[Dari teman di group guru]:
Mahkamah Konstitusi (MK) menolak pengujian UU Guru dan Dosen yang awalnya
dimaksudkan untuk membatasi profesi guru hanya bagi sarjana pendidikan saja.
Semua sarjana dan lulusan Diploma 4 di luar kependidikan tetap berkesempatan
menjadi guru, sama dengan lulusan pendidikan keguruan (Detikcom, 28/3/2013)
Untuk menjadi guru, yang terpenting itu bukan dari kampus mana mereka berasal, tapi bagaimana kompetensinya. Jika karena ini profesi guru diperebutkan banyak sarjana, ya bagus-bagus saja. IMHO, jika ada profesi yang seleksinya paling ketat dan tingkat persaingannya amat tinggi, saya ingin profesi itu adalah guru. Sehingga kita berpeluang mendapatkan rekrutan guru yang “best of the best”, sebab kepadanya kita akan menggantungkan lahirnya generasi terbaik…
Ayo semua sarjana terbaik, melamarlah menjadi guru…
Untuk menjadi guru, yang terpenting itu bukan dari kampus mana mereka berasal, tapi bagaimana kompetensinya. Jika karena ini profesi guru diperebutkan banyak sarjana, ya bagus-bagus saja. IMHO, jika ada profesi yang seleksinya paling ketat dan tingkat persaingannya amat tinggi, saya ingin profesi itu adalah guru. Sehingga kita berpeluang mendapatkan rekrutan guru yang “best of the best”, sebab kepadanya kita akan menggantungkan lahirnya generasi terbaik…
Ayo semua sarjana terbaik, melamarlah menjadi guru…
****************
Menurut saya, ini sebuah kemajuan yang baik sekali.
Saya lulus dari fakultas Kajian Asia (Asian Studies) dan setelah
itu ambil D1 (yang khusus untuk mahasiswa yang sudah dapat Bachelor of Arts)
untuk menjadi guru bahasa asing dan guru sejarah. Hampir semua teman saya yang
menjadi guru ambil jalur yang sama. Alasanya adalah masa depan kita lebih
fleksibel. Kita bisa menjadi guru, bisa kerja di swasta, bisa buka usaha
sendiri, dsb.
Artinya, menjadi seorang
guru adalah PILIHAN kita dan bukan “nasib” karena tidak ada pekerjaan lain yang
bisa dilakukan. Dan dari apa yang saya lihat di lapangan, guru yang lewat jalur
ini lebih semangat dan lebih berilmu. Mereka semua sudah lulus S1 (Bachelor of
Arts di Australia hanya 3 tahun, tanpa skripsi), dan oleh karena itu sudah
pahami ilmu masing2 secara baik dan dalam. Lalu dalam pelajaran intensif satu
tahun, dapat ilmu pedagogi untuk menjadi seorang guru. Hasilnya sangat bagus,
dan semua orang itu MEMILIH untuk kerja sebagai guru, bukan “harus” menjadi
guru karena lulus dari S1 Fakultas Pendidikan (yang hanya bisa kerja sebagai
guru).
Guru memang perlu bersikap professional. Harus ada pelajaran
khusus. Tidak semua orang bisa menjadi guru dan tidak semua orang bisa
mengajar. Semua itu betul. Tetapi tidak berarti satu-satunya cara menjadi guru
adalah dengan S1 di Fakultas Pendidikan, lalu selain itu tidak benar.
Seringkali ada guru yang merasa “terancam” dan mengatakan
orang yang tidak lulus Fakultas Kedokteran tidak boleh menjadi dokter, jadi
kenapa orang yang bukan dari Fakultas Pendidikan bisa menjadi guru??
Perlu dipahami bahwa guru dan dokter tidak sama, jadi jangan
disamakan. Dokter lebih rumit dan lebih repot lagi pekerjaannya, makanya lebih
lama dan hanya bisa jadi dokter dengan cara lulus Fakultas Kedokteran. Tetapi
untuk menjadi guru, maka salah satu hal yang terpenting adalah ILMU-nya. Dan
untuk mendapatkan ilmu yang berkualitas, ada beberapa tempat, bukan hanya di
Fakultas Pendidikan saja. Kalau mau jadi guru biologi di SMA, maka orang yang
belajar Biologi dalam kuliah, dan setelah lulus, belajar lagi ilmu pedogogi
untuk menjadi seorang guru bisa menjadi guru yang sangat baik sekali. Ilmu
biologinya mantap, dan ilmu pendidikan juga mantap. Jadi insya Allah ini suatu
kemajuan yang baik, dan akan membawa banyak orang berkualitas tinggi ke dalam
sistem pendidikan di Indonesia.
Wassalam,
Gene Netto
No comments:
Post a Comment