Assalamu'alaikum wr.wb. Pada suatu hari, saya bertemu dengan seorang pria dari Sri Lanka yang beragama Buddha. Dia jelaskan ajaran agama Buddha kepada saya: Tidak mencuri, tidak berbohong, tidak mencintai dunia ini, menahan hawa nafsu, tidak berzina, tidak menyakiti orang lain, dan seterusnya. Saya senyum dan bilang, "Semua ajaran itu juga bagian dari Islam!"
Kami membahas apa mungkin Buddha bisa dipandang sebagai seorang Nabi Allah (dalam pengertian Islam), karena ajarannya mirip dengan isi Al-Qur'an dan ajaran Nabi Muhammad SAW. Menurut dia, sepertinya Nabi Muhammad SAW ambil ajaran Buddha dan kemasnya menjadi "Islam"! Setahu saya, tidak ada orang Buddha dekat Nabi, jadi bisa belajar dari mana? Menurut saya, lebih logis kalau Buddha dan Nabi Muhammad SAW dapat ajaran agama dari sumber yang sama: Tuhan Yang Maha Esa! Di dalam Al-Qur'an, dikatakan Allah akan kirim seorang nabi terhadap setiap kaum, jadi mungkin Buddha juga bisa dipandang sebagai seorang nabi (dalam pengertian Islam). Tetapi ajarannya setiap nabi diubah oleh manusia, setelah nabi itu wafat. Hanya Islam yang tetap mengikuti kebenaran dari Al-Qur'an yang tidak pernah berubah.
Sayangnya, pria itu tidak percaya ada "Tuhan", dan juga tidak percaya ada surga dan neraka. Hanya ada reinkarnasi, yaitu setiap manusia dilahirkan ribuan kali. Disebabkan kebaikan atau keburukan di masa lalu, "karma" akan memberikan kebaikan atau keburukan sekarang. Menjadi manusia sempurna berarti akan mencapai "nirwana" dan berhenti hidup (menjadi tidak ada). Saya bertanya, apa lebih enak "penderitaan hidup" berakhir dengan menjadi "tidak ada" atau malah hidup secara kekal dalam kebahagiaan? Dia setuju, lebih enak hidup kekal dalam kebahagiaan. Saya minta dia menggunakan pemikiran logis, karena saya yakin Islam adalah agama yang logis, karena berasal dari Tuhan. Bagaimana dengan ajaran agama Buddha?
Dia jelaskan bahwa karma adalah sebuah kekuatan abadi. Saya bertanya, apakah "kekuatan" itu seperti gravitasi, daya tarik magnet, cinta, dll.? Katanya, kurang lebih begitu. Saya bertanya: Kalau karma tidak diketahui asal usulnya dan "ada" secara abadi, apa karma punya "kesadaran"? Manusia punya kesadaran, tapi daya gravitasi atau batu tidak punya. Kalau karma tidak punya kesadaran karena bukan makhluk hidup, bagaimana karma bisa menentukan apa yang tergolong baik dan buruk? Gravitasi tidak bisa!
Secara logis, hanya suatu makhluk hidup dengan "kesadaran" dan kecerdasan bisa menentukan apa yang benar dan salah, baik dan buruk. Apa yang menjadi dasarnya bagi "karma" untuk menentukan bahwa perbuatan A itu baik dan perbuatan B itu buruk? Kalau karma tidak punya kesadaran, kenapa karma peduli pada perbuatan manusia? Bagaimana karma, kalau tidak punya kesadaran, bisa "maha tahu" tentang apa yang dilalukan dalam ribuan kehidupan seorang manusia, lalu memutuskan bahwa orang itu perlu dihukum atau dikasih kebaikan? Bagaimana karma bisa "memantau" puluhan milyar manusia, dalam ribuan kehidupan, tanpa memiliki kesadaran? Saya minta penjelasan logis.
Kalau dia percaya memang ada kesadaran dalam suatu "kekuatan abadi", yang maha tahu tentang masa lalu dan masa depan, yang bisa menentukan apa yang benar dan salah, yang bisa mengirim seorang pembawa berita untuk jelaskan bahwa kita akan dihukum kalau salah dan dapat kebaikan kalau benar, maka saya SETUJU. Bedanya adalah dia percaya kekuatan itu dinamakan "karma" dan orang Muslim percaya kekuatan itu dinamakan "Tuhan Yang Maha Esa" atau Allah. Tetapi sebaliknya, kalau dia percaya kekuatan bernama karma itu setara dengan gravitasi dan tidak punya kesadaran, maka bagaimana "kekuatan" itu bisa maha tahu tentang manusia, dan bisa menentukan benar dan salah? Dan kenapa karma mau peduli? Dan kenapa dia mau tunduk dan taat kepada kekuatan itu, kalau "karma" tidak punya kesadaran? Dia mengaku sangat bingung dan tidak bisa berikan jawaban logis.
