Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (556) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (178) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

08 November, 2018

Satu Lagi Kecelakaan Pesawat? Kenapa Kita Heran?

Saya pernah diskusi dengan seorang pilot. Dia ceritakan banyak hal yang membuat saya "kaget" sekaligus, tidak kaget, karena sudah terbiasa dengan "kondisi Indonesia". Artinya, hal2 yang tidak mungkin ditemukan/dibiarkan di negara2 maju ataupun di negara tetangga menjadi umum dan biasa di sini. Dia ceritakan kapten pesawat yang bersifat cuek, tidak profesional, tidak kerjakan semua tugas yang semestinya, salah bertindak ketika mau tinggal landas maupun mendarat, dll.

Lalu dijelaskan ttg radar yang rusak atau tidak dinyalakan di bandara, atau alat2 lain di bandara yang dibutuhkan pilot, tapi rusak atau tidak maksimal, atau tidak dipakai karena suatu alasan. Ditambahkan lagi info2 ttg berbagai hal teknis yang seharusnya tidak terjadi atau tidak dibiarkan, tapi malah menjadi umum dan standar di seluruh Indonesia. Lalu dia jelaskan bahwa semua hal ini merupakan “rahasia para pilot” dan sebenarnya, penumpang tidak boleh tahu.

Mau protes, tidak ada yang peduli. Baik itu pemerintah, maupun pilot senior yg benar (yang sudah terbiasa dgn kondisi itu juga), ataupun maskapai penerbangan, atau yg lain. Jadi hanya ada pilihan: 1) “diam dan taat” saja (seperti yang diajarkan banyak guru sekolah, dan juga berlaku secara umum bagi PNS dalam kementerian dan lembaga negara), atau 2) silahkan protes, dan siap2 di musuhi atau dipecat karena “mengganggu”. Yang penting adalah uang masuk. BUKAN profesionalisme!

Ketika dijelaskan semua hal ttg alat yang tidak berfungsi, pemeriksaan yg tidak benar, tindakan yg tidak benar, dan begitu banyak hal yang sengaja ditutupi oleh semua bandara, semua maskapai penerbangan dan semua pilot, saya bertanya kepadanya, “Kok tidak terjadi kecelakaan pesawat terus di negara ini!” Dia ketawa saja, dan bilang tidak tahu kenapa, tapi alhamdulillah sering selamat, walaupun secara teknis, seharusnya sering terjadi masalah.

Hal yang tidak mungkin dibiarkan terjadi di negara maju, menjadi sangat umum di Indonesia, karena semua orang yang punya jabatan, di semua bidang, telah dididik bertahun-tahun untuk “diam dan taat”. Dan kalau berani melawan, akan kena masalah sendiri. Rakyat yang jadi korban. Selalu. Dan tidak ada pemimpin negara atau lembaga yang ingin berusaha melakukan perbaikan, selain “bicara” saja tanpa ada tindakan nyata untuk memajukan negara dengan sungguh-sungguh. Semoga suatu hari, orang Indonesia yang seharusnya kerja profesional (di semua bidang) bisa mendapat kemauan dan dukungan untuk menjadi kaum profesional. Dan kalau belum terjadi, sebagai rakyat, kita harus siap-siap menjadi korban kapan saja di mana saja!
-Gene Netto

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...