Assalamu’alaikum wr.wb., saya diskusi dgn seorang petugas yg
kerja dgn LPPOM MUI utk menciptakan kawasan halal di Jakarta. Kami membahas
sebuah rumah makan Cina yang sering kami kunjungi. Ada tulisan
"Halal" di menu, dan tidak ada kata "babi", jadi dipercayai
halal. Tapi mereka menolak tawaran untuk membuat sertifikasi Halal MUI. Muncul
rasa curiga.
Setelah petugas MUI diskusi dgn pelayan, akhirnya diakui
bahwa mereka pakai "angciu" (alkohol Cina), tapi "hanya
sedikit". Mungkin di banyak rumah makan, pelayan disuruh bohongi umat
Islam dan bilang halal, lalu ditulis "tidak mengandung babi" dan
"halal" di menu, agar umat Islam tertipu.
Selain rumah makan Cina, kebanyakan rumah makan Jepang yg jual
sushi juga pakai "mirin" (alkohol Jepang), tapi kl ada orang Muslim
yang bertanya, banyak pelayan bilang "Halal! Tidak ada babi!"
Seandainya ada umat Islam yang bersatu, dan bersedia boikot
semua rumah makan yang tegas menolak sertifikasi halal dari MUI, utk
kepentingan umat Islam yg mayoritas. Sayangnya, banyak orang Muslim hanya
pedulikan rasa enaknya, dan foto makanan indah yg bisa dikirim ke teman2. Halal
tidak masuk perhitungan. Asal tidak ada babi. Tapi alkohol juga haram!
Di mana kekuatan umat Islam utk isi perut anak Muslim dgn
makanan halal? Siap bersatu dan boikot?
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto
No comments:
Post a Comment