Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (557) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (179) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

28 November, 2013

Apa Selalu Harus Taat Pada Aturan?



[Ada guru yang berkomentar bahwa siswa tetap harus taat pada aturan sekolah, dengan contoh dilarang punya rambut panjang bagi anak laki. Ada aturan, harus taat. Saya memberikan penjelasan bahwa kadang ada yang lebih penting daripada “taat pada aturan”.]

Saya kira kita semua setuju bahwa siswa harus “belajar” untuk taat pada aturan. Itu suatu prinsip yang umum. Jadi kita tidak berbeda pendapat soal itu. Tetapi dalam proses belajar itu, ada suatu prinsip yang LEBIH TINGGI kedudukannya, dan juga LEBIH PENTING. Dan ITU yang tidak dipahami dan tidak mau dibahas oleh banyak guru di sini.

Kalau dalam peraturan sekolah ada larangan bagi siswa laki untuk punya rambut panjang atau gondrong, apakah larangan itu ada di SEMUA sekolah? Apa diwajibkan dari Kemdikbud sebagai kebijakan nasional, karena penting bagi pendidikan semua anak? Apa definisi “rambut panjang” diberikan (berapa senti)? Atau terserah guru untuk menilai sendiri (guru selalu benar, siswa selalu salah)?

Beberapa Artikel Tentang Pemukulan Terhadap Siswa dan Anak














21 November, 2013

Dokter Atau Pejabat Yang Lebih Patut Dianggap “Kriminal”?



Setelah ada informasi tentang kasusnya Dr. Ayu yang sudah dipenjarakan sebagai seorang “kriminal”, banyak dokter dan orang yang peduli pada masyarakat Indonesia mulai memikirkan apa yang bisa terjadi di jangka panjang, kalau kasus ini tidak segera selesai. Bahkan sekarang ada dokter yang sudah siap “berhenti menjadi dokter” karena kuatir masa depan keluarga mereka terancam kalau seorang dokter yang baik bisa masuk penjara kapan saja.

Apakah ada dokter yang buruk? Pasti ada. Apakah semua dokter buruk? Tentu saja tidak. Ada banyak dokter yang kerja sampai larut malam, Sabtu dan Minggu juga, tinggalkan keluarganya dalam sekejap karena harus periksa pasien secara mendadak, dan tangani ratusan pasien setiap hari, semuanya dengan bayaran kecil. Tetapi malah kena penghinaan dari Menteri Kesehatan sendiri. Luar biasa. Presiden juga diam dan tidak mau peduli, padahal para dokter itulah yang akan mengobati dia dan keluarganya kalau jatuh sakit.

Kalau seorang pasien wafat, lalu orang tuanya marah, maka itu wajar (ada orang tua yang pasrah, ada yang menjadi marah). Tetapi apakah wajar kalau seorang dokter langsung dianggap seorang kriminal, dan dipenjarakan seperti kriminal, hanya karena ada Jaksa Penuntut yang tidak mau lepaskan kasus itu sampai berhasil penjarakan seorang dokter?

16 November, 2013

Mohon Bantuan Mencari Pekerjaan Untuk Teman Saya



Assalamu’alaikum wr.wb.,
Teman saya Ahmed adalah orang Inggris dan sudah 1,5 tahun kerja di Jakarta. Karena kondisi ekonomi yang buruk di Inggris, tidak ada banyak pekerjaan di sana, jadi dia harus tinggalkan isteri dan anak di London untuk kerja di Jakarta. Dia sedang mencari pekerjaan baru karena kontrak di sini mau habis. Boleh di Indonesia, atau di negara lain. Dia cari pekerjaan pada tingkat managemen perusahaan besar, khususnya yang berkaitan dengan IT. Contoh pekerjaan:

·         CEO
·         Director atau Managing Director
·         Chief Operating Officer
·         Chief IT Officer
·         Project Manager

