Assalamu'alaikum wr.wb. Kemarin saya sibuk ketemu orang bule yang masuk Islam karena mau menikah dengan
wanita Indonesia. Saya diberitahu bahwa dia mau ketemu saya untuk “belajar
tentang Islam”. Tetapi setelah ketemu, dan saya mulai menjelaskan Islam, sudah
jelas sekali bahwa dia tidak tertarik untuk belajar. Karena mau menikah pada
akhir tahun ini, dia sudah bersyahaddat. Tetapi dia malah memberi kesan bahwa
dia tidak begitu peduli pada Islam, dan hanya sebatas mau menghormati keinginan
dari keluarga pihak perempuan (bahwa dia harus Muslim). Saat diajak shalat oleh
orang lain, dia menjadi jenuh dan menolak untuk ikut shalat.
Jadi, Islam bagi dia dan ribuan orang lain, hanya sebagai syarat untuk menikah
dengan wanita Indonesia. Islam bukan suatu jalan yang benar yang harus
ditempuh. Yang membuat saya heran, kenapa terus2an ada kasus baru seperti ini? Kenapa
begitu banyak wanita Indonesia mau menikah dengan orang bule, dan Islam menjadi
syarat yang tidak begitu penting? Seakan-akan Allah tidak sanggup memberikan
mereka jodoh yang sudah menjadi seorang Muslim yang baik, yang rajin shalat dan
sebagainya.
Mereka bersikeras harus menikah dengan si bule, walaupun dia tidak begitu
peduli pada agama Islam. Dan bapak dari si perempuan kenapa bisa dibujuk untuk
memberikan izin pernikahan kepada mereka? Seharusnya dia tidak mau, terutama
kalau si calon suami menolak ajakan untuk shalat. Tetapi terus-terusan, ada
kasus baru seperti ini, dan setiap kasus baru mirip sekali dengan kasus
sebelumnya. Mayoritas dari wanita itu yang berkonsultasi kepada saya tetap
menikah, walaupun saya sudah memberikan peringatan tentang bahayanya menikah
dengan orang yang hanya masuk Islam sebagai syarat untuk menikah.
Sudah ada puluhan wanita yang bertemu atau hubungi saya karena mereka mau
mengeluh tentang suaminya yang bule (dan juga ada sebagian orang pribumi yang
hanya masuk Islam untuk menikah). Mereka sudah menikah dengan orang bule dari
10-15 tahun yang lalu, dan sampai dengan sekarang, suami2 mereka itu tetap
tidak mau mengenal Islam atau shalat. Dan Ibu2 itu minta saya mengajarkan Islam
kepada suami mereka, sehingga bisa shalat dsb. Tetapi si bule selalu menolak. Lalu Ibu2 itu komplain kepada saya dan bertanya apakah saya bisa “memperbaiki”
suami mereka. Tentu saja saya tidak bisa, karena mereka sudah dapat isteri dan
anak (sesuai keinginan mereka), jadi Islam bisa dibuang karena hanya bermanfaat
pada saat ijab qabul saja.
Walaupun saya selalu memberikan peringatan kepada wanita yang mau menikah
dengan orang bule yang masuk Islam hanya sebagai syarat untuk menikah, tetap
selalu ada kasus baru dan mereka selalu tetap menikah juga (jadi hampir percuma
berkonsultasi dengan saya). Dan setelah 10 tahun, mungkin saya akan bertemu
lagi dengan perempuan itu, dan dia akan mengeluh juga tentang suaminya, persis
seperti ibu-ibu yang lain yang datang sebelumnya.
Kalau mau menikah, sebaiknya utamakan agama Islam di atas semua syarat yang
lain. Dan kalau merasa bahwa orang bule adalah jodoh anda, jangan buru2
menikah. Tetapi memberikan dia waktu untuk masuk Islam, dan menjalankan shalat
sendiri. Kalau dalam 6-12 bulan, sudah kelihatan bahwa dia serius tentang
Islam, silahkan menikah. Tetapi kalau tidak, sebaiknya ditinggalkan dengan
harapan Allah bisa memberikan yang lebih baik.
Sayangnya, nasehat seperti ini dari saya lebih banyak diabaikan. Dan setelah 10
tahun, ibu2 yang sudah menikah dulu mengeluh kepada saya tentang suaminya yang
tidak mau shalat. Dan lebih kuatir lagi tentang anak2 mereka, karena pada saat
anak2 mereka disuruh shalat, dengan tenang anak2 itu menjawab, “Buat apa harus
shalat? Bapak tidak shalat!” Menikah dengan orang yang masuk Islam sebagai syarat untuk menikah, dan bukan
karena merasakan kebenaran Islam di dalam hatinya, adalah suatu hal yang yang
mengandung risko besar. Sayangnya, ada banyak sekali wanita Indonesia yang siap
ambil risiko. Lebih baik berpikir secara dalam sebelum ambil risiko seperti
itu.
Semoga bermanfaat,
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
-Gene Netto