Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (557) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (179) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

04 June, 2009

Dukung siapa dalam Pilpres 2009?

Assalamu'alaikum wr.wb.,

Ada yang bertanya kalau saya menjadi WNI dan bisa ikut Pilpres, siapa yang akan saya pilih?

Kalau anda bingung antara dua perkara dalam Islam, Allah sudah memberikan solusinya: shalat istiqharah. Lakukan 2 rakaat dan minta petunjuk kepada Allah saja. Habis itu, baru pilih.

Kalau saya bisa pilih, saya jelas tidak mau dukung Ibu Mega karena dia sudah gagal jadi presiden dalam pilpres sebelum ini berarti rakyat kurang mendukungnya. Dia sudah pernah jadi presiden 1 kali, dan tidak ada kemajuan bangsa yang signifikan, jadi tidak perlu dikasih kesempatan untuk memimpin lagi.

Jadi kita terpaksa pilih antara JK dan SBY. Menurut saya, lebih baik ganti saja Presiden dulu. Walaupun saya kurang suka JK, dan kurang suka Golkar, saya juga kurang suka SBY sekarang. Dia kurang tegas, kurang berpihak pada rakyat, terlalu pro-barat, dan terlalu pelan dalam mengambil keputusan. Dia juga kurang mendukung aspirasi ummat Islam secara umum. Dia melindungi Aburizal Bakrie dan tidak peduli pada korban lapindo (di antara banyak korban dari kasus-kasus yang lain). Dia bergerak terlalu lambat dalam semua perkara dan ada banyak kasus yang tidak tuntas secara baik selama dia menjadi pemimpin.

Jadi, saya ingin melihat presiden diganti. Itu akan memberikan pelajaran kepada rakyat dan semua politikus sekaligus bahwa kalau sudah pernah diangkat menjadi presiden tidak berarti pasti bisa diangkat lagi. Dan kalau seorang presiden tidak bertindak secara baik, rakyat akan gantikan dia dengan yang lain. Tidak cukup duduk saja di kursi presiden dan mempertahankan status quo. Keadaan rakyat tidak memburuk, tetapi tidak membaik juga. Saya kira kita sebaiknya gantikan presiden saja, biar semua politikus berfikir. Dan insya Allah sesudahnya, mereka akan lebih peduli pada rakyat pada periode mendatang.

Selain itu, saya juga kecewa dengan SBY yang angkat Boediono sebagai cawapres. Itu jelas hanya untuk satu alasan saja: biar partai Islam tidak bisa berkuasa pada 2014. Kalau SBY telah mengangkat HNW atau Hatta Rajasa sebagai cawapres sekarang, maka pada tahun 2014 orang itulah yang berada dalam posisi paling kuat untuk menjadi presiden berikut.

Pada saat itu, kalau HNW (misalnya) telah kerja selama 5 tahun sebagai wapres, dan sudah teruji dan membuktikan diri sanggup memimpin bangsa, maka PKS akan meraih suara besar di pemilihan legislatif dan HNW sebagai capres bisa menang dengan mudah di Pilpres 2014. Tetapi Partai Demokrat tidak akan punya kekuatan yang lebih dari sekarang (dan juga mungkin bisa berkurang karena SBY akan turun dari jabatan). PD juga tidak akan punya capres sendiri karena hanya SBY yang punya nama besar di dalam PD. Tetapi sekarang, dengan Boediono sebagai wapres selama 5 tahun, maka nanti Demokrat dan PKS/PAN akan berada pada posisi yang sama dalam Pilpres 2014, yaitu sama-sama tidak punya wapres yang cukup kuat untuk dicalonkan sebagai presiden. (Kecuali PD mendorong Boediono untuk menjadi capres pada tahun 2014, dan saya rasa itu mungkin saja, tetapi agak kecil kemungkinan bisa berhasil.)