Mohon info ini disebarkan ke semua teman, termasuk yang di Eropa, Amerika, dan negara2 lain. Terima kasih banyak atas bantuannya. Kalau ada yang bisa bantu, silahkan hubunginya langsung di : ahmed_zaman@hotmail.com
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto

Sedikit dari pengalaman kerjanya:
Current:
Danone Group, Jakarta - Senior Project Manager
Role: Business Transformation, Business Improvement Delivery through IT/SAP; Business Process Re-Engineering

Previous:
1. Management/IT Consultant, London, UK
Role: Working with Clients in Turkey, London, Egypt, USA on Strategy, Business Planning/Development, IT Operations

Ceramah untuk Umum - Pengajian Bulan Muharram



Pembicara: Gene Netto

Tanggal: Hari Minggu, 17 Nov, 2013
Waktu: 18:00 sampa selesai

Tema: Makna Hijrah dan Rasionalitas Islam

Lokasi:
Masjid Al-Mudzakarah
Jl. Baing Rt 7/9
Kel. Kampung Tengah
Kec. Kramatjati,
Condet, Jakarta Timur

Siswa “Monster” Yang Berubah Cepat Lewat Diskusi

Assalamu’alaikum wr.wb. Dulu saya mengajar di sekolah negeri SMP-SMA di Brisbane, Australia. Saya masih muda, sangat idealis dan masih belajar tentang pendidikan dan psikologi anak. Di hari pertama, saya diberitahu akan dapat kelas 8-F. Banyak guru langsung teriak, karena di kelas itu ada Luke! Katanya, Luke sering ditangkap polisi. Dia pernah coba membakar gedung sekolah, menyerang guru, berkelahi di kelas, dll. Setiap hari dia dikeluarkan dari setiap kelas dan dikirim ke ruangan kepala sekolah.

Para guru senior mulai menggambarkan sosok sebuah monster, dengan tanduk, mata merah, dan taring yang tajam. Tidak ada siswa yang lebih buruk katanya. Mereka berharap saya akan selamat kl harus mengajar Luke. Saya berusaha meyakinkan diri bisa mengajar sebuah monster seperti itu. Di kelas, saya panggil nama “Luke” lalu dapat kejutan. Mukanya sangat manis dan harus dikatakan ganteng. Ini si monster?

Saya mulai mengajar. Lima menit kemudian, ada anak yang mengejek Luke jadi dia berdiri dan menyerang. Saya tahan Luke dan suruh dia duduk. Guru senior yang awasi saya diam saja. Saya tegor anak yang menghina Luke dan berdiri dekat anak itu. Luke juga duduk dan kerjakan tugas tanpa masalah lagi. Ternyata, Luke hanya bertindak setelah dihina anak lain. Anehnya, guru2 senior salahkan Luke karena menyerang, tetapi biarkan anak itu menghina Luke.

Sore itu, Luke berdiri di luar ruang guru. Saya mulai berpikir. Di dalam kuliah psikologi pendidikan, anak seperti ini dibahas. Ada banyak cara di dalam buku teks psikologi untuk bantu dia. Apa bisa saya praktekkan dengan Luke? Saya coba ajak dia diskusi. Tujuan hidup Luke apa? Katanya mau jadi pilot. Tapi saya bilang, kl nakal terus, nanti bisa masuk penjara. Jadi saya suruh dia pilih yang lebih utama. Penjara atau pilot. Dia bilang ingin pilih menjadi pilot.

Saya jelaskan, anak-anak lain di kelas itu sengaja mengejek Luke sebagai “permainan”. Penghinaan mereka itu ibaratnya “perintah menyerang” dan Luke selalu taat dan membuat mereka ketawa setelah dia kena hukuman. Jadi Luke harus belajar untuk mengabaikan mereka. Yang penting hanya pendapat Luke tentang diri sendiri, bukan pendapat dari orang jelek. Dia bilang semua orang pasti marah kalau diejek. Saya keluarkan 20 dolar (sekitar 200 ribu rupiah). Saya bilang “Coba menghina saya, dan kalau saya jadi emosi, kamu menang uang ini.”

