Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (556) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (178) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

27 June, 2019

Pesantren "Fokus Pada Agama". Sahabat Belajar Apa Dari Nabi SAW?

Sahabatnya Rasulullah SAW menjadi ahli agama dan hafiz Quran, karena belajar di "pesantren" Nabi (belajar di masjid). Tapi ilmu agama itu hanya menjadi fondasi. Mereka belajar ilmu2 yang lain, untuk menjadi ahli di bidang itu juga. Bukan hanya "fokus pada agama". Rasulullah SAW mengajarkan mereka tentang topik seperti hukum negara, pemerintahan, ekonomi, pajak, keuangan, urusan sosial, anak, pendidikan, bisnis, perjanjian, pertanian, hak hewan, hubungan antar negara, aturan perang, kesehatan, pengobatan, kebersihan, moralitas, kebaikan hati, dll.

Sekarang, anak belajar di pesantren dan dianggap HP, tivi, internet dll. (dunia digital) akan "mengganggu". Harus fokus pada agama. Bukannya Rasulullah SAW dan para sahabat juga "fokus pada agama"? Tetapi ternyata mereka tetap belajar semua ilmu yg lain. Bagaimana mereka bisa menjadi ahli agama dan hafiz Qur'an, sedangkan mereka juga kerja utk dapat nafkah keluarga, dll.?

Masa depan adalah dunia digital. Sayangnya, semua kemajuan dunia berasal dari orang non-Muslim. Listrik, mobil, pesawat, HP, aplikasi, komputer, internet, dan ratusan barang lain diciptakan oleh non-Muslim. Lalu anak Muslim disuruh abaikan dunia digital karena akan ganggu proses menjadi "ahli agama". Ketika lulus, mereka punya ilmu fiqih dan tafsir. Bisa ceramah terus ttg "kemenangan di surga bagi orang yang beriman". Sayangnya, banyak ceramah membosankan jadi ribuan bapak setengah sadar atau tidur pada saat khutbah jumat. Manfaatnya apa?

Kemajuan umat Islam akan berasal dari mana kalau pemuda Muslim hanya mengerti agama? Saya sedih ketika diskusi dengan ustadz muda yang lulusan pesantren dan hafiz Quran. Ketika membahas teknologi, mereka berkomentar, "Saya tidak mengerti." Membahas ilmu2 dunia yang lain, dapat jawaban yang sama terus.

Ustadz yang gaptek harus membina umat Islam yang hidup di dunia digital. Mereka sulit "mendidik" umat Islam karena tidak mengerti sendiri. Orang non-Muslim melihat kita dan tidak mau masuk Islam karena tidak terlihat ada manfaatnya. Anak di negara maju dididik untuk berpikir sendiri dan banyak bertanya. Anak Muslim dididik untuk meneruskan saja tanpa berpikir sendiri.

Para sahabat Rasulullah SAW disiapkan utk berkuasa di dunia dan melihat ke masa depan. Santri di Indonesia disiapkan utk jawab pertanyaan2 yg sama ttg fiqih selama 50 tahun dan selalu melihat ke belakang. Kapan umat Islam akan bangkit, bersatu, dan mulai berkuasa di dunia ini? Rasulullah SAW sudah kasih contoh dengan menyiapkan para sahabatnya untuk berkuasa dan sukses di semua bidang. Kenapa kita takut mengikutinya? Semoga bermanfaat sebagai renungan.
-Gene Netto

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...