Jadi, menolak HNW atau Hatta Rajasa sebagai cawapres adalah tindakan SBY dan Partai Demokrat untuk memblokir kemajuan partai Islam pada tahun 2014. Oleh karena itu, saya merasa kecewa dengan SBY dan PD yang merasa begitu “bersaing” sama partai Islam, sedangkan ummat Islam adalah mayoritas di sini. Partai Demokrat bisa saja mengatur dari sekarang untuk menerima seorang tokoh dari partai Islam sebagai cawapres (misalnya HNW) untuk 2009-2014, dan kemudian memberikan kekuasan dan dukungan secara ikhlas kepada tokoh itu untuk menjadi capres pada 2014 dengan syarat bahwa cawapresnya harus diambil dari Partai Demokrat pada saat itu. Kalau ada tawaran seperti itu kemarin, saya kira partai Islam akan setuju karena saling menguntungkan partai Islam dan juga PD. Tetapi karena Partai Demokrat hanya ingin menang sendiri dalam setiap pemilu, maka partai Islam harus dihitung sebagai “saingan” atau “musuh” dan diblokir kemajuannya dari sekarang.

Selain itu, saya juga kecewa dengan sikap semua partai Islam yang merapatkan barisan di belakang SBY, walaupun SBY menolak partisipasi salah satu tokoh mereka dalam memimpin bangsa sebagai wapres. Para elit partai Islam punya alasan sendiri kenapa mereka tetap setia pada SBY, dan saya kira itu disebabkan mereka merasa SBY bakalan menang. Semua partai mereka “diremehkan” oleh SBY (yang menolak semua calon wapres dari mereka) dan mereka tetap setia sama SBY. Daripada menolak sikap buruk ini dari SBY dan PD, semua partai Islam menundukkan kepalanya dan menjadi pendukung setia SBY. Berarti posisi mereka adalah sebagai orang yang mengabdikan diri kepada SBY, dan SBY sebagai majikan mereka bisa “berbuat jahat” kepadanya dan abaikan aspirasinya tanpa peduli karena mereka tidak mungkin melawan.

Saya akan merasa lebih bangga kemarin kalau semua partai Islam menolak tindakan SBY (saat menolak calon wapres dari partai Islam) dan bergabung untuk membuat satu blok baru. PKS, PAN, PKB, dan PPP bisa bergabung dan memajukan capres sendiri. Sangat mungkin mereka akan kalah, tetapi masyarakat akan melihat perjuangan mereka atas nama ummat Islam, yang insya Allah untuk kepentingan ummat Islam (dan bukan untuk kepentingan elit partai saja).
Walaupun sangat mungkin mereka akan kalah, saya kira ummat Islam akan kembali merasa kagum dengan para pemimpin partai Islam yang berani untuk berjuang. Ternyata, mereka hanya bersedia diam dan nurut dengan kemauan SBY dan PD. Untuk lima tahun ke depan, posisi semua partai Islam itu akan lemah sekali di dalam koalisi SBY (kalau menang), karena masa pemerintahan belum mulai, dan SBY sudah membuktikan bahwa dia bisa menjinkkan semua partai Islam dan bujuk mereka untuk nurut.

Selain itu, saya juga rasa sangat bermanfaat kalau semua partai Islam (yang sudah rapat di belakang SBY) bisa merasakan kekalahan yang signifikan. Harapan saya, setelah kekalahan itu, mereka akan benar-benar melakukan introspeksi diri dan berfikir tentang kenapa ummat Islam tidak mundukung mereka kali ini. Saya berharap para elit partai akan berfikir kembali tentang masa depan bangsa dan masa depan ummat Islam secara khusus. Saya berharap mereka akan “bertaubat” kepada Allah dan mohon maaf kepada Allah dan kepada ummat Islam karena telah gagal menjaga amanah dari ummat Islam untuk mewujudkan aspirasi ummat di dalam pemerintahan. Mungkin juga ada baiknya bila sebagian dari orang elit di partai Islam mengundurkan diri dari jabatan. Sangat jarang terjadi ada anggota elit partai Islam yang mau menyatakan bertanggung jawab dan siap mengundurkan diri, padahal di negara demokrasi lain, hal seperti itu sering terjadi. Baru kemarin ada seorang menteri di Inggris yang mengundurkan diri dari jabatan. Mungkin para pemimpin partai Islam bisa belajar tentang konsep amanah dan tanggung jawab dari politikus kafir yang sepertinya lebih paham daripada para pemimpin partai Islam yang beriman.