Dia mulai ucapkan kata-kata kasar, sampai kehabisan kata dan saya masih senyum. Dia bingung. Kok bisa? Saya jelaskan, menjadi marah adalah pilihan kita. Saya yakin bahwa saya orang yang baik, jadi saya tidak peduli pada pendapat dia. Dan Luke juga bisa sama. Tidak perlu menjadi marah.

Saya ajak dia coba berdua dengan saya, dengan cara saling menghina. Saya mulai menghina dia, dan dia balas menghina saya juga. Setelah 5 menit kami kehabisan kata dan mulai ketawa berdua. Saya bilang, sudah terbukti. Luke juga bisa menahan diri dan tidak menjadi marah.

Besok, kl ada yang menghina Luke di kelas, saya janji akan hentikan “serangan” mereka itu, dan melindungi Luke. Dia kaget. Kok ada guru yang mau “melindungi” dia? Saya bilang saya akan selalu melindungi dia karena dia siswa saya. Dia diam, seakan-akan belum pernah dapat kepedulian seperti itu dari orang dewasa. Saya bilang dia harus percaya pada saya, tidak menyerang orang lain, dan saya akan melindungi dia. Besok ada siswa yang menghina Luke, dan saya langsung tegur dan suruh minta maaf. Luke tidak gerak.

Besoknya, saya ajak Luke diskusi lagi. Kalau mau jadi pilot, harus dapat nilai A terus. Dia bilang tidak mungkin dapat A karena selalu dapat D dan E di rapor. Saya ingat pelajaran dari dosen psikologi. Saya tawarkan A saat itu juga, dan Luke hanya perlu “menjaganya” dengan tidak berbuat salah. Saya ambil rapor Luke dari laci, dan menulis A di depan matanya. Kalau dia berkelahi, nilai itu akan turun, tapi kalau dia kembali baik, naik lagi menjadi A. Nilai A itu sudah menjadi hak milik dia, dan hanya perlu dijaga setiap minggu dengan akhlak yang baik.

Dalam rapat guru minggu itu, kepala sekolah bertanya apakah Luke sakit, karena dia sudah seminggu tidak ketemu Luke. Padahal biasanya ketemu setiap hari. Sepuluh guru langsung tunjuk kepada saya. Kepala sekolah bingung dan bertanya, “Apa yang kamu lakukan pada Luke?” Saya jelaskan isi dari diskusi saya dengan Luke, dan teori psikologi anak yang sedang digunakan. Saya jelaskan cara saya fokuskan pikirannya ke masa depan ingin menjadi pilot, dan cara memilih yang terbaik sekarang. Kepala sekolah mengatakan, “Bagus sekali Gene, tolong diteruskan!” Saya kaget. Masih guru muda, dan tiba-tiba dapat pujian di depan 60 guru senior.

Total waktu saya yang habis untuk diskusi dengan Luke mungkin hanya 15 jam saja. Masalah utama dia sebenarnya ada di rumah. Orang tuanya tidak ingin punya anak. Bapak sering hajar dia. Ibu sering menghina dia dan bilang bahwa dia tidak diinginkan. Jadi Luke belum biasa merasakan kasih sayang, perhatian dan perlindungan dari orang dewasa dan itu sebabnya dia menjadi liar di sekolah.

Setelah saya pindah ke Indonesia tahun 1995, di zaman sebelum ada HP, email dan internet, saya tidak pernah dapat kabar lagi tentang Luke, jadi tidak tahu kalau apa dia menjadi pilot atau masuk penjara. Tapi saya masih ingat pada dia. Mungkin dia merasa dapat “pelajaran” dari saya, tapi saya malah bersyukur sekali karena dia menjadi pelajaran yang paling penting dalam kehidupan saya sebagai seorang guru.

