Apakah bisa lewat satu minggu tanpa ada perempuan hubungi
saya untuk curhat, bahwa dia tidak bahagia dalam pernikahannya? Sepertinya ada
suatu masalah besar di negara ini, di antara para suami-isteri. Di dunia barat,
lebih mungkin mereka akan ribut dan cerai. Di sini, lebih mungkin mereka akan
pura-pura bahagia di depan umum, di depan keluarga dan teman, tapi di dalam
rumah ribut terus dan tidak bahagia. Tapi karena merasa harus “dirahasiakan”
supaya tidak “malu”, maka si perempuan menderita terus, tanpa bisa
berkomunikasi dengan banyak orang, termasuk keluarga kandungnya sendiri.
Ada suami yang selingkuh, tapi isteri tidak mau cerai. Ada suami
yang narkoba, tapi isteri tidak mau cerai. Ada suami yang mabuk-mabukan, tapi
isteri tidak mau cerai. Ada suami yang menikah lagi tanpa memberitahu isteri
pertama, lalu abaikan isteri pertama, tapi isteri tidak mau cerai. Ada suami
yang tinggalkan isteri bertahun2, lalu ditemukan kembali hidup dengan perempuan
baru di kota lain, tapi isteri tidak mau cerai. Ada suami yang berjudi, dan
uang keluarga habis terus, tapi isteri tidak mau cerai. Ada suami yang berubah
dan bersikap dingin, alias tidak mencintai isterinya lagi dan malas bicara, tapi
isteri tidak mau cerai. Ada suami yang mengancam dan memukuli isterinya secara
rutin, tapi isteri tidak mau cerai. Ada suami yang menghinakan dan mengancam isteri
secara psikologis terus, tapi isteri tidak mau cerai. Dan seterusnya.