Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (557) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (179) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

22 July, 2018

Siswi SMAN 1 Gondang Mojokerto Terancam Lumpuh Setelah Dihukum Skot Jump Puluhan Kali

Kamis, 19 Juli 2018 SURYA.co.id | MOJOKERTO - Seorang siswi kelas XI di SMAN 1 Gondang, Kabupaten Mojokerto, mengalami cedera parah pada syaraf tulang belakang setelah diberi hukuman melakukan skot jump. Siswi bernama Mas Hanum Dwi Aprilia itu bahkan sampai tidak bisa berjalan dan berpotensi mengalami kelumpuhan. 

Informasinya, korban menerima hukuman sebanyak 120 kali skot jump karena datang terlambat ketika mengikuti Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI) di sekolahnya pada Jumat (12/7/2018). "Anaknya (korban) sudah selesai menjalani hukuman 60 skot jump tetapi karena ada temannya yang tidak menjalani hukuman maka hal itu ditanggung korban sebanyak 120 kali. Ia bisa melakukan sekitar 90 kali skot jump dan sudah tidak sanggup lagi."

18 July, 2018

Dulu Ada Masa Emas Umat Islam. Apa Bedanya Dengan Sekarang?

[Pertanyaan]: Pak Gene. Di zaman Islamic Golden Age ada banyak ilmuwan Muslim yang Polymath [= ahli di berbagai bidang]. Contohnya, Ibn Rushd, Alhazen, Ibn Sina, Al Khwarizmi dsb. Bagaimana para orang tua mereka bisa mendidik anaknya menjadi cerdas begitu?

[Jawaban]: Assalamu'alaikum wr.wb. Mungkin orang tua di zaman itu sering membaca dan diskusi, dan mendidik anaknya untuk sering membaca dan diskusi. Sedangkan banyak orang tua Muslim sekarang membiarkan anaknya nonton TV terus, nongkrong di luar sampai malam, nonton film porno di HP, punya teman yang kurang baik, merokok seperti bapaknya, pacaran di usia SMP, dan sering main game. Daripada banyak membaca. Dan orang tua juga tidak berikan contoh.

Banyak orang tua pulang, suruh anak kerjakan PR, lalu nyalakan TV. Dari mana anak akan dapat kebiasaan baca buku dan diskusi kalau tidak dicontohkan? Apalagi kalau orang tua malas berdiskusi dan paling senang dengan anak yang selalu nurut dan tidak berani berdebat?

Ketika bertemu teman bule, sering ada pertanyaan, "Sudah baca buku ini?" Lalu ada diskusi tentang buku non-fiksi itu. Dalam satu pertemuan, bisa membahas puluhan topik, yang berbasis fakta dan data, dan perbedaan pendapat tidak membuat orang lain emosi. Ketika bertemu teman Indonesia, sering ada pertanyaan, "Sudah dengar gosip ini?" Lalu ada diskusi tentang gosip politik, gosip keluarga, gosip tetangga, kerennya HP baru, baju baru, sepatu baru, motor baru, game baru, bola, TV, film, diskon, dsb. Dan kalau kami berdebat, lawan diskusi bisa menjadi emosi.

Jadi kalau dulu ada masa emas umat Islam, mungkin kunci utamanya adalah pendidikan di rumah dari keluarga, dan pendidikan di lembaga seperti masjid, madrasah, dan universitas. Buku dan karya tulis diutamakan. Perbedaan pendapat dan kritikan diterima dengan lapang dada. Pencarian ilmu dari para ahli diutamakan, lalu ditambahkan dengan analisis dan penulisan karya sendiri.

Sedangkan sekarang, buku tidak diminati secara umum, dan pendidikan di rumah bukan untuk sering baca buku, tapi sebatas "kerjakan PR" lalu boleh main game dan nonton TV. (Dan sayangnya, kalaupun membaca, penelitian menunjukkan bahwa anak Indonesia tidak memahami apa yang mereka baca!) Perbedaan pendapat bisa membuat orang lain marah, dan siapa saja yang bicara di TV bisa dianggap lebih utama daripada ahli yang berilmu. Yang penting bagi banyak anak Muslim sekarang adalah HP, aplikasi, internet, TV, film, teman, pacar, game, bola, motor, baju, film porno, dsb. Bukan buku. Jadi kalau kita mau mencetak generasi emas lagi, kita harus kembali pada buku dan pendidikan yang berkualitas, terutama pendidikan agama!