Kesimpulannya, saya akan pilih JK-Wiranto kalau saya punya hak pilih. Saya tidak begitu senang dengan JK secara pribadi, dan juga tidak senang dengan Golkar (sudah sering saya mengritik Golkar dan juga JK di blog saya), tetapi saya tidak menginginkan para pemimpin bangsa merasa bahwa kepemimpinan itu adalah hak mereka. Kepemimpinan itu adalah amanah yang kita (rakyat Indonesia, dan ummat Islam sebagai mayoritas) berikan kepada mereka, bukan hak mereka karena sudah pernah memimpin bangsa atau karena uang mereka lebih banyak dari kita.

Saya anjurkan untuk tidak pernah menjadi golput. Kalau ummat Islam memilih golput, berisiko sekali, karena kita tidak tahu siapa yang bisa maju nanti. Kemarin ada teman yang jelaskan bahwa sekarang DPRD di kota Tangerang sudah menjadi 40% non-Muslim – banyak orang Muslim terpecah antara banyak partai (dengan banyak calon yang kurang baik), dan banyak juga yang golput saja. Hasilnya, ummat Islam yang mayoritas dapat “wakil” yang non-Muslim. Supaya ummat Islam bisa bersatu dan mendukung calon yang baik tentu saja harus diawali dengan calonnya dari partai Islam itu sendiri, karena kalau tidak ada, sudah jelas bahwa banyak orang mau golput karena kecewa.

Saya berharap semua politikus dan pengurus partai Islam bisa berfikir secara dalam tetang apa yang mereka lakukan di bidang politik. Mereka mengatakan ingin berjuang atas nama ummat, tetapi sesudah itu, mereka justru tidak mencari “orang yang terbaik” untuk menjadi pemimpin dan hanya sebatas tunduk pada orang yang “paling populer dan sanggup menang”.
Seringkali Nabi Muhammad SAW berhadapan dengan “musuh” (atau lawanan politik) yang lebih kuat dan bakalan menang dalam pertarungan. Sikap Nabi SAW adalah untuk berjuang terus dengan selalu memilih jalan yang terbaik dan sesuai dengan aspirasi ummat Islam. Menang atau kalah; hanya itulah pilihannya. Tidak ada kompromi. Hanya ada kebenaran Islam, haknya ummat Islam dan aspirasi ummat Islam yang wajib diperjuangkan. Tidak ada contoh di mana Nabi SAW datang kepada kafir Quraisy dan minta sekian kursi “jabatan” untuk para sahabat dengan balasan akan menerima semua berhala yang ada di dalam Ka’bah.

Seharusnya pemimpin partai Islam itu memberikan harapan kepada kita dengan menawarkan dan mendukung pemimpin “yang terbaik” dan bukan menawarkan yang paling kaya, paling kuat, atau paling populer. Menang atau kalah, kita bisa merasa bangga telah mendukung mereka kalau mereka memberikan kita seorang calon yang membuat kita merasa bangga, dan dia menawarkan harapan untuk menciptakan bangsa yang lebih baik. Daripada begitu, para pemimpin partai Islam telah memilih jalan yang pragmatis, bukan jalan yang idealis.

