Saya diskusi dgn seorang anak muda, yang baru 1
tahun yg lalu lulus dari SMA. Saat lihat sesuatu yg dia anggap aneh di tivi,
dia bertanya, “Siapa orang itu dgn baju putih dan topi putih?” Saya jelaskan.
Itu KKK, alias Klu Kulx Klan dari Amerika. Kok belum tahu? Saya kira dia
bercanda. Ternyata tidak.
Saya jelaskan ttg gerakan hak sipil di Amerika,
pemisahan antara orang kulit putih dan hitam, Martin Luther King, dsb. Dia
tidak tahu semuanya, tapi pernah dengar nama Martin Luther King, tanpa paham
banyak perincian. Saya bilang, “Hal2 spt ini seharusnya dipelajari
di sekolah, agar dapat wawasan ttg kondisi hidup di manca negara. Kalau tidak
paham apa yang pernah terjadi di tempat lain, maka bisa terulang di sini, dgn
hasil yg buruk juga.”
Dia jelaskan, di kurikulum sekolah di Indonesia
tidak ada hal2 seperti itu katanya. Dia baru mulai tahu sedikit ttg perang
dunia kedua, Hitler dll. karena lihat di tivi dalam dokumentar. Saat di sekolah
dulu, tidak ada waktu utk peduli pada dunia, atau sejarah dunia, atau wawasan.
Hanya ada waktu utk 3-5 jam PR per malam, dan ujian hampir setiap minggu.
Selain jawaban di ujian, dan banyak pelajaran yg tidak diinginkan (seperti
paksaan belajar bahasa Mandarin yg tidak diinginkan di SMA-nya), tidak ada
waktu utk peduli pada dunia.
Dan pengalaman saya di SMA di Selandia Baru, dgn
hanya LIMA mata pelajaran di kelas 3, sangat berbeda dgn pengalaman dia wajib
ikut lebih dari DUA PULUH mata pelajaran, yang semuanya berikan PR dan ujian yg
banyak. Sistem (kurikulum) yg berhasil sudah ada di manca negara. Tinggal ambil
saja. Kenapa tidak mau?
Sedih sekali melihat anak muda di Indonesia hadapi
kondisi dewasa tanpa wawasan ttg hal2 penting dalam sejarah manusia. Seharusnya
fungsi sekolah adalah siapkan anak utk menjadi dewasa, anggota masyarakat dan
orang yang punya wawasan, yg bisa berpikir secara logis, bijaksana dan dewasa.
Di sini, ganti menteri, ganti kurikulum… tapi Proyek Ujian Nasional (yg
habiskan 600-800 milyar per tahun) dijamin berjalan terus…
Setiap tahun, 60 juta siswa Indonesia dirugikan...
Dan tidak ada yang berani menjamin sistem pendidikan berkualitas dunia...
-Gene Netto
Like
ReplyDelete