(Oleh Kreshna
Aditya)
Januari lalu ada berita bahwa guru-guru di sebuah SMA di
negara bagian Washington, Amerika Serikat, memboikot kebijakan pemerintah dan
menolak memberikan standardized test pada siswa-siswanya. Mereka menganggap kebijakan
ini akan merugikan kepentingan siswa. [Padahal tidak se-high risk UN lho.]
Di akhir Januari, gerakan boikot ini mulai meluas, mendapat
dukungan dari organisasi guru dan juga ditiru oleh guru-guru dan orang tua di beberapa
sekolah lain. Mereka juga mendapat dukungan dari para pakar pendidikan di
Amerika.
Sebagai akibatnya, di awal Februari guru-guru ini mendapat
ancaman sanksi, termasuk pemotongan gaji. Mereka juga khawatir akan mendapat hambatan
karier. Tapi, mereka jalan terus dengan tetap bilang bahwa kepentingan siswa
adalah nomor satu.
Akhirnya, berita hari ini menyebutkan mereka tidak akan
mendapat sanksi dan pemerintah negara bagian Washington menyatakan akan
merevisi kebijakan mereka terkait standardized test dan akan mengurangi secara signifikan
fokus berlebihan pada tes. Guru-guru ini berani mengambil risiko berdiri
menghadang kebijakan pemerintah demi kepentingan siswanya sampai akhirnya
berhasil memperjuangkan tuntutan mereka.
Sedangkan di sini, saya membaca di milis-milis dan group
guru, begitu banyak guru yang berkata, "Kita ini guru profesional. Apapun
kebijakan pemerintah kita nikmati saja, jangan banyak berdebat dan berprasangka
buruk dulu. Yang penting adalah bagaimana kita memberikan pendidikan terbaik di
dalam kelas."
Saya ingin tahu, sebenarnya mana yang lebih bisa disebut
sebagai guru profesional?
Salam,
Kreshna Aditya
Teachers refuse to give standardized test at Seattle high
schools — Update
Teacher boycott of standardized test in Seattle spreads
Seattle teachers face sanctions for refusing to give
standardized test
Seattle teachers boycotting standardized test won't be
punished
No comments:
Post a Comment