Ribuan guru sekolah di Denmark sedang berhenti kerja untuk sementara.
Mereka menolak tuntutan pemerintah untuk habiskan waktu lebih lama di kelas
setiap minggu. Saat ini, 70 ribu guru itu menghabiskan 16 jam di kelas, dan
sisa waktu digunakan untuk persiapan materi dan lain-lain. Pemerintah menuntut
agar setiap guru harus berada di kelas (mengajar) untuk 25 jam, dengan tambahan
persiapan materi di atasnya. Dan tentu saja, siswa juga harus masuk kelas
beberapa jam lebih dari sekarang.
Karena tidak bisa setuju, pemerintah ambil keputusan untuk
mengunci semua sekolah, agar guru tidak bisa masuk. Para guru membalas tindakan
pemerintah itu dengan berdiri di luar dan membentuk barisan antar dua kota,
sepanjang 35 kilometer, agar diperhatikan.
Hampir 900 ribu anak tidak bisa masuk sekolah. Ratusan ribu
orang tua yang kerja kena masalah “penampungan” karena tidak ada tempat untuk
semua anak itu. Ada perkiraan kondisi ini bisa berlangsung selama 2 bulan,
karena serikat guru sudah siapkan dana untuk bertahan dalam aksi melawan
pemerintah itu. Gangguan terhadap ekonomi negara bisa dibayangkan.
*********
Di Indonesia, ada 3 juta guru yang mengajar 50 juta siswa.
Banyak dari guru itu, mungkin mayoritas besar, tidak setuju dengan Ujian
Nasional. Dan juga tidak setuju dengan Kurikulum 2013. Tetapi sampai sekarang,
belum pernah ada “aksi” dari 3 juta guru itu. Kebanyakan memilih diam saja (setiap
tahun), dan nurut dengan pemerintah, mungkin karena takut kena sangsi kalau
melawan pemerintah. Masa depan anak didik yang tidak dibantu dengan adanya
Ujian Nasional (yang penuh kecurangan karena hanya nilai lulus yang penting)
tidak mau diperhatikan para guru Indonesia. Banyak guru yang jujur mengaku
sendiri bahwa mereka hanya mau “mencari selamat” bagi diri sendiri. Sangat
berbeda dengan guru di manca negara yang merasa “kerja untuk kepentingan siswa”
dan bukan “kerja untuk melayani pemerintah”.
Apakah guru Indonesia juga bisa kerja untuk kepentingan semua
siswa, di atas segala-galanya?
Wassalam,
Gene Netto
*********
[Lihat video di BBC]
[Baca selengkapnya di BBC]
No comments:
Post a Comment