11. […] Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah 58:11)

Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barang siapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang." (HR. Tirmidzi)

Jadi kita harus kembalikan anak Muslim ke buku dan cara diskusi yang mencerdaskan, dan siap menerima pendapat yang berbeda, tanpa emosi. Kita harus mendidik anak bahwa ilmu yang benar adalah kebenaran, dan tidak berubah hanya karena kekuasaan orang yang bicara (termasuk orang tua). Berarti orang tua dan guru harus siap "disalahkan", dan siap menerima pendapat anak apabila memang ada benarnya. Dan kalau tidak, generasi emas tidak akan muncul lagi. Tapi dijamin kita bisa dapat generasi penurut yang rajin nonton TV, dan siap taat dengan siapa saja yang berkuasa terhadapnya, walaupun mereka salah. Terserah kita memilih yang mana.

Jadi semoga semua orang tua dan guru yang membaca ini bisa siap berubah dan bersatu untuk membangun sebuah generasi emas yang baru, mulai dari sekarang. Dan masa depan dunia ini akan berada di depan kakinya anak Muslim yang cerdas dan berwawasan luas. Amin.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
-Gene Netto

17 July, 2018

Sri Mulyani: Pertama dalam Sejarah, Kemiskinan RI di Bawah 10%


Alhamdulillah! Semua orang miskin yang saya kenal ternyata tidak miskin!! Hanya saja tidak punya uang, tapi jangan dikatakan miskin! Alhamdulillah! Sungguh luar biasa mereka. Tidak punya uang, hidup pas-pasan, sulit beli makanan, banyak pengangguran, anaknya DO dari sekolah karena terpaksa kerja agar keluarga punya uang... Tapi kata pemerintah, mereka “tidak miskin”.
Mungkin dengan begitu, tingkat kematian rakyat juga bisa dikatakan berkurang. Banyak orang yang mati dari penyakit dan kecelakaan ternyata tidak mati. Hanya saja sedang hidup dalam keadaan tidak bernafas lagi. Sungguh mudah menjadi seorang pemimpin! Segala sesuatu bisa diatur. Buat apa rakyat pusing memikirkan kondisinya? Ternyata tidak ada masalah….
-Gene Netto

Sri Mulyani: Pertama dalam Sejarah, Kemiskinan RI di Bawah 10%
Senin, 16 Jul 2018 Trio Hamdani – detikFinance, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menanggapi data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat angka kemiskinan per Maret 2018 yang sebesar 9,82%. Angka kemiskinan ini adalah yang paling rendah sepanjang sejarah. Sri Mulyani mengatakan capaian tersebut merupakan yang pertama dalam sejarah Indonesia.
"Saya sambut dengan perasaan yang sangat istimewa karena selama saya jadi Menteri Keuangan dan di bank dunia, hari ini BPS umumkan tingkat kemiskinan 9,82%, the first time in the history Indonesia tingkat kemiskinannya di bawah 10%," kata Sri Mulyani
pada Senin malam (16/7/2018).

Sendok yang Bisa Dimakan

Setiap tahun, milyaran sendok dan garpu plastik dibuang ke tempat sampah. Ada orang India yang menciptakan solusi. Sendok dan garpu yang dibuat dari “millet” (jawawut atau sekoi, sebuah tumbuhan berbiji kecil, mirip gandum). Setelah diproses, sendok itu keras spt kayu, tidak jadi lunak dalam minuman panas, awet disimpan selama 3 tahun, dan yang paling penting adalah bisa dimakan (atau dibuang). Baru mulai dikembangkan di India. Sendok itu juga dikasih berbagai rasa supaya enak dimakan dan orang yang sudah coba mengaku enak. Dan karena bahan dasarnya adalah jawawut, maka sehat dan bergizi. Luar biasa. Semoga segera mendunia. Indonesia sangat membutuhkannya juga. Coba lihat videonya. -Gene Netto

A Spoon You Can Eat Is a Tasty Alternative to Plastic Waste | Short Film Showcase


20 June, 2018

Hati-Hati Konsumsi Minyak Ikan Omega3

Banyak orang suka makan kapsul minyak ikan dan diberikan kepada anaknya juga setiap hari. Katanya sangat baik utk kesehatan. Tapi juga ada masalah bau kurang sedap kl bersendawa sesudah minum kapsul minyak itu. Ternyata selama beberapa tahun, ada info pro-kontra ttg minyak ikan, yang tidak diketahui kebanyakan orang di sini. Manfaat baik sepertinya ada. Tapi kapsul minyak ikan yang dijual rata2 mengandung minyak yang sudah menjadi basi. Minyaknya menjadi basi karena tidak bisa dijaga kualitasnya sesudah proses pembuatan dan pengemasan. Setelah dikemas, minyak itu sudah mulai membusuk sendiri karena telah tercampur dgn oksigen di udara, dan memang tidak awet di jangka panjang pada suhu yg bervariasi.
Omega3 tetap ada di dalamnya, tapi kurang dari kadar yang diiklankan. Dan dampak minyak ikan yang basi terhadap tubuh manusia dalam jangka panjang belum ada penelitian. Apalagi tubuh anak yang lebih sensitif.
Jadi efek positif terhadap kesehatan belum terjamin, dan kerugian dari minyak basi dalam pertumbuhan tubuh anak tidak ada penelitiannya.
Silahkan berpikir sendiri, dan mencari info lebih dalam, daripada asal ikut2an minum dan kasih kepada anak anda. Semoga bermanfaat. Berikut ini ada bbrp buah berita yang saya terjemahkan. Masih ada banyak lagi (dalam Bahasa Inggris) di Google.
-Gene Netto