Semua anak yang “nakal” bisa berubah. Anak “monster” bisa berubah. Terserah kita yang menjadi guru, orang tua, saudara dan tetangga. Apa kita mau datang kepada anak bermasalah sebagai teman dan tawarkan bantuan, nasehat, perlindungan, dan kasih sayang? Kalau kita siap menolong mereka dengan sungguh-sungguh, insya Allah anak yang sangat nakal bisa berubah sebelum menjadi orang yang merusak komunitasnya sendiri.

Ini kisah nyata yang saya alami sendiri. Saya masih ingat dengan tajam sampai sekarang pengalaman saya ketemu dengan Luke. Semoga kisah ini bermanfaat bagi teman-teman guru dan orang tua yang peduli pada masa depan anak Indonesia.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
-Gene Netto

15 November, 2013

Pelajar SMA Bacok Guru dan Rekannya di Sekolah



[Ini komentar saya kepada para guru, di sebuah group. Siswa itu mengatakan dia membacok gurunya karena disuruh potong rambut. Beritanya ada di bawah. -Gene]

Boleh saya ikut berkomentar? Kalau ada yang ingat, lebih dari 6 bulan yang lalu saya berusaha ajak para guru membahas persoalan razia rambut gondrong di sekolah. Kebanyakan guru tidak mau tahu, dan ada yang langsung menghujat saya. Saya sudah lama menunggu berita siswa menyerang guru, disebabkan perkara ini. Jadi saya tidak heran. Apa sekarang saya boleh coba lagi mengajak para guru membahas ini secara serius? Atau apa masih mau menghujat saya saja, dan biarkan guru lain dibacok dan bahkan dibunuh?

Dulu, waktu dibahas, hasilnya seperti ini: Pertama, ada guru yg mengatakan ini bagian dari ajaran Islam. Pria harus punya rambut pendek. Saya buktikan Rasulullah SAW punya rambut panjang sampai bahu (ada hadiths). Lalu argumentasi guru berubah. Ini bagian dari budaya Indonesia. Saya orang asing jadi tidak mengerti. Saya buktikan banyak pria punya rambut panjang di tahun 70an, 80an dan 90an. Jadi ini “budaya Indonesia” untuk berapa tahun? Lalu argumentasi guru berubah. Ini bagian dari aturan sekolah. Siswa wajib nurut. Saya minta definisi “rambut gondrong” dan jawabannya bervariasi. Banyak guru mengaku aturan sekolahnya memang tidak ada atau tidak jelas. Jadi terserah guru untuk memaksakan siswa nurut atau tidak. Yang penting pendapat guru selalu benar, siswa selalu salah.

12 November, 2013

Mohon Bantuan Beli Daging Sapi Untuk Yatim & Jompo di Karawang



Assalamu'alaikum wr.wb.,
Teman2, di Desa Purwadana, Karawang, ada keinginan membuat program sosial di bulan Muharram ini. Seperti yang biasanya dilakukan sebelumnya, mau disembelih 2 sapi untuk bagikan daging kepada 230 anak yatim dan 509 jompo. (Kami sudah 4 kali melakukan program ini).
Diminta 30 juta rupiah untuk beli 2 sapi (sektiar 12-13 juta per ekor) ditambah sedikit uang santunan untuk setiap orang. Kegiatan ini dilakukan secara rutin oleh teman saya di sana Ust Muhtadin, karena semua orang miskin di Desa Purwadana sangat jarang bisa makan sapi, dan rata2 kurang gizi. Kalau ada yang mau bantu, mohon segera kirim sedekah atau zakatnya ke rekening sosial saya seperti biasa.

BCA (Bank Central Asia)
KCU Menara Bidakara
No. Rek. 4502214881
A/N Eugene F. Netto
[Rekening ini khusus untuk anak yatim, dhuafa, jompo, dan kegiatan sosial lain.]