Saya kecewa dengan semua partai Islam, dan kemajuan bangsa yang pas-pasan saja. Semua teman saya kecewa. Semua teman dari teman saya kecewa. Sopir taksi kecewa. Ibu rumah tangga kecewa. Anggota pengajian kecewa. Santri dalam pesantren kecewa. (Dan itu hanya sebatas orang yang bertemu dengan saya belakangan ini.) Oleh karena itu, saya berharap semua partai Islam (dan SBY) akan kalah, bukan karena berniat jahat tetapi justru karena sayang pada mereka. Mereka perlu diberikan sebuah pelajaran yang pahit dari ummat Islam: mewakili kita dengan benar dan sungguh-sungguh, atau mengundurkan diri dan membantu orang lain berjuang atas nama ummat Islam!

Insya Allah di dalam periode 2009-2014, para pemimpin partai Islam akan mendapat pelajaran (dari kekalahan) dan akan siap kembali berjuang untuk kita pada pilpres 2014, dan bukan sebatas mendukung orang yang paling kuat atau populer yang bisa membagikan kursi nanti. Itu suatu perjuangan yang sulit, tetapi justru karena sulit ada nikmatnya berjuang untuk membela kebenaran, keadilan, dan aspirasi ummat Islam. Kalau mereka hanya mau mundur dari perjuangan yang sulit dan bersujud di depan SBY untuk mendapatkan kursi menteri, tidak akan ada nikmat perjuangan.

Semoga para pemimpin partai Islam akan segera kembali berjuang untuk mewujudkan aspirasi ummat Islam setelah mereka kalah dalam Pilpres 2009.

Silahkan pilih JK-Wiranto, tetapi jangan lupa shalat istiqharah dulu. Allah saja yang Maha Tahu dan Maha Benar. Saya sebatas penulis renungan saja.

Semoga bermanfaat,
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene Netto

10 comments:

  1. belum ada pemimpin ideal di negara ini, diantara 3 itu.

    Waktu pemilu legislatif, saya berharap, akan ada pemimpin muda yang tampil, sebagai cawapres jg ga apa2, yang penting wajah baru, dan punya track record bagus.

    Ternyata: yang tampil semuanya 'wajah lama' birokrasi lama, yang seolah2 cuma 'ganti baju baru'

    strategi pemenangan politik SBY bakal sulit juga, belum apa2 sudah cap neolib, walau dia berusaha meyakinkan sebagaimana rupa, citra itu tidak mudah hilang cuma dalam 1bulan or 2 bulan ini.

    Belum menentukan pilihan,

    walau mas ipang wahid (kreator iklan, mantan dpp pks) udah menyebrang jadi konsultan komunikasi politiknya JKwin skrg.
    Karena kecewa kali sama pilihannya SBY:), padahal PEmilu lalu iklan kontroversi PKS dia yg buat semua...,

    tapi lihat nanti lha..milih atau engga, atau milih tiga2nya.....,

    ReplyDelete
  2. saya akan istikhoroh.
    namun bagaimanapun, berat rasanya memberikan (waktu, kesempatan, harapan, dll) begitu saja 5 tahun kedepan pada orang yang belum tentu mampu minimal menjaga kestabilan seperti SBY sekarang.

    berjudi bagi saya...

    ReplyDelete
  3. memang sangat dilematik pilpres kali ini. saya sih maunya masa dayat (HNW-red) jadi cawapres. bisa jadi dari capresnya SBY atawa capresnya Prabowo. tapi sudahlah. kita ambil hikmahnya. kalaupun Mas dayat jadi wapres dengan SBY siapa tahu nanati pemerintahan kedepan gagal karena krisis ekonomiyang sangat berat dan itu juga akan menjelekkan mas Dayat dan PKS.

    Hanya Allah-lah sebaik-baiknya pembuat makar.

