpin yang sama, menghadap arah yang sama, dan semuanya kompak dan bersatu ikuti petunjuk yang sama. Ketika ada takbir, semuanya sujud. Tujuannya juga sama, yaitu beribadah kepada Allah. Di mana ada lagi yang setara di dunia ini? Setahu saya, tidak ada. 

Dia juga kaget karena baru pertama kali lihat 4 juta orang kompak begitu. Jadi saya tinggalkan dia untuk kerjakan PR-nya, berdoa kepada Allah dan minta petunjuk. Apa sudah cukup yakin untuk masuk Islam? Atau masih mau merenung bertahun-tahun lagi? Ketika dia masih sibuk merenung, saya malah sibuk minta bantuan Allah dan merasa dibantu oleh Allah terus. Enakan mana? Merenung tanpa batas, atau dapat bantuan tanpa batas? Hehe.

18. Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al Hasyr 59:18 )

Saya jelaskan. Menjadi Muslim ibaratnya tekan kontrak dan masuk sebuah PT. Ada Boss yang menjadi Pemilik Mutlak. Dia berikan perintah, kami taat. Ada kewajiban (seperti shalat), dan juga ada hak, yaitu, bebas minta bantuan terus kepada Boss. Lalu Boss sering berikan apa yang kami minta karena Dia senang punya karyawan yang baik. Yang tidak mau bergabung di PT dan tekan kontak dengan Boss tidak punya kewajiban, tetapi juga tidak dapat hak. Dan hak yang paling enak adalah ketika pensiun nanti, ada hak masuk Kompleks Surga Indah yang disediakan oleh Boss untuk semua karyawan. Yang bukan karyawan dilarang masuk. Sederhana dan logis, betul? 

Dari pengalaman saya, insya Allah dalam waktu dekat, John akan siap masuk Islam. Sudah dekat. Hanya perlu rasa yakin, dan itu yang kita sebutkan “hidayah”. Dan Allah bisa kasih kepada siapapun, kapanpun, di manapun. Mohon doanya bagi John. Semoga Allah segera berikan petunjuk dan hidayah kepadanya dan berikan kemudahan untuk menjadi Muslim dan jalankan Islam secara kaffah. Aamiin, Aamiin, ya Rabbal ‘Aalamiin. 

Semoga tulisan ini juga bermanfaat sebagai renungan bagi orang yang Muslim dari lahir. Betapa enaknya kalian?! Tidak perlu bersusah payah cari Allah karena sudah dikenalkan sejak nafas pertama! Jadi kenapa masih banyak orang yang ragu-ragu bahwa doanya akan dikabulkan, dan merasa bahwa Allah tidak dekat dengan mereka? Allah sudah dekat dengan mereka seumur hidup. Salah sendiri kalau merasa “jauh” dari rahmat Allah! Betul?    

Semoga bermanfaat. 
Wa billahi taufiq wal hidayah, 
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto 


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...