Rasulullah SAW bersabda, “Aku dan pemelihara anak yatim di surga seperti ini (dan beliau memberi isyarat dengan telunjuk dan jari tengahnya, lalu membukanya.” (HR. Bukhari, Turmidzi, dan Abu Daud)

245. Siapakah yang mau memberi PINJAMAN kepada Allah, pinjaman yang BAIK (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan MELIPAT GANDAKAN pembayaran kepadanya dengan LIPAT GANDA yang BANYAK. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.
(QS. Al-Baqarah 2:245)

Terima kasih. Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene Netto

Menjadi Muslim Seperti Orang yang Dikasih Mobil Mercedes Benz

Assalamu’alaikum wr.wb.,
Minggu kemarin saya diskusi dengan orang bule yang tidak percaya pada Tuhan (ateis), dan karena itu, dia tidak bisa terima Islam. Katanya dia sudah baca sedikit tentang ajaran Islam, dan langsung dapat beberapa hal yang tidak dia senangi (dalam pengertian dia yang sangat terbatas), maka dia menjadi malas belajar lebih dalam. Saat saya ceritakan pertemuan itu di Facebook, banyak orang minta saya menulis seluruh isi dari diskusi itu, atau membuat bukunya. Karena belum sempat menulis buku seperti itu, saya diminta berikan poin terpenting dari diskusi itu. Salah satu poin yang sangat masuk hati dia adalah perumpamaan sebagai berikut.

Usaha untuk menerima Islam sama seperti menerima mobil baru, misalnya Mercedes Benz. Setiap orang di suatu komunitas dikasih satu mobil baru secara gratis dan disuruh pakai untuk kepentingan mereka. Mereka tidak perlu bayar dan tidak ada kewajiban apapun untuk balas budi dan sebagainya. Tinggal terima saja dan pakai, jadi banyak orang langsung ambil dan menikmatinya. Lalu beberapa orang yang dikasih mobil2 baru itu masuk ke dalam. Mereka melihat radio. Kok tombol Volume di radio ada di sebelah kanan, padahal di radio dalam mobil lama mereka, tombol itu di sebelah kiri. Bisa bingung nanti pas bawa mobil, dan salah pegang tombol. Berarti mobil ini ada “kelemahan” yang tidak menyenangkan. Tidak sesuai dengan harapan dan perkiraan mereka, atau tidak sesuai dengan apa yang sudah biasa bagi mereka.

11 November, 2013

Terkumpul 40 Juta Untuk Anak Yatim Piatu yang Lumpuh di Cilacap



Assalamu’alaikum wr.wb.,
Kemarin ada banyak teman yang siap membantu Nuryati, anak yatim piatu yang lumpuh, berusia 15 tahun, dan tinggal di kampung di Cilacap. Selama 13 tahun Nuryati lumpuh, belum pernah ke dokter (rumah sakit jauh dan tidak ada dana), dan juga belum pernah sekolah.

Sekarang, atas bantuan teman2 yang mau bersedekah, sudah terkumpul dana sekitar 40 juta, dan masih ada transfer yang belum masuk dari negara2 lain (insya Allah masuk awal minggu ini). Sudah ada yang beli kursi roda yang bagus di Jakarta, dan ada orang yang mau antarkan. Yayasan di Yogya yang sediakan kursi roda gratis punya orang yang sedang di Cilacap, jadi mereka siap periksa Nuryati juga, dan inysa Allah dia bisa dapat kursi roda yang kuat dari mereka untuk dipakai di luar rumah. (Saya sengaja cari 2 kursi roda agar satu bisa selalu bersih di dalam rumah, dan satu lagi untuk di luar rumah).