Saya bertanya, KALAU dia bisa "bicara dengan karma", mohon ampun atas dosa masa lalu, dan mohon kebaikan untuk masa depan, apakah dia mau bicara dengan karma? Dia jawab, “MAU!!” Akan lebih enak diampuni atas dosanya dan tidak dihukum. Saya jelaskan, orang Muslim bisa "bicara dengan karma" tetapi kami sebutkan "Tuhan" dan Tuhan punya kesadaran jadi bisa mendengarkan kami. Jadi kalau mau "bicara dengan karma" yang punya kesadaran, maka bisa dilakukan kalau menjadi Muslim. Tidak perlu tunduk pada "keputusan karma" (yang tidak punya kesadaran), dan malah boleh MENGUBAH keputusan tentang masa depan dengan berdoa kepada Tuhan (yang punya kesadaran). Dan disebabkan doa kita, Tuhan bisa mengubah nasib kita menjadi lebih baik. Jadi lebih enak pilih yang mana? Dia berkata harus banyak merenung dan berdoa, karena belum pernah dengar pemikiran seperti yang saya sampaikan kepadanya.
Yang menjadi menarik dari diskusi itu adalah bagaimana dia terbiasa hidup puluhan tahun dan beragama tanpa pernah menggunakan akalnya untuk berusaha memahami ajaran agamanya. Dan ketika diajak menggunakan akal satu kali saja, dia langsung merasa tertarik pada Islam. Setelah itu, tidak ada kabarnya lagi karena dia pergi ke luar negeri. Jadi saya hanya bisa berdoa, semoga Allah membuka akalnya, dan memberikan petunjuk dan hidayah kepadanya agar bisa menemukan kebenaran dalam Islam. Dan semoga orang Muslim yang baca ini akan banyak bersyukur karena diberikan kemudahan lahir sebagai Muslim, dan sudah diberikan agama yang logis dan benar tanpa perlu pusing mencari kebenaran sendiri.
Semoga bermanfaat.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu'alaikum wr.wb.
-Gene Netto
Search This Blog
Labels
alam
(8)
amal
(97)
anak
(301)
anak yatim
(116)
bilingual
(22)
bisnis dan pelayanan
(6)
budaya
(8)
dakwah
(87)
dhuafa
(18)
for fun
(12)
Gene
(222)
guru
(61)
hadiths
(9)
halal-haram
(24)
Hoax dan Rekayasa
(34)
hukum
(68)
hukum islam
(51)
indonesia
(571)
islam
(557)
jakarta
(34)
kekerasan terhadap anak
(362)
kesehatan
(97)
Kisah Dakwah
(10)
Kisah Sedekah
(11)
konsultasi
(12)
kontroversi
(5)
korupsi
(27)
KPK
(16)
Kristen
(14)
lingkungan
(19)
mohon bantuan
(40)
muallaf
(52)
my books
(2)
orang tua
(9)
palestina
(34)
pemerintah
(136)
Pemilu 2009
(63)
pendidikan
(505)
pengumuman
(27)
perang
(10)
perbandingan agama
(11)
pernikahan
(11)
pesantren
(37)
politik
(127)
Politik Indonesia
(53)
Progam Sosial
(60)
puasa
(37)
renungan
(177)
Sejarah
(5)
sekolah
(80)
shalat
(9)
sosial
(321)
tanya-jawab
(15)
taubat
(6)
umum
(13)
Virus Corona
(24)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Wa'alaikum salam wr wb.
ReplyDeletevery nice, kereeen abis dah !!!
Wassalamu'alaikum wr wb.
aamiin...keren Om Jin. saya juga sependapat, mungkin 'agama' Budha, Hindu, awalnya dibawa oleh Nabi utusan Allah, tapi diubah oleh kaumnya sepeninggal mereka. Seperti Nasrani dan Yahudi . . . wallahu'alam bish showab
ReplyDelete