    ReplyDelete
  4. Secara pribadi, saya kira alasan SBY angkat Boediono dengan alasan membutuhkan ahli ekonomi tidak bisa diterima. Pada saat tsunami di Aceh, SBY tidak membutuhkan seorang ahli dari tim SAR untuk menjadi wapres. Setelah gempa bumi di Yogya dan setelah lumpur panas di Sidoarjo, SBY tidak membutuhkan seorang ahli geofisika atau ahli pertambangan sebagai wapres. Setelah wabah flu burung, SBY tidak membutuhkan seorang dokter dan ahli virus sebagai wapres. Dan setelah besannya, anggota partainya dan teman dekat yang lain ditangkap oleh KPK, SBY tidak membutuhkan seorang ahli hukum sebagai wapres.

    Kok kalau ada gangguan ekonomi sedikit, semua tokoh dari partai Islam harus ditolak dan digantikan dengan seorang ahli ekonomi? Sedangkan dalam kasus2 yang lain, ahlinya cukup menjadi staf ahli presiden yang memberikan nasehat yang baik, dan tidak perlu menjadi wapres.

    ReplyDelete
  5. Assalamualaikum

    Satu hal yang harus difikirkan tentang kepemimpinan adalah mengapa pemimpin dari partai Islam tidak laku dalam pentas politik? jawabnya adalah karena mereka tidak punya Selling Point.

    Menurutku langkah terbaik adalah instropeksi diri.

    Dan satu hal yang harus diingat adalah Allah yang maha berkehendak, memilih siapa yang hendak dihinakan dan siapa yang hendak di beri kedudukan. Kalau teman-teman mendengar ceramah Ust Yusuf mansyur di TV sekitar 2 minggu yang lalu, beliau berkata," bahwa boleh jadi dari rumah kita mantab akan memilih Si A tapi tak kala dibilik pencontrengan tiba-tiba pilihan kita berubah menjadi Si B, ini adalah kehendak Allah."

    Bisa jadi, Pemimpin dari partai Islam tidak dipilih oleh Allah karena mereka memang belum layak untuk jadi pemimpin.

    Kalau aku seperti biasa, biar adil, aku contreng seluruh capres dan cawapres, biar punya 3 presiden he..he

    Afwan kalau salah.

    ReplyDelete
  6. Assalamualaikum
    Mr. Gene apa kabar? Long time no see.
    Sepakat sama Mr. Gene. Kayaknya udah gak mungkin minta capres baru ya? Saya memang gak terlalu sreg dengan ketiganya
    Tapi dari pada harus kesel dan ngebuang kesempatan memperbaiki bangsa, mendingan ikut milih.
    Golput bukan solusi, malah bikin masalah baru. Pemilihan yang kemarin aja banyak yang nambahin suara buat calon2 gak bener.
    Apalagi pilpres. Kalo yang banyak suaranya adalah orang yang berani berbuat curang, mau jadi apa bangsa ini kan?
    Pilihan saya adalah orang-orang yang memiliki nilai dan simbol keIslaman dari tadinya, bukan cuma karena disuruh-suruh, apalagi cuma karena kampanye belaka.
    Kita, warga muslim Indonesia, boleh berbangga hati nanti jika Ibu negara mengenakan simbol Islam di forum dunia, ketika disorot oleh media dunia. At least, Syiar Islam makin luas
    Bukan yang nasionalis tulen, apalagi yang gak kecium bau-bau Islamnya sama sekali. Paling gak ada keamanan hati lah ketika memilih. Kitakan cuma bisa menghukumi yang zhahir saat ini ya, yang masih rahasia esok hari ya biar Allah aja yang ngatur.
    Juga yang bisa adil untuk mengayomi warganya dari Timur ke Barat negara ini. Mudah-mudahan Allah memberikan kita keputusan yang tepat nanti.

    *Mr. Gene, bangsa Indonesia akan sangat bangga kalo Anda jadi bagian utuh dari kami. Gak tertarik untuk konversi yang kedua kalinya? ^_^*

    Wassalam
    Luthfi Darus Sunnah

    ReplyDelete
  7. >>> *Mr. Gene, bangsa Indonesia akan sangat bangga kalo Anda jadi bagian utuh dari kami.
    Gak tertarik untuk konversi yang kedua kalinya?