Konsumen Disesatkan Oleh Pembuat Minyak Ikan
 
Profesor Wayne Cutfield dari Universitas Auckland mengatakan tim peneliti menemukan produk dengan harga tinggi tidak ada bedanya dengan kualitas produk rendah.
Para peneliti menemukan bahwa sebagian besar suplemen yang diuji sangat teroksidasi, dengan kata lain minyak sedang dalam proses menjadi tengik (BUSUK).
Efek pada manusia dari paparan jangka panjang terhadap minyak yang teroksidasi belum dipelajari, katanya. Namun dia menyarankan mereka yang ingin memastikan tingkat omega-3 yang baik untuk sekadar makan ikan.

[Sumber]: 
Fish oil capsules: false omega-3 claims in Australia, New Zealand
https://www.smh.com.au


Apakah Suplemen Omega-3 Anda Busuk?

Ketika minyak ikan teroksidasi:

1. Memiliki tingkat EPA dan DHA yang lebih rendah. Ketika oksidasi terjadi, kandungan EPA dan DHA minyak ikan juga berkurang. Karena EPA dan DHA adalah molekul utama dari keluarga omega-3, mengurangi konten EPA / DHA berarti mengurangi kemanjuran minyak.

2. Memberikan manfaat kesehatan yg kurang. Dalam sebuah penelitian di Spanyol, para peneliti membagi 52 wanita menjadi tiga kelompok yang berbeda: satu kelompok yang mengkonsumsi lebih sedikit kapsul omega-3 yang teroksidasi, satu kelompok yang mengkonsumsi kapsul omega-3 teroksidasi tinggi, dan kelompok ketiga yang tidak menerima kapsul. Setelah tiga puluh hari, mereka mengukur kadar trigliserida dan kolesterol wanita. Hanya wanita yang menerima kapsul yang kurang teroksidasi telah mengurangi trigliserida dan kadar kolesterol. Sederhananya, hanya mereka yang mengonsumsi minyak ikan yang aman (tidak teroksidasi) menerima manfaat kesehatan yang dijanjikan dari asam lemak omega-3.

3. Mungkin benar-benar menyebabkan kondisi kesehatan yang negatif. Dalam penelitian Spanyol yang sama, para wanita dalam kelompok kapsul teroksidasi tinggi melihat dampak negatif pada tingkat kolesterol mereka. Minyak teroksidasi itu tidak hanya kurang efektif daripada minyak yang kurang teroksidasi; itu menghasilkan konsekuensi kesehatan negatif bagi perempuan.

Jadi, bagaimana sebagian besar produk omega-3 di pasar pada saat ini?

Oke, kami tidak ingin terdengar mengkhawatirkan, tetapi laporan yang dipublikasikan di Selandia Baru, Afrika Selatan, Norwegia, dan Kanada yang menganalisis tingkat produk omega-3 untuk oksidasi mengkhawatirkan. Peneliti Selandia Baru menemukan bahwa 83% dari produk yang diuji melebihi tingkat peroksida yang direkomendasikan oleh industri sementara penelitian serupa dari Afrika Selatan melaporkan jumlahnya 80% untuk suplemen kapsul minyak ikan mereka (4). Di Norwegia, yang merupakan asalnya industry suplemen minyak ikan dulu, hasilnya bahkan lebih buruk. Sebuah studi tahun 2009 menunjukkan bahwa lebih dari 92% dari produk yang disurvei melebihi tingkat oksidasi industri yang direkomendasikan (5).

[Sumber]:  Is Your Omega-3 Supplement Rancid?


Video: Gugatan Membuka Kekhawatiran Terhadap Suplemen Minyak Ikan
Dalam uji kapsul minyak ikan, banyak ditemukan mengandung bahan kimia PCB (yang menyebabkan kanker)

[Sumber]:  Lawsuit Raises Fish Oil Supplement Concerns

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...