Gawat! 10 Bulan, 256 Siswa SMP – SMA Hamil dan Menikah Di Bawah Umur



Penulis: redaksi | 06/11/2013
REOG.TV,  PONOROGO - Prilaku seks bebas di kalangan Pelajar di Ponorogo, Jawa Timur, sangat menghawatirkan. Dalam sepuluh bulan terakhir, sekitar 200-an siswi hamil dan menikah di bawah umur. Data ini terungkap dari banyaknya permohonan dispensasi menikah di bawah umur, di Pengadilan Agama setempat. Para siswa yang sudah hamil, mengajukan permohonan, agar bisa menikah. 

Banyaknya jumlah anak di bawah umur yang menikah ini disampaikan Ketua Pengadilan Agama Kabupaten Ponorogo, Ati Khoriyah. Dispensasi atau keringanan untuk menikah, karena belum cukup umur, yaitu di bawah 16 tahun untuk perempuan dan laki laki di bawah 19 tahun. Untuk bisa menikah secara sah dan diakui hUkum, harus ada putusan Pengadilan Agama, yang mengijinkan keduanya menikah.”Kalau tidak ada putusan, tidak bisa menikah,” ungkapnya.

Lebih memprihatinkan lagi, ternyata mereka yang mengajukan dispensasi, sudah dalam kondisi hamil. Mereka juga kebanyakan berstatus pelajar, sma bahkan smp. “Ada SMP, SMA atau sederajat SMP dan SMA,” tambahnya. 

Pertemuan Yang “Kebetulan”



Assalamu’alaikum wr.wb.,
Kemarin, saya ada meeting di Thamrin, dan selesai dekat waktu jam 5 sore. Sudirman kelihatan macet sekali, jadi saya pulang lewat Menteng ke Kuningan dan jalan Kasablanca. Karena macet, saya kira lebih baik shalat maghrib dulu di Kota Kasablanca (Kokas). Saya ajak teman ketemu di situ untuk makan malam. Tapi di saat itu, mulai hujan deras sekali, dan rumah dia jauh, jadi dia bilang belum tentu bisa datang. Cek lagi habis maghrib, katanya.

Saya masih di jalan dan sudah merasa capek. Rasanya agak malas ke Kokas, jadi mungkin lebih baik pulang saja. Tanpa saya bisa jelaskan kenapa, tiba2 saya suruh sopir taksi masuk Kokas dan saya turun di situ, dan cari tempat ngopi. Setelah selesai, dan mau tinggalkan kafe, ada orang bule yang masuk dan taruh tasnya di meja sebelah. Dia taruh laptop di meja dan pergi untuk pesan kopi, dan tinggalkan laptop dan tasnya di samping saya.

Saya kaget melihatnya. Walaupun kami berada di mall yang bagus, pencurian tetap saja terjadi di tempat seperti itu. Saya diam di kursi dan menunggu dia kembali, sambil jaga tasnya. Saat dia duduk, saya tanya apa dia tinggal di sini (jadi mesti sudah paham) atau baru datang? Saya jelaskan bahwa kalau laptop dan tas ditinggalkan untuk 30 detik saja, di mana saja, bisa hilang. Dia kelihatan kaget. Ternyata, dia merasa “aman” di dalam mall, dan dia ucapkan terima kasih sekali, karena belum ada yang suruh dia berhati2.

08 November, 2013

Apa Benar Umat Islam Peduli Pada Anak Yatim?



Assalamu’alaikum wr.wb.,
Kemarin saya berusaha kumpulkan uang untuk seorang anak yatim yang lumpuh di Cilacap, dan belum pernah dibantu seumur hidup. Dia tidak pernah sekolah karena tidak ada kursi roda. Pertama saya berusaha kumpulkan uang, ternyata hanya 9 orang dari sekitar 20 ribu orang yang terima artikel saya yang mau bantu. Saya membuat artikel kedua, dan bertanya kenapa tanggapan dari begitu banyak orang Muslim bisa begitu minimal.