    Iya. Konversi agama dan nanti konversi kerwarganegaraan. Insya Allah. Pasti banyak yang senang heheh.
    Semoga ya Gene, semoga saja ada yang mau jadi sponsor untuk itu. Biar lebih mudah jalannya. Intinya pasti Allah SWT permudah jalannya kalo memang Dia tetapkan kamu untuk menjadi bagian seutuhnya dari bangsa ini. Amin.

    ReplyDelete
  8. Saya setuju dengan Forlan, hikmah sebuah peristiwa kadang baru kita sadari setelah kejadian tersebut memberikan dampak positif atau negatif jauh setelah peristiwa itu kita sesali.Bagaimanapun ijtihad ini harus diambil, benar dapat 2 salah dapat satu, setelah berijtihad baru bertawakal!

    Sebuah pilihan sulit memang, ibarat buah simalakama, serba salah.Kalau boleh punya aturan sendiri, saya tidak akan memperbolehkan SBY jadi Presiden lagi, karena sudah terbukti menyengsarakan rakyat selama hampir 5 tahun masa mau dilanjutkan kesengsaraannya ??? Kalaupun SBY, jangan yang ada Budiononya, sebab pemerintahan kedepan akan semakin tak berpihak pada rakyat, membunuh perlahan-lahan.Lalu kalau Megawati, sudah tereliminasi untuk jadi pilihan hati, sudah terbukti rakyat dan Indonesia akan lebih sengsara, karena banyak yang berpindah ke negeri orang, berpihak pada wong licik bukan wong cilik.Bagaimana dengan JK-WIN, kombinasi golkar kuning muda dengan golkar kuning tua, yang ini lebih tidak menjajikan lagi, sudah pernah 32 tahun berkuasa, hidup kelihatan stabil secara kasat mata saja, tapi kebebasan dibungkam tanpa suara, Indonesia akan kembali dijajah orde baru, memang belum kapok didzolimi puluhan tahun masih mau coba-coba ? Tim dibelakang mereka adalah wajah2 lama yang punya pengalaman menjajah rakyat Indonesia.

    Tetaplah berijtihad untuk memilih, benar dapat 2, salah dapat 1, setelah itu baru bertawakkal.Pilih yang paling sedikit mudharatnya, bagaimanapun pemimpin itu harus tetap ada.

    ReplyDelete
  9. sebenarnya saya sudah komentar pada yang lalu tapi izinkanlah mr gene saya untuk menanggapi sih nit yang berkomentar.
    saya pikir kalau masalah selling point itu tentu ada pada diri pemipin partai islam seperti mas dayat (HNW-red). Sayanganya media di Indonesia sangat tidak ramah terhadap tokoh-tokoh Islam. mengutip Eep SAefulloh Fatah bahwa sosok capres itu terdiri dari tiga realitas yakni realitas media, realitas survei dan realitas sebenarnya.
    Bagi saya mas dayat sudah punya realitas sebenarnya dengan akhlak baiknya yang menonjol. sayang seribu sayang mas dayat tidak mempunyai dukungan dari realitas survye dan realitas media. Kita tahu lah orang-orang LSi seperti Burhanuddin Muhtadi tidak suka dengan Mas Dayat.

    ReplyDelete
  10. hemm Jadi seandainya yg terpilih CAWAPRES itu dari PKS maka temen2ku akan pilih SuraBaya? hemm seperti pengemis meminta jatah sama majikan,..... kasihan deh! mendingan kita pengaruhi orang2 PKS untuk kembali mengkampanyekan ide Syariah.

    JGN BINGUNG KETIKA ANDA TURUN DARI GERBONG PKS, MASIH ADA ALTERNATIF GERBONG SYARIAH


    ardobinardi

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...