Beberapa orang merasa tersentuh dan setuju bahwa kita semua bisa lakukan lebih, dan mereka juga mulai bantu saya cari uang. Tapi ada pendapat lain dari beberapa orang. Katanya, jangan berburuk sangka. Jangan salahkan umat Islam. Mungkin saja 20 ribu orang punya program masing2 untuk menyantuni anak yatim sendiri, jadi tidak perlu lewat saya. Apakah mungkin itu benar?

Mohon maaf bagi yang tidak berkenan, tapi saya tidak percaya. Saya punya pengalaman luas bicara dengan ratusan ribu orang Muslim secara langsung. Ketika membahas anak yatim, mayoritas dari mereka (di atas 90%) mengatakan tidak ada santunan rutin untuk anak yatim, dan bahkan bertanya kepada saya bisa ketemu anak yatim di mana. Ada juga orang yang mengaku tidak pernah bantu anak yatim yang merupakan keponakannya sendiri.

05 November, 2013

Ya Allah, Kenapa Umat Islam Seperti Ini?




Ya Allah, Kenapa Umat Islam Seperti Ini?

( #HelpNuryati )
Assalamu’alaikum wr.wb.,
Seminggu yang lalu, saya menulis artikel dengan judul “Mohon Bantuan Untuk Anak Yatim Piatu Yang Lumpuh Di Cilacap” dan saya sebarkan info itu lewat Facebook, blog, email, milis, Twitter dan BBM. Dari semua sumber itu, saya perkirakan minimal 20.000 orang Muslim melihat artikel tersebut.

Saya jelaskan bahwa anak yatim piatu bernama Nuryati itu tinggal di kampung kecil, di Desa Karang Sari, Kecamatan Cimanggu, Cilacap. Usianya 15 tahun dan sudah lumpuh sejak usia 2 tahun. Dia hanya bisa bergerak dengan cara ngesot karena tidak punya kursi roda. Belum pernah diperiksa oleh dokter. Belum pernah sekolah. Tidak dapat bantuan rutin dari siapapun. Ada adiknya juga, Taufik Hidayat, berusia 8 tahun, di kelas 1 SD. Nuryati dan Taufik ditampung oleh paman mereka yang hidup pas-pasan, dan kerja di sawah orang lain atau jadi guru ngaji kalau ada yang panggil. (Saya sudah telfon paman itu, sudah dapat alamat yang jelas, dan bapaknya teman saya sudah kenal dia secara pribadi. Jadi info ini sudah dijamin benar insya Allah).

01 November, 2013

Apa Anak Kita Lulus Ujian Sekolah Karena Paham?

Assalamu’alaikum wr.wb.,
Ada seorang anak SMA yang diskusi dengan saya, setelah dia selesaikan ujian di sekolah. Saya tanya tentang ujiannya, dan apa dia bisa memahaminya. Dia mulai senyum dan mengaku bahwa dia nyontek di dalam kelas, dan semua temannya juga begitu. Dia jelaskan bahwa banyak dari isi ujian itu tidak pernah dibahas oleh guru kelas mereka, sehingga semuanya tidak paham, termasuk anak2 yang ketahuan cerdas dan suka mata pelajaran tersebut.

Itu komentarnya yang umum, yang berlaku untuk semua ujian. Lalu ada yang lebih parah lagi. Katanya salah satu ujian itu diberikan dalam 2 bahasa: Inggris dan Indonesia. Lebih buruk lagi, ada banyak istilah dalam bahasa Latin yang tidak pernah dipakai oleh gurunya di kelas. Jadi semua anak tidak paham dan saling menyontek sambil tebak2 jawaban mana yang benar.
Yang bahasa Inggris saja tidak dipahami, apalagi Bahasa Latin yang tidak pernah dipakai guru saat belajar. Katanya dia baca banyak kata dan kalimat berulang kali, tanpa bisa memahami bahasa Inggrisnya. Lalu nyontek.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...